[caption id="attachment_86863" align="aligncenter" width="600" caption="Menulis itu ibarat kebutuhan makan"][/caption]
Banyak kawan guru yang bertanya kepada saya bagaimana untuk bisa konsisten menulis. Sebab banyak di antara kawan-kawan guru yang awalnya komitmen, satu persatu gugur secara teratur atau bisa dikatakan mundur. Mereka kalah dengan dirinya sendiri dikarenakan mereka sendiri telah melanggar komitmen yang telah dibuatnya. Janji telah diucapkan, tetapi apa daya kemampuan, dan kemauan kuat terlepas dari badan. Jadilah dia orang yang inkonsistensi. Mulai tak bisa mempertahankan apa yang dia janjikan. Janji tinggallah janji. Kau yang memulai, dan kau pula yang mengingkarinya dengan berbagai alasan. Alasan yang sebenarnya itu tak perlu terjadi bila mereka konsisten dengan apa yang telah mereka ucapkan.
Banyak kawan-kawan guru yang saat ini tak mampu menulis. Sebab masih ada penyakit dalam dirinya yang harus diobati. Untuk mengobati penyakit menulis kawan-kawan guru yang seperti di atas, tentu bukan perkara mudah. Sebab menaklukan ribuan orang belum tentu dikatakan sebagai pemenang, tapi mampu menaklukan diri sendiri itulah yang disebut penakluk gemilang. Tak semua orang bisa menaklukkan dirinya sendiri. Apalagi untuk menghilangkan penyakit malas menulis. Perlu kesadaran diri untuk memulainya. Sebab sesuatu yang sulit dari menulis adalah memulai.
Bagi orang yang tak terbiasa melakukannya, menulis adalah kegiatan yang paling sulit. Apalagi bagi orang yang belum pernah melakukannya. Pasti ia lebih suka mendengarkan musik favoritnya, ketimbang menulis. Bagi orang yang bermimpi menjadi penulis, menulis adalah kegiatan yang harus terus dilakukan. Meskipun kadang malas melakukannya, seorang pemimpi, segera sadar untuk melawan kemalasannya. Jikalau ia bingung mau menulis apa, buntu, mentok, ia segera merefresh energinya agar bisa kembali pulih untuk menulis lagi. Tetapi tahukah anda apa rahasia para penulis yang konsisten dengan profesinya. Apakah rahasia para penulis terkenal? Rahasianya adalah membaca. Saat mereka bermimpi menulis novel best seller misalnya, mereka segera membaca novel-novel yang menjadi best seller. Ketika mereka ingin bukunya menjadi buku yang banyak dipuji orang, mereka membaca buku-buku yang banyak dipuji orang. Ketika mereka ingin menulis buku yang pantas diterjemahkan ke beberapa bahasa asing, iapun membaca buku-buku semacam itu. Itulah sedikit rahasia mereka. Sebagai penulis, mereka membutuhkan makanan. Layaknya perut kita yang butuh makan setiap hari. Pikiran dan jiwa para penulis itupun butuh makanan. Dan makanan yang paling bergizi buat mereka adalah beragam literatur yang akan menambah wawasan dan energi mereka untuk selalu menulis.
Harus ada komitmen dalam diri sendiri untuk mulai menulis, dan terus menerus menulis. Jangan biarkan dirimu terlena oleh ketakutan yang tak beralasan. Keberaniaan harus dibangun, dan jadikan menulis sebagai sebuah kebutuhan. Bila anda menganggap menulis itu sebuah kebutuhan. Sama halnya anda menganggap makan, atau minum adalah kebutuhan, maka anda akan berupaya untuk menggapainya. Sebab anda akan merasalan lapar, karena tidak menulis hari ini.
Cobalah anda rasakan bagaimana rasanya bila perutmu lapar. Tentu anda akan merasa tidak tenang, dan akan berusaha sekuat tenaga mencari makan dan minuman, karena itu adalah sebuah kebutuhan. Manusia bisa mati bila tak makan dan minum.
Ketika kita menyadari menulis itu adalah sebuah kebutuhan, maka jiwa dan raga kita pun akan dengan sendirinya bergerak untuk membuat sebuah tullisan yang bermakna, dan membuat orang tertarik untuk membacanya.
Bila menulis anda niatkan untuk ibadah, maka menulispun terasa indah. Menulis bukan lagi sebuah kebutuhan, tetapi sudah merasuk kedalam jiwa, dan menghipnotis raga untuk melakukan sebuah proses yang bernama menulis. Ketika jiwa dan ragamu telah menyatu, maka akan dihasilkan tulisan yang bermutu. Tentu anda harus banyak membaca terlebih dahulu agar tulisan anda itu bermutu.
Saya bukanlah seorang penulis terkenal. Bukan pula seorang artis atau jenderal berbintang. Saya hanya seorang guru yang merasakan benar bahwa menulis itu adalah sebuah kebutuhan. Sebuah kebutuhan yang saya perlukan untuk berbagi kepada siapa saja yang memerlukan informasi dari apa yang saya tuliskan. Oleh karenanya untuk apa saya menulis jelas terbaca dalam niatan saya yang tulus ikhlas dalam meramu kata-kata biasa menjadi luar biasa. Kata-kata yang menjadi kalimat motivasi agar kawan-kawan guru bisa menulis. Sayangnya, hanya sebagian kecil guru saja yang merasakan nikmatnya menulis dan menjadikannya sebuah kebutuhan.
Menulis akan menjadi sebuah kebutuhan manakala kawan guru telah melaksanakan proses itu setiap harinya. Apa yang anda lihat, apa yang anda dengar, apa yang anda rasakan, apa yang anda raba, apa yang anda cium, dan apa yang ada dalam alam pikiranmu menjadi sebuah bahan untuk meramu tulisanmu.