Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika TIK Dipisahkan sebagai Ilmu dan Alat Bantu

27 Januari 2017   08:35 Diperbarui: 27 Januari 2017   08:50 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"SD saya sudah hancur, Bima sudah menjadi lautan air, saya mengajar ke sekolah jauh dari rumah, saya honorer tidak digaji, dengan niat mencerdaskan bangsa, kami honorer tidak diperhatikan, tanpa tanda jasa insya Allah dibawa sampai dunia akhirat. Di pedalaman tidak ada teknologi, sinyal pun sulit, poin yang ingin saya garis bawahi dari paparan pembicara. Kami sangat membutuhkan TIK, karena anak-anak berjalan menuju sekolah di pedalaman dan sulit belajar ke kota. Meminta Menkoinfo hal-hal negatif di media sosial diblok saja. Buku-buku yang diterima tidak sesuai tingkatan. Merangkap mengajar sebagai guru playgroup, tk, dan sd umur 3 tahun masuk sd untuk mempersiapkan kemampuan membaca. Siswa masuk perpustakaan malah bingung tidak menunjang kemampuan membaca anak. Buku-buku yang diterima sangat minim. Itulah yang terjadi di daerah kami".

Tidak dapat dipungkiri peran TIK sangat luar biasa. Sangat disayangkan proses masuknya TIK hanya separo bahkan tidak sampai separo. Di dalam hasil rapat, hakikatnya TIK dilihat oleh kementrian hanya sebagai, alat, bahkan oleh guru dan siswanya, tapi tidak hanya sampai itu, perlu ilmunya! Elegannya acara seminar TIK ini untuk meminta TIK ini menjadi materi mata pelajaran. Bagaimana TIK ini kita miliki, kita berharap banyak Onno-Onno yang tercetak berkat TIK ini. Kita hanya melihat TIK hanya sebagai alat bantu. TIK digunakan oleh guru, anak, tidak . Tidak ada proses untuk meningkatkan kompetensi TIK dalam hasil rapat-rapat di kemdikbud.

Tidak ada bagian dari kehidupan ini yang lepas dalam ICT. Dalam ICT atau TIK ini perlu sekali meningkatkan kualitas dan mengamankan ICT dan kualitasnya untuk bangsa ini. Kenapa perlu ada mengamankan, karena TIK ini diibaratkan sebilah pisau yang tajam. Artinya bila dipegang oleh orang yang tidak paham oleh anak kecil bisa melukai diri sendiri. Dari awal bersama komunias guru tik dan kkpi (kogtik), TIK diajarkan dari sd, tidak hanya sebagai tool saja, tidak hanya ilmu saja, tapi juga memiliki etika. Tidak ngomong sembarangan tidak membuka-buka sembarangan. Dari Sd perlu ada pendampingan sehingga menggunakan dengan baik.

Permasalahan geostrategis dan geopolitis, dapat dipahami pemerintah sulit mendukung. Dari 2004 saran-sarana sudah dipersiapkan sekarang tidak terpakai, rusak, nganggur.Yang di kampung-kampung yang di daerah-daerah sulit mengadakan pelajaran TIK. Mohon permintaan, kalau biasa TIK/Prakarya menjadi hal tersendiri. Jika sekolah mempunyai sarana-sarana silahkan mengadakan TIK jika tidak memiliki sarana maka Prakarya. Tidak ada guru-gurunya. Prakarya bingung ngajar apa. Tidak ada sarjana prakarya. TIK/Prakarya menjadi tersendiri. Di kampung2 silahkan berprakarya sesuai tradisi daerahnya dan di kota TIK.

Dok.pribadi
Dok.pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun