[caption id="attachment_85251" align="alignleft" width="300" caption="Menulis, Keterampilan Yang Harus Diajarkan di Sekolah"][/caption]
Melihat kelakuan para anggota DPR kita di televisi, tentu banyak orang yang akan menulis. Ada yang menulis dengan sangat santun, dan ada pula yang menulis dengan sumpah serapah. Masing-masing penulis punya gaya. Tetapi, buat mereka yang memiliki intelektualitas tinggi, maka mereka menulis dengan hati dan melakukan argumentasi dengan data dan fakta yang ada. Mencoba mencari solusi dan bukan hanya mengemukakan masalah.
Inilah penulis hebat yang terlahir dari kepekaannya terhadap masalah dan mampu menggambarkannya dengan sangat teliti kejadian yang terjadi.
Mereka yang mampu menulis dengan baik, maka akan banyak pembaca yang tertarik dan merekapun terhanyut dalam untaian-untaian kalimat memikat yang membuat mereka betah dan memiliki minat yang tinggi dalam membacanya.
Dalam postingan ini, penulis tak akan menuliskan hal-hal yang dialami oleh para anggota DPR kita, karena penulis melihat sudah banyak kompasianers yang menuliskannya. Sebagai seorang guru, justru penulis hanya ingin menulis, betapa pentingnya keterampilan menulis diajarkan di sekolah-sekolah kita, agar mereka mampu menulis dengan gaya menulisnya sendiri.
Menurut Sri Mulyati, dorongan untuk menulis itu sama besarnya dengan dorongan untuk berbicara, untuk mengkomunikasikan pikiran dan pengalaman kita kepada orang lain, untuk paling tidak, menunjukkan siapa diri kita ini. Dengan demikian, semua orang termasuk siswa kita sebenarnya memiliki kemampuan untuk menulis. Namun, bagaimana guru dapat mendorong siswa untuk mempraktikkan, mengasah, dan memunculkan kemampuan menulisnya? Itulah sebuah pertanyaan yang harus dijawab oleh para guru, bukan hanya pelajaran bahasa saja, tetapi semua pelajaran.
Sebenarnya dalam proses pembelajaran, mata pelajaran apa pun, ada kegiatan-kegiatan yang menuntut siswa untuk menulis. Menjawab pertanyaan pemahaman secara tertulis berkaitan dengan topik bahasan, membuat catatan sendiri, membuat rangkuman atau membuat laporan adalah kegiatan-kegiatan menulis yang biasa dilakukan di dalam proses pembelajaran. Terlebih dalam pelajaran bahasa, baik pelajaran bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, siswa belajar tentang teori-teori menulis dengan sedikit praktek menulis. Namun, ternyata kegiatan-kegiatan tersebut tidak serta merta menjadikan siswa terampil menulis.
Begitupula pada pembelajaran pembuatan blog di internet. Termasuk membuat blog di kompasiana dan mengupdatenya dengan baik. Dibutuhkan kemampuan menulis agar apa yang disampaikannya dipahami oleh para pembaca.
Menurut Sokolik, menulis adalah kombinasi antara proses dan produk. Prosesnya yaitu pada saat mengumpulkan ide-ide sehingga tercipta tulisan yang dapat terbaca oleh para pembaca yang merupakan produk dari kegiatan yang dilakukan oleh penulis.
Menulis pada dasarnya bukan hanya sekedar menuangkan isi pikiran ke dalam bentuk tulisan, tetapi lebih pada proses kreatif dalam menuangkan gagasan ke dalam wacana agar dapat dibaca, dipahami dengan mudah, dan lebih dari itu menarik untuk dibaca.
Supaya dapat dibaca dan dipahami dengan mudah, menulis tentu harus mengikuti kaidah bahasa dan aturan penulisan. Namun, bukan berarti dalam pembelajaran menulis guru memberondong siswa dengan teori-teori menulis yang justru akan berakibat anak jadi malas untuk menulis. Anak justru jadi takut menulis, dan akan mengganggap bahwa menulis itu sulit.
