Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Citra SBY yang Semakin Terkoyak

10 Oktober 2010   12:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:33 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_285108" align="aligncenter" width="499" caption="sumber kompas.com"][/caption]

Entah kenapa, akhir -akhir ini berita tentang pak SBY lebih banyak bernuansa negatif ketimbang positif. Citra SBY semakin terkoyak. Nampaknya sudah mulai ada gerakan menggugat pemerintahan sby-budiono. Pak SBY dinilai gagal menjawab keinginan rakyat. Berita pun serasa tak seimbang. Banyak orang yang kecewa dengan pemerintahan pak sby di pemerintahan kedua ini. Mengapa ini sampai terjadi? Bukankah pak sby sangat menjaga citranya, dan berani membayar mahal untuk sebuah politik pencitraan?

Kalau kita membaca buku mas inu, pak beye dan politiknya, maka akan terlihat dengan kasat mata betapa mahalnya ongkos politik yang dibayar pak sby untuk sebuah pencitraan. Bagi mereka yang telah termakan mentah-mentah dengan pencitraan itu, maka akan terlihatlah bahwa pemerintahan pak sby itu adalah pemerintahan yang adil dan bijaksana. Benarkah demikian?

Sebagai seorang guru yang tak bermain di ranah politik, cukup gerah juga saya membaca berita negatif itu. Tetapi bila melihat kenyataan di depan mata, begitu banyak rakyat yang masih miskin dan sulitnya mereka mendapatkan layanan kesehatan dan pendidikan membuat hati ini bertanya, masih adakah negara yang mengurus mereka? Dimana negara mengayomi mereka? Dimana negara melindungi mereka? Bukankah dulu mereka yang banyak mengikuti kampanye pak sby? Bukankah dulu mereka yang justru banyak memilih kembali pak sby menjadi presiden? lalu kenapa mereka dikecewakan?

Aksi di istana yang akan digelar pada 20 Oktober 2010 yang akan datang menjadi bukti bahwa banyak rakyat yang serasa terpinggirkan. Hak-hak kewarganegaraannya kurang diakomodir oleh pemerintah, dan adanya dialog atau komunikasi nampaknya kurang berjalan dengan baik. Pemerintah agaknya semakin jauh dari harapan rakyat. Mungkin ini hanya pendapat saya sepihak saja. tanpa data-data yang akurat dan fakta yang tepat.oleh karena itu mari kita urun pendapat, dengan kepala dingin dan berniat untuk memperbaiki negeri ini menjadi lebih baik.

Nampaknya pak sby dulu dengan sekarang serasa berbeda. Dulu ketika terpilih di tahun 2004, pak sby nampak bersahaja dan selalu tersenyum di hadapan publik. Tetapi bila melihat kini, di tahun 2010 pak sby banyak mengeluh dan sering marah dihadapan publik. Ada apa dengan bapak sby? Dimana pak sby yang saya kagumi dulu?

Pada hari ini, tanggal 10 bulan kesepuluh tahun 2010, harus ada perubahan yang signifikan dari pemerintahan sby. Bapak sby harus memperbaiki citranya yang semakin terkoyak. Terus melakukan dialog dan tidak percaya begitu saja dengan dayang-dayang istana. Pak sby mungkin perlu melakukan sidak yang tak terduga untuk melihat keadaan rakyat yang sebenarnya.

Citra sby yang semakin terkoyak harus segera dirajut kembali dengan bukti nyata menjawab keinginan rakyat yang belum terpenuhi. Janji harus ditepati, bila tidak maka pak sby akan bernasib sama dengan pak karno, pak harto, pak habibie, dan pak gusdur. Mereka diminta mundur sebelum habis masa pemerintahannya. Mungkinkah ini bisa terjadi pada sby juga?

Citra sby yang semakin terkoyak harus dijahit dengan benang-benang kearifan dan kebijaksanaan. Mungkin ada yang salah dalam proses menjahit itu, karena kurangnya pengawasan dari para penjahit politik yang kurang melihat dengan mata hati apa yang diinginkan oleh rakyat. Bila korupsi masih tebang pilih, bila kasus century cuma masuk peti, bila koruptor diampuni, maka jangan harapkan rakyat mau percaya lagi. Apalagi bila penjahat politik masih berkeliaran di negeri ajaib ini. Cukup sudah pencitraan, kita pun akan melihat sebuah ketoprak ala mataraman.

salam Blogger Persahabatan

Omjay

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun