Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menciptakan Budaya Sekolah Yang Kokoh & Tetap Eksis Dalam Rangka Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Sekolah

28 Maret 2012   06:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:22 2589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_168797" align="aligncenter" width="448" caption="Sumber Gambar: Buku Mengenal PTK karya Wijaya & Dedi"][/caption]

Setiap tahun ajaran baru sekolah kami, SMP-SMA Labschool Jakarta membuka pendaftaran siswa baru. Setiap kali dibuka, respon masyarakat terhadap sekolah kami kian meningkat. Hal ini dapat dibuktikan dari banyaknya jumlah orang tua yang mendaftarkanputra-putrinya untuk mengikuti tes ujian masuk SMP-SMA Labschool Jakarta yang setiap tahunnya mengalami grafik kenaikan. Respon yang begitu besar itu membuat kami harus bersyukur dan merenung, karena sebagai sekolah swasta umum kami harus bersaing dengan sekolah-sekolah yang ada di sekitarnya, baik itu sekolah swasta bercirikan keagamaan, bercirikan kebangsaaan, atau pun sekolah negeri favorit yang menjadi dambaan siswa dan orang tua. Kalau dihitung-hitung di sekitar sekolah kami (labschool) ada sekitar 10 sekolah unggulan.

Dari sekian banyak sekolah yang ada di sekitar kami, SMP-SMA Labschool Jakarta menjadi pilihan favorit dari para orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya. Mengapa Labschool yang dipilih dan tidak yang lain? Apa nilai unggulnya? Dan mengapa mereka begitu antusias, padahal untuk bisa bersekolah di Labschool membutuhkan biaya yang tidak sedikit, bahkan sampai puluhan juta rupiah? Keunggulan apa yang dimiliki oleh SMP-SMA Labschool Jakarta? Fasilitaskah? Jelas tidak. Karena sekolah-sekolah yang ada di sekitarnya memiliki fasilitas yang jauh lebih lengkap dan canggih. Prestasi dalam Ujian Nasional? Tidak juga, Karena SMP-SMA Labschool Jakarta hanya menempati posisi lebih dari nomor sepatu.Lalu apa dong yang unggul dari Labschool? Jawabannya, karena Labschool mempunyai misi dan visi yang jelas yaitu Labschool merupakan sekolah yang mempersiapkan pemimpin masa depan yang bertakwa, berintegritas tinggi, mempunyai daya juang yang kuat, mempunyai kepribadian yang utuh, berbudi pekerti luhur, mandiri serta mempunyai kemampuan intektual yang tinggi. Untuk mencapai visi tersebut Labschool mempunyai misi menciptakan lingkungan belajar yang menantang dan menyenangkan, adil, kreatif, terintegratif, dan dedikatif terhadap pencapaian misi, menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi dalam perkembangan intelektualnya dan mempunyai karakter takwa, jujur, kreatif, mampu menjadi teladan, bekerja keras, toleran dan cakap dalam memimpin, menjawab tantangan akan kebutuhan pengembangan sumber daya manusia yang dapat menjawab tantangan dan berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dengan motto Iman, Ilmu, Amal, Kreatif dan Berprestasi menjadikan Labschool menjadi sekolah uanggul yang berkualitas. Apalagi ditambah banyaknya tamu dari lembaga pendidikan lainnya yang datang untuk melakukan studi banding dari berbagai daerah di Indonesia setiap bulannya (± 4 lembaga), membuat kami merasa tersanjung.