Keterampilan menulis tidak muncul begitu saja, perlu latihan terus menerus sehingga penulis benar-benar memahami apa yang akan ditulisnya. Keterampilan menulis pada hakekatnya tidak hanya sekedar menuliskan simbol grafis sehingga membentuk kata dan selanjutnya membentuk kalimat yang memiliki arti dan dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil. Untuk mampu menulis, seorang penulis tidak hanya mampu menguasai topik yang akan ditulisnya, tetapi lebih dari itu, seorang penulis harus mampu berpikir secara tepat untuk memilih kata yang akan digunakan.
Keterampilan menulis adalah keterampilan proses. Mengajarkan keterampilan menulis seyogyanya lebih ditekankan pada proses menghasilkan satu tulisan, lebih pada bagaimana siswa secara bertahap mampu membuat karya tulis, tulisan tentang apa pun yang mereka tahu dan mereka sukai.
Berikut ini lima terobosan yang diajukan oleh A Chaedar (2005) dalam pelajaran bahasa agar siswa mampu menulis, yaitu:
1. Giatkan menulis kolaboratif
Kolaborasi adalah suatu teknik pengajaran menulis dengan melibatkan sejawat atau teman untuk saling mengoreksi. Sejawat yang diajak berkolaborasi itu disebut kolaborator. Dalam kelas besar, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil membentuk literracy circle, terdiri atas tiga atau empat orang. Masing-masing anggota membaca karangan atau tulisan teman dalam kelompoknya. Sewaktu membaca, kolaborator memberikan tanda pada kesalahan-kesalahan kecil dan setelah itu memberikan komentar atau respons terhadap tulisan teman-teman satu kelompoknya.
2. Tumbuhkan rasa senang waktu menulis
Untuk membangun keterampilan menulis, biarkan potensi siswa meledak-ledak, berteriak, menjerit, berisak tangis, berbisik sendu, bermesra ria dengan nuraninya sendiri dalam bentuk yang disukainya, baik dalam bentuk tulisan informatif, argumentatif, eksploratif, imajinatif, persuasif, atau ekspresif. Adanya rasa senang membuat anak menjadi aktif menulis.
3. Berikan feedback
Berikan masukan dan komentar yang produktif, interaktif, dialogis, dan mencerdaskan pada tulisan siswa, bukan sekedar komentar basa basi. Sehingga siswa merasa diperhatikan oleh gurunya dengan sepenuh hati. Perhatian guru merupakan inspirasi buat siswa untuk meningkatkan prestasinya.
4. Gunakan bidang studi sebagai media
Beri kesempatan pada siswa untuk menulis dengan tema yang mereka kuasai. Biarkan mereka menulis dengan bebas. Mereka bebas menuliskan apa saja yang ingin dituliskan sesuai dengan bidang yang dikuasainya.
5. Ajarkan menulis sedini mungkin
Kita dapat fasih berbahasa lisan karena kita telah membiasakannya sejak kecil. Andaikan sejak kecil kita sudah dibiasakan menulis, tentu kita akan terampil menulis pada saat ini. Jadi, faktor kebiasaan dan banyak berlatih adalah kunci dalam menulis.
Siswa umumnya menganggap menulis merupakan kegiatan yang sangat sulit untuk dilakukan sebagaimana guru bahasa menganggap menulis merupakan keterampilan yang sulit untuk diajarkan. Siswa seringkali dilanda frustasi ketika menulis. Kalau sudah begitu, guru harus mampu memotivasi siswa agar mampu menulis. Membuatnya merasa senang, seperti halnya siswa seneng bermain games atau asyik ber chatting ria di facebook mereka.
