Kami memang belum lama kenal. Tapi serasa sudah mengenal lama. Bahkan kami selalu kompak dalam suka maupun duka. Hilangnya mata pelajaran TIK dan KKPI membuat kami merasa senasib dan sepenanggungan. Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di SD, SMP, SMA dan mata pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengolahan Informasi (KKPI) di SMK harus terus diperjuangkan agar kembali berada dalam struktur kurikulum nasional. Tanpa terasa, sudah dua tahun kami memperjuangkannya, hingga berganti rezim. Mendikbud era Anies Baswedan nampaknya jauh lebih aspiratif dan mau membuka pintu dialog. Bahkan kami difasilitasi tempat untuk menyelenggarakan seminar nasional 'URGENSI MATA PELAJARAN TIK DAN KKPI" pada 25 April 2015 di Aula Gedung A Kemdikbud Senayan Jakarta.
Teman-teman yang omjay sayangi dan banggakan. Mengapa mata pelajaran ini terus kami perjuangkan? Sebab generasi emas Indonesia memerlukan banyak pemandu di bidang TIK, dan mampu mengarahkan mereka untuk menjadi pemain dalam bidang TIK. Bukan hanya sebagai pengguna saja, tetapi juga mampu menjadi produsen produk-produk TIK yang terus berkembang. Diantaranya, komputer tablet, gadget atau ponsel pintar, dan produk-produk TIK lainnya. Terus terang hingga saat ini belum ada produk TIK asli buatan Indonesia. Oleh karenanya pondasi TIK harus ditanamkan sejak dini bila bangsa ini tidak tertinggal dengan perkembangan TIK. Software, hardware, brainware harus terus dikenalkan, dan dikembangkan oleh anak Indonesia bila bangsa ini ingin menjadi pemain di bidang TIK.
Pejabat pemerintah di era mendikbud Mohammad Nuh memberikan berbagai alasan. Mulai dari ketiadaan listrik di daerah sampai mengatakan tidak perlu ada mata pelajaran TIK yang berdiri sendiri. Alasan yang dikemukakan ternyata baru berupa wacana, dan belum dikaji secara akademik. Mereka hanyalah beropini agar mata pelajaran TIK dan KKPI yang sudah ada dalam struktur kurikulum 2006 diintegarsikan ke semua mata pelajaran saja. Alasan TIK hanya sebagai tools atau media sangat jelas sekali dan mereka lupa bahwa TIK saat ini sudah menjadi ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Hal ini dapat dibuktikan dengan dibukanya jurusan TIK di berbagai perguruan tinggi yang menyiapkan tenaga pengajar TIK dan KKPI.
SAVE TIK DAN KKPI HARGA MATI. Itulah slogan yang kami teriakkan. Mari dijaga kekompakan guru TIK dan KKPI. Tidak boleh lagi ada diskrisminasi terhadap guru TIK dan KKPI. Mereka sudah banyak dirugikan ketika kurikulum 2013 yang disingkat kurtilas diluncurkan secara tergesa-gesa. Akhirnya, kurikulum inipun harus dievaluasi dan menuai pro dan kontra. Bagi kami, mata pelajaran TIK dan KKPI harus tetap masuk dalam struktur kurikulum. Materinya kita perbaharui mengikuti perkembangan TIK saat ini, dan guru-gurunya dilatih untuk meningkatkan kompetensinya. Lalu pemerintah menyiapkan buku TIK untuk siswa dan buku pegangan guru untuk guru TIK dan KKPI.
Kekompakan guru TIK dan KKPI menjadi pelajaran berharga bagi guru-guru mata pelajaran lainnya, bahwa tidak mudah membangun kebersamaan. Sebab banyak di antara kita para guru yang malas berjuang dan hanya memikirkan dirinya sendiri. Semoga kita bukan menjadi guru pecundang dan menjadi pahlawan kesiangan. Mari kita saling melengkapi dan terus berjuang untuk kembalinya mata pelajaran TIK dan KKPI yang disukai siswa, diminta orang tua, dibutuhkan kalangan dunia usaha, dan digemari para guru di Indonesia.
Salam Blogger Perrsahabatan
Omjay
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H