Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Resensi Buku "TIK Kapan Kau Kembali"

31 Oktober 2017   08:12 Diperbarui: 31 Oktober 2017   08:49 1688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Resensi buku, "TIK Kapan Kau Kembali"?

Di meja kerja saya, sudah ada buku TIK  kapan kau kembali. Sebuah karya tulis yang dibuat oleh bapak Yoyon  Supriyono. Beliau bukan guru TIK di SMP atau SMA. Bukan juga guru KKPI  di SMK yang sekarang sudah berubah nama menjadi simulasi digital. Beliau  adalah guru bahasa Inggris di SMP yang mendapatkan tugas tambahan  sebagai kepala sekolah di SMP. Beliau memutuskan untuk bergabung bersama  kami para pejuang TIK Indonesia di dalam KOMUNITAS GURU TIK & KKPI.

Buku yang baru saja diluncurkan pada 28  Oktober 2017 ini membuat kami menjadi semangat kembali untuk terus  melanjutkan perjuangan dengan berbagai cara. Buku dengan ISBN 978-602-5429-97-2 telah membuat kami yang membacanya terpicu untuk maju dengan  mengembangkan ilmu TIK di dalam dunia pendidikan kita. TIK dalam  pendidikan sangatlah penting dan tidak ada yang dapat membantahnya.

Keluarnya Peraturan Presiden (PP) SBY  Nomor 32 tahun 2013 sampai saat ini menuai kontroversi. Mata pelajaran  TIK dihapuskan dalam standar isi kurikulum nasional. Guru TIK yang ada  diperintahkan untuk mengajar prakarya atau pindah ke mata pelajaran  asal. Sebagian ada yang dimutasi ke SMK dan birokrasi. Sisanya, diminta  untuk menjalankan bimbingan TIK sesuai dengan permendikbud nomor 45  tahun 2015.

Kenyataan ini, tidak lantas kami para  guru TIK berhenti berjuang. Kami tetap berjuang dengan cara-cara yang  baik dan santun. Cerdas sekaligus matang dalam berpikir dan bijak dalam  bertindak. Hasilnya, Roadshow di 32 kota sudah kami jalankan demi sebuah  misi mengembalikan TIK/KKPI sebagai mata pelajaran. Bahkan kami telah  melaksanakan olimpiade TIK nasional (OTN) yang kedua tahun ini tanpa satu sen pun uang dari kemdikbud. OTN kami  laksanakan di kantor kemdikbud dengan sebuah harapan kemdikbud  memikirkan ulang kebijakannya.

otn-kogtik-revisi
otn-kogtik-revisi
Kegiatan demi kegiatan kami lakukan, baik  dalam bentuk seminar nasional, workshop, dan diskusi dengan para  penentu kebijakan bangsa ini. Hasilnya? Kami belum bisa meyakinkan para  penentu kebijakan agar TIK kembali sebagai mata pelajaran. Mereka masih  mengganggap bahwa TIK hanya sekedar alat bantu dan bukan sebagai sebuah  ilmu yang terus berkembang. Mereka beranggapan bahwa TIK tidak perlu  berdiri sendiri sebagai mata pelajaran dan cukup terintegrasi ke dalam  semua mata pelajaran.

kogtik-mendikbud-audiensi
kogtik-mendikbud-audiensi
Realitas di lapangan, TIK belum bisa  terintegrasi ke semua mata pelajaran. Indonesia semakin tertinggal  dengan negara lain di bidang TIK. Penguasaan TIK peserta didik kita  semakin tertinggal dengan tidak diajarkannya materi TIK di bangku  sekolah. Banyak siswa Indonesia yang belum menguasai TIK dengan baik.  Wajar saja kalau pada akhirnya kita hanya melahirkan lulusan yang belum  menguasai TIK. Pada akhirnya, tenaga kerja Indonesia (TKI) dibayar  sangat murah oleh bangsa lainnya. Sebab keterampilan TIK mereka rendah.  Bahkan untuk literasi TIK pun mereka belum tahu sama sekali di era  digital saat ini.

Perjuangan guru TIK dan KKPI akan terus  berlanjut sampai bangsa ini sadar akan pentingnya TIK sebagai ilmu dan  bukan hanya sekedar alat bantu. Kemandirian bangsa di bidang TIK harus  terus dilakukan agar Indonesia merdeka di bidang TIK dan data digitalnya  tidak dikuasai negara lain. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)  harus diberikan sejak dini kepada generasi emas Indonesia bila Indonesia  ingin berjaya di tahun 2045. TIK akan mempercepat Indonesia yang  meruapakan negara kepulauan.

Kesalahan kebijakan pemerintahan  terdahulu dengan menghapus mata pelajaran TIK dan kemudian menggantinya  dengan prakarya dalam kurikulum 2013 adalah sejarah kelam kurikulum  pendidikan Indonesia. Indonesia semakin tertinggal bila hal ini terus  dibiarkan.

wisma-unj
wisma-unj
Hasil pengamatan dari Komunitas Guru TIK dan KKPI (KOGTIK) terjun langsung ke 32 kota melalui kegiatan workshop elearning, kami  dapatkan kenyataan bahwa materi TIK belum bisa dititipkan ke guru mata  pelajaran lainnya. Masih banyak guru yang belum mengintegrasikan TIK ke  dalam pelajarannya, dan belum banyak guru yang memasukkan materi TIK ke  dalam pelajaran yang diampunya. TIK masih dianggap hanya sekedar alat  bantu dan bukan sebagai sebuah ilmu yang terus berkembang di era  digital. Peserta didik menjadi semakin liar bermain games dan kurang  beretika di media sosial. Gerakan literasi TIK belum berjalan dengan  baik di sekolah kita.

yogya
yogya
Buku yang diterbitkan  CV. Cipta Media  Edukasi ini, membuat kita para pembaca menjadi semakin tahu bagaimana  generasi digital native di zaman digital, Memahami etika berinternet,  Dampak negatif internet, TIK ruh di era digital, naskah akademik  pentingnya TIK, Olimpiade TIK Nasional, pentingnya elearning,  pembelajaran TIK di berbagai negara, dan pentingnya mata pelajaran TIK  dalam kurikulum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun