Mata saya tak berkedip ketika membaca tulisan yang berjudul Taufiq Effendi: "Meski Tuna Netra Mampu Bermimpi, Memimpin, Wiraswasta hingga 8 beasiswa keluar negeri!" Saya berdecak kagum dengan sosok pria ini dan meng-copas tulisan itu ke dalam microsoft word yang mencapai 4 halaman. Lalu saya bagikan tulisan itu kepada teman-teman guru untuk memotivasi mereka. Orang banyak harus tahu perjuangannya, dan bisa menjadi pembelajaran penting bagi kita yang masih bisa melihat dengan jelas indahnya dunia. Kita pun akau terpacu untuk mendapatkan beasiswa ke luar negeri. [caption id="attachment_172579" align="aligncenter" width="533" caption="Bertemu Taufiq Effendi di rumah mertuanya"][/caption] Saya langsung menelpon Taufiq Effendi melalui ponsel saya. Di dalam tulisan itu ada terpajang nomor handponenya. Lalu terdengarlah suara pria perkasa yang ternyata adalah penulisnya sendiri yang berprofesi sebagai dosen honor di FBS UNJ. Kamipun saling berkenalan, dan janjian. Taufiq akan datang ke sekolah Labschool usai mengajar di UNJ. Betapa senangnya saya. Sebab akan kedatangan tamu istimewa. Seorang tuna netra yang bermental baja. Bila anda membaca kisahnya, tentu anda akan salut dengan pria beranak satu ini. Seorang anak remaja yang harus mengalami kebutaan. Tiba-tiba dunia serasa gelap dan waktu berjalan dengan lambat. Tiga tahun lamanya terpaksa Taufiq tidak sekolah, dan benar-benar menjadi tuna netra. Hidup terasing, dan mengahadapi keadaan yang gelap gulita. Matanya sudah benar-benar tak bisa melihat lagi. Sudah banyak pengobatan yang dia lakukan, tapi hasilnya NIHIL. Saya tunggui kehadiran pria perkasa itu di ruangan saya. Di ruangan komputer itu saya membuka draft buku kang agus hermawan yang sangat bagus dibaca oleh para guru dan juga khalayak ramai. Saya diminta untuk memberikan komentar atau prakata dari tulisan-tulisannya di kompasiana. Sungguh inspiratif! Terutama tentang bandara dan toilet yang bisa dijadikan tempat untuk menulis. Tiba-tiba ponsel saya berbunyi. Ada sms masuk. Isinya dari Taufiq Effendi. Beliau tuliskan tidak jadi ke tempat saya, karena banyak foto copy-an dari kampus yang harus dibawanya. Tidak mungkin dia membawanya ke tempat kerja saya. Beliau berjanji akan datang besok pagi jam 8 ke Labschool, tempat saya mengabdikan diri. Begitulah intisari dari sms yang dituliskannya. Tapi bila anda ingin tahu juga kalimat smsnya, akan saya tuliskan di bawah ini:
"Pak Wijaya. Insya Allah besok jam 8 pagi saya ke sana. Sekarang saya bawa banyak fotokopian buku. Saya rasa rekan bapak ada yang sudah kenal saya. Saya mengajar di sekolah Dipenogoro 1,5 tahun yang lalu. Pak Arief Rachman kenal baik".
Saya agak kecewa sedikit membaca sms-nya. Tanpa pikir panjang, saya langsung meneleponnya dan berharap bisa mampir ke rumahnya malam ini. Dengan begitu saya bisa langsung mengenal sosok yang sangat inspiratif. Alhamdulillah, beliau mempersilahkan saya main ke rumahnya yang tak jauh dari tempat saya mengajar. Katanya, dari rumah makan pagi sore rawamangun lurus sampai ujung, dan belok kanan. Dari situ ada gang yang namanya gang kana. Masuk hingga ketemu mushollah. Dari situ tanya pak Taufiq, dosen tunanetra mantu bu Salbiah. Tidak sulit bagi saya menemukan rumahnya. Saya dipersilahkan masuk oleh saudaranya. Tak berapa lama bertemulah saya dengan pria yang luar biasa ini. Terlihat matanya yang buta. Namun dari kebutaannya itu terlihat semangat yang menyala. Matanya boleh buta, tapi hatinya sangat bercahaya. Inilah yang menyebabkan dia bisa keliling dunia dan mendapatkan 8 beasiswa keluar negeri. Taufiq Effendi bercerita sedikit tentang kisah hidupnya. Dia mendapatkan motivasi dari Mas Andi Arsana, seorang dosen di UGM yang sedang merampung PhD-nya di university of Wollongong Australia. Andi memintanya menuliskan pengalaman perjuangan hidupnya hingga akhirnya bisa mendapatkan bea siswa ke luar negeri. Berdecak kagum saya mendengarkan penuturannya. Sayapun mengajaknya untuk menghadiri acara intip buku yang akan dilaksanakan di gedung Serbaguna, Menara Syafrudin Prawiranegera lt3, bank Indonesia, jl. MH Thamrin no.2 Jak-Pus. Saya berharap beliau bisa hadir di hari Sabtu, 28 April 2012, dan memberikan motivasi kepada 200 orang peserta yang akan hadir dalam acara ini. Saya katakan kepada beliau, acara ini adalah acara sosial. Dimana panitia, pembicara, dan pesertanya tidak dibayar. Semua gratis karena sudah ditanggung oleh IB Perbankan Syariah dalam menyiapkan gedung dan konsumsinya. Ada juga beberapa sponsor pendamping yang menyiapkan Goody bag dan doorprize. Beliaupun setuju dan bersedia hadir dalam acara intip buku. Saya bersyukur sekali, sebab kisah perjuangan hidupnya tentu akan menginspirasi kami yang akan hadir dalam acara intip buku. Saya lihat di facebook, sudah semakin banyak orang yang mendaftarkan diri. [caption id="attachment_172581" align="aligncenter" width="317" caption="Brosur Acara Intip Buku"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H