Tak pernah terpikirkan untuk belajar ke negeri tirai bambu dengan pandanya yang lucu. Waktu itu, saya ditelpon oleh pak Hery Azhar dari staf kementrian pendidikan dan kebudayaan. Saya masih berada di sekolah Labschool sore itu.
Saya diminta untuk menyiapkan paspor oleh kemdikbud, karena terpilih untuk belajar singkat selama 21 hari ke luar negeri. Negara yang akan saya kunjungi adalah negara China dengan jumlah penduduk terbesar di dunia.Â
Surat resmi dari kemdikbud dikirimkan ke email dan WA saya. Nama programnya, Training Program in China for Excellent Teachers and Principals of MOEC Republic of Indonesia. Menurut info ada lebih dari seribu guru dikirimkan ke beberapa negara di bulan Maret 2019.
Rasanya tak percaya mendapatkan kabar itu, dan saya diminta untuk segera mengirimkan paspornya langsung ke kemdikbud. Tapi, sebagai orang timur saya tak bisa langsung mengirimkan paspor. Saya harus izin kepada pimpinan saya dulu di SMP Labschool Jakarta, dan juga pimpinan yayasan pembina Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Dengan didampingi pak Haji Asdi Wiharto kepala sekolah kami tercinta, saya diajak bertemu pak Husein wakil ketua BPS Labschool di ruangannya. Kemudian saya ceritakan kalau saya terpilih untuk belajar selama 21 hari di Republik Rakyat Tiongkok. Sebuah negara komunis yang belum pernah saya mengunjunginya. Tapi produknya, hampir setiap hari saya pakai. Biasanya ada tulisan made in China.
Alhamdulillah pak Husein menyetujui saya berangkat ke China. Tapi dengan catatan, saya diminta mencarikan guru pengganti selama saya pergi ke China. Sebab kelas tidak boleh kosong dan harus ada gurunya. Orang tua siswa bisa komplain kalau kelas tak ada gurunya.
Seorang kawan kuliah di Pascasarjana UNJ menawarkan diri menggantikan saya. Lalu saya pertemukan dengan wakil kepala sekolah bidang akademik yaitu bapak Haji Sarmilih. Alhamdulilah urusan guru pengganti beres dan saya bisa tenang belajar ke China.
Namun, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Kawan saya tersebut dipanggil pulang ke kampusnya di luar Jawa. Beliau seorang dosen yang sedang tugas belajar di Jakarta. Saya pun dibuat pusing mencari guru pengganti.Â
Setelah tanya sana sini, dapat juga guru pengganti yang baru selesai kuliah di jurusan pendidikan TIK Fakultas Teknik  UNJ. Kebetulan pernah mengajar ekskul komputer di sekolah kami. Seorang guru wanita yang belum punya jam terbang banyak dalam mengajar TIK di sekolah.
Urusan guru pengganti beres. Namun ternyata paspor saya sudah tidak berlaku dan harus diperpanjang. Untunglah saya dibantu ibu Siti Johariah, seorang kawan guru yang sama-sama mengajar di SMP Labschool Jakarta. Berkat bantuan kawan beliau, urusan paspor ke China beres.
Persiapan berangkat ke China semakin dekat. Semua guru yang akan diberangkatkan dikumpulkan di kemdikbud dan diinapkan di hotel yang ada di Jakarta Pusat. Sayapun akhirnya bertemu kawan-kawan baru. Guru-guru hebat yang berprestasi dan berdedikasi se-nusantara.