Begitupun guru, dalam pembelajaran menulis guru terkadang menemui kesulitan harus apa dulu yang diajarkan. Banyak guru yang masih bingung untuk mengajarkan menulis. Namun, karena mengajar sebaiknya dimulai dari mengajarkan yang mudah ke yang sulit, maka sebelum belajar menulis tulisan yang menuntut argumentasi, misalnya, siswa akan lebih mudah belajar menulis tulisan naratif terlebih dahulu, menulis tentang diri sendiri, perasaan, pengalaman, saudara, teman, sekolah, dan sebagainya. Biarkan mereka menulis apa yang disukainya dan kuasainya. Di sanalah minat menulis akan muncul.
Umumnya orang menulis tentang pengalaman pribadi di dalam buku diari atau buku catatan harian. Tidak ada salahnya guru menugaskan siswa untuk memilikinya dan menganjurkan mereka menulis tentang apa saja yang mereka amati dan pengalaman apa saja yang mereka alami. Kalaupun ada siswa yang tidak berusaha memiliki dan menulis di buku catatan harian, tidak masalah. Sekali-kali guru perlu membaca buku catatan harian siswa dan memberikan komentar yang positif pada tulisan mereka.
Penulis sarankan, para guru dan siswa ikut ngeblog di Kompasiana. Di blog Kompasiana para guru dan siswa bisa saling berinteraksi. Di blog kompasiana ini, guru dan siswa sama-sama belajar. Inilah sebenarnya bentuk pembelajaran yang sesungguhnya. Guru dan siswa sama-sama belajar menulis. Sama-sama mengasah keterampilan menulisnya lewat blog yang merupakan alat rekam yang ajaib.
Dengan bergabungnya para guru di Kompasiana, guru pun dituntut untuk meningkatkan kemampuan menulis. Tulisan guru dapat dijadikan contoh atau model menulis bagi siswa. Dengan melakukan sendiri kegiatan menulis, guru akan memiliki empati terhadap siswa, merasakan kesulitan-kesulitan sebagaimana yang dialami pula oleh siswa. Hal yang tidak kalah penting adalah guru dan siswa bersama-sama menghidupkan kebiasaan menulis. Budaya menulis akan tercipta apabila guru dan siswa sama-sama memiliki kebiasaan menulis.
Kebiasaan menulis itu, bisa kita mulai di rumah sehat kompasiana. Rumah sehat kita semua.
Untuk dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa melalui pengelolaan blog di internet, guru harus dapat memberikan contoh bagaimana menulis. Meng-update blog secara rutin, melakukan interaksi dengan siswa, dan mengundang siswa untuk datang ke blog guru dan lalu memberikan komentar. Untuk menciptakan kreativitas dibutuhkan juga lingkungan belajar kondusif yang menyenangkan (fun), penuh rasa humor, spontan, dan memberi ruang bagi siswa untuk melakukan berbagai permainan atau percobaan.
Bila para siswa dan guru sudah terampil menulis, maka akan muncullah kreativitas menulis.
Dalam kreativitas menulis diperlukan kemampuan yang tidak hanya sekedar memiliki keterampilan menulis (skill) tetapi juga seorang penulis harus mampu menciptakan dan mengkombinasikan antara text, foto, gambar, musik, dan video.Di sinilah keterampilan menulis menjadi berkembang menjadi kreativitas menulis. Masing-masing pemilik blog akan berusaha agar tulisannya dibaca oleh orang lain sebanyak-banyaknya. Itulah kenapa, mereka harus Narsis dan Egois.
Oleh karena itu kemampuan siswa untuk melahirkan sesuatu yang baru dalam tulisan atau merupakan kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, dan relatif berbeda dengan apa yang ada sebelumnya ,perlu diajarkan dan ditingkatkan melalui pengelolaan blog di internet. Pada pengelolaan blog unsur kreativitas menulis sangat mutlak diperlukan agar blog yang dibuat dapat menarik hati para pengunjungnya untuk membaca dan memberikan komentar.
Kalau sudah demikian halnya, Bukankah Menulis menjadi Sebuah Keterampilan Yang Harus Diajarkan di Sekolah-sekolah kita?
Salam Blogger Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H