Sambil menunggu air mendidik dan membuat kopi, Omjay tuliskan kisah ini. Kisah seorang guru TIK yang sudah banyak menikmati pergantian kurikulum.
Omjay mulai menjadi guru di tahun 1992. Ketika itu Omjay masih menjadi mahasiswa di IKIP Jakarta. Nama mata pelajarannya keterampilan komputer. Saat itu belum banyak orang Indonesia yang menguasai komputer dengan baik. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 1994.
Tahun 2004 kalau tidak salah kurikulum berubah menjadi kurikulum berbasis kompetensi disingkat KBK dan muncullah nama mata pelajaran TIK.Â
Teknologi informasi dan komunikasi mulai diajarkan kepada siswa di semua jenjang. Dari pendidikan anak usia dini hingga perguruan tinggi. Banyak lowongan untuk guru TIK. Jumlah guru TIK sangat kurang, sehingga banyak guru mata pelajaran lainnya ikut mengajar TIK dan mendapatkan sertifikasi TIK.
Kurikulum kemudian berubah lagi di tahun 2006. Namanya Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan yang disingkat KTSP dan kemudian berubah bentuk menjadi kurikulum 2013 yang disingkat kurtilas.
Kurikulum 2013 memiliki empat aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, aspek sikap, dan perilaku. Di dalam kurtilas, terutama di dalam materi pembelajaran, terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Itulah yang Omjay ingat hingga saat ini.
Namun sayang, dalam kurtilas, matpel TIK dihapuskan dan diganti dengan prakarya dengan alasan tidak ada listrik di semua daerah di Indonesia. Begitulah informasi yang kami terima dari pejabat Kemdikbud saat itu. Informasinya ada di sini.
Alhamdulillah kurikulum merdeka muncul dan mata pelajaran TIK berubah nama menjadi informatika. Namun, masih belum bisa diajarkan di semua jenjang. Padahal kami berharap, mata pelajaran informatika ada di semua jenjang dari pendidikan anak usia dini hingga perguruan tinggi. Seperti dahalu sebelum TIK dihilangkan dalam kurtilas.
Bahkan hal yang paling menyedihkan hati kami guru TIK adalah tidak adanya kata TIK atau informatika di dalam RUU Sisdiknas pasal 81 versi bulan Agustus 2022. Informasi tentanghal tersebut, dapat anda baca di sana.
Untunglah RUU Sisdiknas masih ditunda dan akan mulai direvisi oleh kemdikbudristek. Kami berharap dan sangat berharap kata TIK dan informatika ada dalam RUU Sisdiknas versi revisi nanti.Â
Kami berharap bangsa Indonesia merdeka di bidang TIK. Seiring juga dengan disahkannya UU perlindungan data oleh DPR.
Semenjak sekolah kami menjadi sekolah penggerak, maka sekolah kami di SMP Labschool Jakarta menggunakan kurikulum merdeka yang awalnya bernama kurikulum Prototype. Kurikulum ini menjadikan mata pelajaran informatika menjadi mata pelajaran wajib di SMP dan SMA.
Ada kelebihan dan kekurangan kurikulum merdeka di mata guru TIK yang sekarang bernama informatika.
Kurikulum adalah trek atau lajur yang harus diikuti seseorang untuk mencapai tujuannya. Â Pengertian kurikulum itu sendiri ada dalam UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 pasal 1 butir 19 yaitu:
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Sedangkan pengertian dari program merdeka belajar adalah program yang mengupayakan proses belajar siswa secara merdeka atau bebas sesuai dengan minat dan karakter mereka. Guru tidak lagi berperan untuk menjalankan kurikulum saja tapi menjadi penghubung antara kurikulum dan minat siswa.
Kurikulum merdeka adalah sebuah kurikulum yang mengacu pada pendekatan bakat dan minat siswa. Semua siswa dapat memilih pelajaran apa yang ingin dipelajari sesuai bakat dan minatnya di jenjang SMA.
Kelebihan kurikulum merdeka adalah lebih simpel (simple) dan intens. Kurikulum ini lebih berfokus kepada materi esensial dan pengembangan kompetensi siswa. Proses pembelajaran dibuat menjadi lebih menyenangkan, mendalam dan sederhana.Â
Omjay merasakan bahwa kurikulum merdeka lebih bebas dan leluasa di mata siswa. Siswa SMA misalnya, dapat bebas memilih mata pelajaran sesuai dengan bakat dan minatnya. Guru dapat mengajar sesuai dengan perkembangan siswa atau fase dalam memberikan materi pelajaran.Â
Hal lainnya yang Omjay rasakan adalah belajar menjadi lebih relevan dan interaktif sebab proses pembelajaran melalui kegiatan berbasis proyek. Kegiatan tersebut diharapkan dapat memberikan kesempatan lebih luas pada siswa agar aktif dalam mengeksplorasi isu-isu aktual yang terjadi saat ini.
Hal yang terpenting adalah proyek penguatan profil pelajar Pancasila yang buku panduannya telah dibagikan oleh Kemdikbudristek.
Namun sayangnya, kurikulum merdeka ini perlu banyak pembenahan sebab dinilai para pakar kurikulum masih belum matang dalam prosesnya. Terutama dalam proses persiapannya. Kesannya masih tergesa-gesa.
Kemudian sistem pendidikan dan pengajaran dinilai belum terencana dengan baik. Termasuk juga kurangnya sumber daya manusia atau SDM dan sistem yang belum terstruktur dengan baik.
Buku-buku yang dibuat masih kejar target dan terkesan terburu-buru. Sehingga ada ditemukan buku yang dikecam oleh publik yang berurusan dengan SARA. Peningkatan kualitas pendidikan belum terlihat dalam kurikulum merdeka ini. Itu aja sih, sebenarnya masih ada lagi. Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) sudah harus diterima oleh semua dan guru harus siap melaksanakannya.
Tidak ada kurikulum yang sempurna. Para guru itu sendiri yang nanti akan menyempurnakan IKM di kelasnya masing-masing. Oleh karena itu, bapak ibu guru jangan pernah berhenti belajar. Ikutilah kelas-kelas gratis di PGRI. Dengan senang hati kami menerima anda sebagai peserta dan juga sebagai pembicara. Hubungi nomor WA cantik di 08159155515 (Omjay).
Salam blogger persahabatan
OmjayÂ
Guru blogger Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H