Pulang dari masjid raya saya nikmari suasana malam kota Bandung di bulan ramadan. Saya melewati jalan sudirman yang ramai dan pasar Andir yang sudah mulai dipenuhi para pedagang. Penjual dan pembeli nampaknya sudah mulai beraktivitas melakukan jual beli di pasar ini.
Sampai di jalan jamika saya berhenti di tukang sate madura. Saya membeli 20 tusuk sate ayam untuk makan sahur. Tukang sate bercerita kalau semalam bisa menghasilkan uang sejuta dan dalam sebulan bisa menghasilkan uang 30 juta. Paling sedikit setengah juta sehari. Saya membayangkan gaji guru honor yang tidak sampai setengah juta penghasilannya. Sungguh kalah jauh dengan tukang sate yang hanya tamatan sd.
Malam itu saya menjadi tersenyum sendiri. Jiwa kewirausahaan harus juga diajari dan melekat dalam diri seorang guru. Sehingga guru mampu menafkahi dirinya sendiri. Sebab tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah.
Saya menjadi terinspirasi dengan cerita tukang sate. Katanya yang namanya rezeki itu tidak akan salah orang. Setiap orang sudah ada rezekinya masing masing. Rezeki kita kejar dia lari. Kita diam rezeki datang sendiri. Jadi siapkan diri untuk menjemput rezeki dengan memperbanyak sedekah, katanya.
Sampai rumah kakak ipar saya sedang menonton acara televisi. Ada siaran langsung dari tanah suci. Adzan isya terdengar merdu di telinga. Mereka yang sedang tawaf di masjidil haram langsung berhenti membuat barisan rapih untuk sholat isya berjamaah.
Saya menjadi teringat sewaktu menjalankan ibadah umroh bulan Desember 2017. Rasanya tak percaya bisa sholat berjamaah di depan kabah persis. Seperti mimpi rasanya. Namun nyata di depan mata. Itulah sebuah kisah nyata yang tak akan terlupa.
Saya tertidur di ruang tamu. Saya bermimpi indah di tanah suci mekah. Anak dan istri ikut menemani. Kami menjalankan rukun Islam yang kelima.
"Sahur sahur sahur! " Kakak ipar membangunkan saya. Â
Di meja makan sudah banyak makanan dan minuman yang siap disantap saat sahur. Saya bersyukur kepada Allah. Rasanya damai sekali hati ini. Air wudhu membasuh muka dan membuat suasana sahur menjadi bersuka cita.
Tak lama berselang adzan subuh berkumandang dari masjid al islam Bandung. Kami pun beranjak ke masjid melaksanakan sholat subuh berjamaah. Pulang dari masjid dapat oleh oleh buletin dakwah at Taubah. Judulnya waspada penyakit ingin diberi. Sebuah penyakit di masyarakat yang selalu ingin diberi dan tak mau memberi. Menarik sekali isinya.
Sambil menonton berita di televisi saya tuliskan kisah ini. Sebuah bus dengan penuh penumpang tertabrak di daerah kuningan. Semoga tidak ada korban yang meninggal. Aamiin.