Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

TIK Mendidik Insan Berkarakter

12 November 2015   15:46 Diperbarui: 13 November 2015   08:23 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada dasarnya, TIK cuma sebagai alat bantu saja, tidak lebih. Dia tidak beda dengan mesin tik, cangkul, kompor, dan lain-lain semua alat bantu saja. Dibutuhkan pendidikan budaya dan karakter agar pemanfaatan  alat tersebut menjadi optimal dan maksimal tanpa harus kehilangan kearifan lokal. Kearifan lokal harus dijaga, karena merupakan warisan leluhur yang sangat baik sekali. Oleh karenanya, pembentukan karakter peserta didik harus dimulai dari keluarga lalu kemudian sekolah. TIK akan menjadi sebuah ilmu ketika terus dikembangkan dengan arah pendidikan berbasis TIK, sehingga TIK tidak hanya sebagai tools, tapi juga sebagai ilmu pengetahuan yang terus dipelajari seperti coding atau komputer programing.

Dari sisi akademik dan non akademik, seorang pendidik seharusnya menyisipkan pendidikan karakter kepada para peserta didik. Melalui olah pikir, olah hati, olah raga, olah rasa, dan karsa para guru membangun karakter mereka selama tiga tahun di sekolah. Semua itu menyatu dalambudaya sekolah yang tetap eksis dan selalu disempurnakan.

Dalam menerapkan pendidikan budaya dan karakter melalui TIK harus dipikirkan benar dampak positif, dan negatifnya. Sebab perkembangan TIK selalu bermata dua. Di satu sisi menguntungkan, dan sisi yang lain merugikan. Para guru harus mampu memberikan materinya dengan cara-cara interaktif, dan membuat para peserta didiknya menjadi kreatif. Pembelajaranpun menjadi menyenangkan. Mereka digiring bukan hanya sebatas mencari dan memperoleh informasi, tetapi juga mampu menciptakan informasi di internet.

Mereka harus diarahkan untuk mampu menjadi produsen pengetahuan, dan bukan hanya menjadi konsumen pengetahuan saja. Gurupun tak terlalu dominan di kelas karena pembelajaran berpusat pada siswa. Guru lebih sering sebagai fasilitator dan motivator pembelajaran.

Satu kali contoh keteladanan lebih baik daripada 1000 kali perkataan. Para guru harus mampu memberikan contoh yang baik dalam memanfaatkan TIK khususnya internet secara sehat. Dengan begitu mereka akan melihat keteladanan dari gurunya dalam pemanfatan TIK di sekolah. Para peserta didikpun pada akhirnya akan mengikuti pula dalam menjalan internet sehat dengan hati yang sehat pula. Hati yang sehat didapat dari pembinaan pendidikan budaya dan karakter yang terus dikembangkan oleh para guru.

Contoh yang paling mudah dalam pendidikan karakter adalah jujur. Para guru harus mampu menanamkan kejujuran dalam diri setiap peserta didik. Tak berkata bohong  (dusta) dan mampu berkata benar dalam segala sikap dan tingkah lakunya. Hal itu akan dengan mudah tertangkap jelas dari facebook para guru, bila para peserta didiknya telah berteman dengannya. Oleh karena itu jadikan mereka sahabat agar guru dan siswa menjadi dekat. Ajaklah dialog atau diskusi sehingga terjalin komunikasi yang positif antara guru dan siswa.

Semakin banyak pendidik yang paham akan manfaat internet, maka akan semakin banyak pemandu yang akan mengarahkan generasi C-Generation untuk mampu memanfaatkan 5K (Konvergensi, Kontekstual, Kolaborasi, Konektivitas, dan Konten kreatif) dengan benar.

Kesimpulan

Para C-Generation itu harus diarahkan bukan hanya sebagai bangsa penikmat teknologi, tetapi harus mampu kita arahkan untuk menjadi produsen pengetahuan. Agar bisa menjadi produsen pengetahuan, maka budaya baca dan tulis menulis harus benar-benar dilatihkan melalui pemanfaatan TIK secara benar. Para guru pun harus belajar ngeblog agar mampu memberikan keteladanan kepada para peserta didiknya. Dengan ngeblog, para guru dan siswa menjadi terbiasa menulis.

Alangkah indahnya bila para C-Generation itu mampu berinternet secara sehat, menyebarkan berita dengan benar, dan mampu menceritakan pengalamannya yang mengesankan dalam blog-blog mereka. Dengan begitu kemampuan menulis mereka pun akan terasah dengan baik, karena sering menulis di blog. TIK bukan lagi kependekan dari Teknologi Informasi dan Komunikasi, tetapi telah berubah menjadi “Tampak Indah Karakternya”.Mereka adalah generasi yang mampu berbahasa dan berbudaya Indonesia dengan baik dan benar. Mari mendidik insan berkarakter melalui TIK.

Daftar Bacaan:

  1. TIK: Menulis Blog untuk Pendidikan, Wijaya Kusumah, Penerbit Indeks, 2012
  2. Menjadi Guru Tangguh Berhati Cahaya, Wijaya Kusumah, Penerbit Indeks, 2012
  3. Menulislah Setiap Hari, dan Buktikan Apa yang Terjadi, Wijaya Kusumah, Penerbit Indeks, 2012

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun