Saya dan kawan kawan pengurus di Ikatan guru TIK PGRI mencoba mencari cara dengan menjalin hubungan dengan sponsor. Itulah salah satu cara kami agar kegiatan workshop Elearning dan penyusunan buku ajar dapat berjalan. Semua peserta senang dan panitia pun senang.
Mengembalikan magnet yang hilang di PGRI memang bukan perkara mudah. Kita harus menjadi pasir-pasir magnet yang menyatu dalam kebersamaan. Hal ini akan berhasil kalau kita satu komando di bawah pimpinan ketua umum pengurus besar PGRI. Seia sekata. Selangit sebumi, senasib sepenanggungan dalam menjalankan program kerja PGRI.
Tulisan kang Dudung yang berjudul PGRI waspadalah dapat menjadi otokritik yang membangun bahwa guru milenial akan memilih organisasi profesi yang sesuai dengan zamannya.
TIK memudahkan kita saling berkomunikasi dan memberikan informasi. Â Guru seharusnya diajak menjadi konten kreator. Saya sendiri mengajak guru blogger menjadi guru youtuber. Sebab eranya sudah ke arah visual dan sedikit demi sedikit akses internet di Indonesia semakin cepat.
Kita banyak membutuhkan konten-konten edukasi yang menginspirasi. Â Tak bisa lagi kita hanya bermental download atau unduh. Â Sudah saatnya kita beralih ke upload atau unggah. Oleh karena itu diperlukan pelatihan terus menerus berbasis online dan digital agar guru-guru milenial menjadi profesional.
Saya sendiri termasuk guru kolonial. Era saya internet belum ada. Dulu pacaran sama mantan pacar hanya lewat surat. Tidak seperti sekarang. Bisa langsung kirim wa atau video call via wa.
Era disrupsi membuat PGRI harus berubah. Â Dari organisasi kolonial menjadi profesional. Semua itu akan terjadi kalau sesama pengurus rukun dan berdamai dengan dirinya. Belajar sepanjang hayat adalah kunci keberhasilan sebuah pendidikan, khususnya pendidikan karakter yang harus terus dijaga oleh kita semua.
Salam Blogger persahabatan
Omjay
Guru Blogger Indonesia
Blog http://wijayalabs.com