Semua itu tidak terlepas dari berbagai budaya yang telah mengakar di SMP-SMA Labschool Jakarta. Berbagai budaya itu adalah budaya kerja, budaya organisasi, dan budaya sekolah. Salah satu yang unik dan unggul yang tidak dimiliki oleh sekolah lainnya adalah budaya sekolah (School Culture) yang kokoh, dan tetap eksis serta semakin disempurnakan. Dengan memadukan semua unsur untuk turut bekerjasama dalam menciptakan komunitas yang lebih baik melalui pendidikan yang berkualitas serta adanya upaya siswa, guru, dan orang tua sebagai komunitas sekolah untuk turut bertanggung jawab dalam meningkatkan mutu pembelajaran sekolah, menjadikan Labschool menjadi sekolah unggul dan favorit di masyarakat. Keberadaannya sudah menjadi buah bibir, dan orang tua akan berusaha memasukkan anaknya ke Labschool, walaupun dalam ujian masuk, putra-putrinya tidak diterima dan terbatasnya tempat yang ada di sekolah.

Melalui budaya organisasi, dan di bawah pengelolan Yayasan Pembina Universitas Negeri Jakarta, membuat Labschool harus menata kembali status kelembagaan, struktur organisasi, komitmen civitas akademika, aturan kepegawaian dan kesejahteraan, penggunaan teknologi, sistem pemeliharaan fasilitas, sumber keuangan, pembinaan terhadap pegawai, penjenjangan karir pegawai, pengembangan program dan layanan pendidikan, pengembangan lembaga, dan pengembangan sumber keuangan.

Untuk dapat tetap eksis dan sukses dalam meningkatkan kualitas, suatu sekolah harus menciptakan suatu budaya sekolahnya sendiri sebagai identitas diri, dan juga sebagai rasa kebanggaan akan sekolahnya. Dalam menciptakan budaya sekolah (school culture) yang kokoh kita hendaknya berpedoman pada misi dan tujuan sekolah yang tidak hanya mencerdaskan otak, tetapi juga watak, seperti halnya yang sering disampaikan oleh tokoh pendidikan, Prof. Arief Rachman serta mengacu pada : Peningkatan kecerdasan intektual, kecerdasan emosional, kecerdasan rohani, dan Peningkatan kecerdasan social.

Apa itu Budaya Sekolah?

Budaya sekolah sendiri mencakup muatan yang luas, meliputi : akademik, non akademik, kerohanian, kesenian, dan kemasyarakatan. Menjadi tugas dan komitmen guru dan siswa untuk menggali dan menyuburkan budaya sekolah agar tetap eksis dan mencapai kesempurnaan. Karena budaya tersebut di atas yang tertanam di hati para siswa, hampir bisa dikatakan seratus persen sekolah kami jauh dari narkoba, merokok, minuman keras, dan tawuran antar pelajar.

Selain itu, budaya sekolah yang harus diciptakan adalah budaya unggul dan mampu bersaing di dunia global. Memiliki daya juang yang tinggi, dan tak mengenal putus asa. Melestarikan budaya lokal dengan tetap mengikuti trend budaya global yang berkembang, misalnya gamelan, dan tarian tradisional perlu dilestarikan sebagai warisan budaya bangsa, tetapi tidak kita pungkiri pula band dan modern dance tetap diperbolehkan sebagai budaya global yang disukai oleh kaum remaja saat ini.

Karena itu, nuansa religius dengan tadarus dan kebaktian sebelum pembelajaran dilaksanakan harus dijadikan aktivitas rutin di hari Senin dan Kamis misalnya. Membudayakan salam dan saling menegur dengan bahasa yang ramah menjadi fenomena yangbiasa. Budaya kerjasama, baik orang tua, guru, dan siswa harus terus sinergi dan memiliki tanggung jawab untuk memajukan sekolah. Saling hormat menghormati, dan mampu menilai kelemahan diri serta memunculkan sifat keteladanan harus dapat tertanam dalam diri siswa, guru, dan orang tua siswa.

