Ini adalah sebuah kisah nyata seorang guru. Kisah seorang guru yang selalu berusaha memperbaiki cara mengajaranya di kelas.
Dulu saya dinilai dan sekarang menilai.
Malam ini menginap di wisma pgri lantai 5 gedung guru indonesia. Jumat sampai sabtu, 9 dan 10 November 2018, saya dan kawan kawan pengurus pgri diberi tugas untuk menilai karya tulis ilmiah bapak dan ibu guru.
Bagus bagus isi kartulnya. Saya dibuat terkesima dengan inovasi pembelajaran yang dilakukan bapak dan ibu guru di kelas. Dulu saya juga seperti mereka. Mengirimkan naskah lomba inovasi pembelajaran tingkat nasional. Lalu berharap dewan juri memilihnya menjadi salah satu pemenangnya.
Sekarang saya berada dalam posisi yang menilai. Kalau dulu kartul saya dinilai dewan juri.
Ternyata memilih karya terbaik bukanlah hal yang mudah. Perlu ketelitian dan ketrampilan menilai yang baik. Salah menilai peserta jadi korban. Pada akhirnya peserta yang seharusnya menang tidak menjadi pemenang.Â
Kami sebagai dewan juri diminta untuk menyeleksi karya inobel kawan kawan guru anggota pgri. Mereka yang lolos seleksi akan diundang ke jakarta untuk presentasi.
Kalau mereka terpilih menjadi pemenang, maka mereka akan bertemu langsung presiden Indonesia. Rencana nya hut pgri yang ke 73 diadakan di bogor. Bapak presiden jokowi dijadwalkan hadir pada tanggal 30 november 2018.Â
Saat kami sedang asyik menilai karya tulis ilmiah guru, datanglah ibu ketua umum pb pgri. Ibu unifah mengajak kami foto bersama dan memberikan arahannnya.
Ada kabar gembira dari bunda unifah. Kemdikbud mengundang pengurus besar pgri rapat. Puncak hari guru nasional akan disatukan dengan hut pgri. Tentu saja kami senang mendengarnya. Ada 35 ribu guru siap hadir di acara hari guru nasional dan hut pgri di bogor.
Pgri adalah organisasi guru terbesar dan dipercaya oleh pemerintah. Kami mengajak guru untuk kembali ke rumah besar guru indonesia. Ikut bergabung menajdi anggota pgri secara online dan website http://pgri.or.id lalu mencetak kartu PGRInya di wilayah masing-masing.