Melalui kegiatan Persatuan Orang Tua Murid dan Guru (POMG), para orang tua diberikan kesempatan untuk berperan membantu program-program yang dibuat oleh sekolah. Orang tua harus diberikan kepercayaan membuat program-program kegiatan yang akan mendukung program sekolah, contohnya di Labschool POMG pernah membuat acara seminar INDONESIAN PARENTING FORUM for TEENs ( IPF for Teens / FORUM ORANG TUA INDONESIA PEDULI REMAJA ) yang dibuka oleh Mendiknas RI pada 12 Mei 2007 sebagai wujud kepedulian orang tua untuk bersama-sama memajukan pendidikan anak bangsa. Karena menyadari bahwa pendidikan bukan hanya tanggung jawab sekolah dan pemerintah.Forum ini juga memiliki kepedulian pada dunia pendidikan, khususnya pendidikan pada anak remaja di sekolah. Kegiatan POMG harus menjadi budaya sekolah yang harus dilestarikan.

Sudah cukup lama dirasakan adanya ketidakseimbangan antara perkembangan intelektual dan emosional remaja di sekolah menegah (SLTP/ SLTA). Kemampuan intelektual mereka telah dirangsang sejak awal melalui berbagai macam sarana dan prasarana yang disiapkan di rumah dan di sekolah. Mereka telah dibanjiri berbagai informasi, pengertian-pengertian, serta konsep-konsep pengetahuan melalui media massa (televisi, video, radio, dan film) yang semuanya tidak bisa dipisahkan dari kehidupan para remaja sekarang. Dari segi fisik, para remaja sekarang juga cukup terpelihara dengan baik sehingga mempunyai ukuran tubuh yang sudah tampak dewasa, tetapi mempuyai emosi yang masih seperti anak kecil. Terhadap kondisi remaja yang demikian, banyak orang tua yang tidak berdaya berhadapan dengan masalah membesarkan dan mendewasakan anak-anak di dalam masyarakat yang berkembang begitu cepat, yang berbeda secara radikal dengan dunia di masa remaja mereka dulu. Untuk mengimbangi padatnya informasi yang diterima remaja memunculkan masalah-masalah baru yang harus disikapi secara positif oleh orang tua. Sesama orang tua dapat membangun komunikasi yang positif untuk saling berbagi pengalaman dan pengetahuan dalam menghadapi permasalahan remaja. Remaja yang masih sekolah di SLTP/ SLTA selalu mendapat banyak hambatan atau masalah yang biasanya muncul dalam bentuk perilaku.

Dampak perilaku bermasalah yang dilakukan remaja akan menghambat dirinya dalam proses sosialisasinya dengan remaja lain, dengan guru, dan dengan masyarakat. Perilaku malu dalam mengikuti berbagai aktivitas yang digelar sekolah misalnya, termasuk dalam kategori perilaku bermasalah yang menyebabkan seorang remaja mengalami kekurangan pengalaman. Karena itu budaya malu harus menjadi anutan dalam suatu sekolah bertaraf internasional. Dengan malu siswa dilatih untuk menyelesaikan sendiri masalahnya.

Perilaku menyontek, bolos, dan melanggar peraturan sekolah merupakan contoh penyesuaian diri yang salah pada remaja di sekolah menegah (SLTP/SLTA). Kecenderungan pada sebagian remaja adalah tidak mampu membedakan antara perilaku benar dan salah. Wujud dari conduct disorder adalah munculnya cara pikir dan perilaku yang kacau dan sering menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah. Penyebabnya, karena sejak kecil orangtua tidak bisa membedakan perilaku yang benar dan salah pada anak. Wajarnya, orang tua harus mampu memberikan hukuman pada anak saat ia memunculkan perilaku yang salah dan memberikan pujian atau hadiah (reward) saat anak memunculkan perilaku yang baik atau benar.

Peranan Lembaga Pendidikan Untuk tidak segera mengadili dan menuduh remaja sebagai sumber segala masalah dalam kehidupan di masyarakat, barangkali baik kalau setiap lembaga pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat) mencoba merefleksikan peranan masing-masing. (bersambung)

Salam Blogger Persahabatan Omjay

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun