Keterampilan menulis tidak muncul begitu saja, perlu latihan terus menerus sehingga penulis benar-benar memahami apa yang akan ditulisnya. Keterampilan menulis pada hakekatnya tidak hanya sekedar menuliskan simbol grafis sehingga membentuk kata dan selanjutnya membentuk kalimat yang memiliki arti dan dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil. Untuk mampu menulis, seorang penulis tidak hanya mampu menguasai topik yang akan ditulisnya, tetapi lebih dari itu, seorang penulis harus mampu berpikir secara tepat untuk memilih kata yang akan digunakan.
Keterampilan menulis adalah keterampilan proses. Mengajarkan keterampilan menulis seyogyanya lebih ditekankan pada proses menghasilkan satu tulisan, lebih pada bagaimana siswa secara bertahap mampu membuat karya tulis, tulisan tentang apa pun yang mereka tahu dan mereka sukai.
Berikut ini lima terobosan yang diajukan oleh A Chaedar (2005) dalam pelajaran bahasa agar siswa mampu menulis, yaitu:
1. Giatkan menulis kolaboratif
Kolaborasi adalah suatu teknik pengajaran menulis dengan melibatkan sejawat atau teman untuk saling mengoreksi. Sejawat yang diajak berkolaborasi itu disebut kolaborator. Dalam kelas besar, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil membentuk literracy circle, terdiri atas tiga atau empat orang. Masing-masing anggota membaca karangan atau tulisan teman dalam kelompoknya. Sewaktu membaca, kolaborator memberikan tanda pada kesalahan-kesalahan kecil dan setelah itu memberikan komentar atau respons terhadap tulisan teman-teman satu kelompoknya.
2. Tumbuhkan rasa senang waktu menulis
Untuk membangun keterampilan menulis, biarkan potensi siswa meledak-ledak, berteriak, menjerit, berisak tangis, berbisik sendu, bermesra ria dengan nuraninya sendiri dalam bentuk yang disukainya, baik dalam bentuk tulisan informatif, argumentatif, eksploratif, imajinatif, persuasif, atau ekspresif. Adanya rasa senang membuat anak menjadi aktif menulis.
3. Berikan feedback
Berikan masukan dan komentar yang produktif, interaktif, dialogis, dan mencerdaskan pada tulisan siswa, bukan sekedar komentar basa basi. Sehingga siswa merasa diperhatikan oleh gurunya dengan sepenuh hati. Perhatian guru merupakan inspirasi buat siswa untuk meningkatkan prestasinya.
4. Gunakan bidang studi sebagai media
Beri kesempatan pada siswa untuk menulis dengan tema yang mereka kuasai. Biarkan mereka menulis dengan bebas. Mereka bebas menuliskan apa saja yang ingin dituliskan sesuai dengan bidang yang dikuasainya.
5. Ajarkan menulis sedini mungkin
Kita dapat fasih berbahasa lisan karena kita telah membiasakannya sejak kecil. Andaikan sejak kecil kita sudah dibiasakan menulis, tentu kita akan terampil menulis pada saat ini. Jadi, faktor kebiasaan dan banyak berlatih adalah kunci dalam menulis.
Siswa umumnya menganggap menulis merupakan kegiatan yang sangat sulit untuk dilakukan sebagaimana guru bahasa menganggap menulis merupakan keterampilan yang sulit untuk diajarkan. Siswa seringkali dilanda frustasi ketika menulis. Kalau sudah begitu, guru harus mampu memotivasi siswa agar mampu menulis. Membuatnya merasa senang, seperti halnya siswa seneng bermain games atau asyik ber chatting ria di facebook mereka.
Begitupun guru, dalam pembelajaran menulis guru terkadang menemui kesulitan harus apa dulu yang diajarkan. Banyak guru yang masih bingung untuk mengajarkan menulis. Namun, karena mengajar sebaiknya dimulai dari mengajarkan yang mudah ke yang sulit, maka sebelum belajar menulis tulisan yang menuntut argumentasi, misalnya, siswa akan lebih mudah belajar menulis tulisan naratif terlebih dahulu, menulis tentang diri sendiri, perasaan, pengalaman, saudara, teman, sekolah, dan sebagainya. Biarkan mereka menulis apa yang disukainya dan kuasainya. Di sanalah minat menulis akan muncul.
Umumnya orang menulis tentang pengalaman pribadi di dalam buku diari atau buku catatan harian. Tidak ada salahnya guru menugaskan siswa untuk memilikinya dan menganjurkan mereka menulis tentang apa saja yang mereka amati dan pengalaman apa saja yang mereka alami. Kalaupun ada siswa yang tidak berusaha memiliki dan menulis di buku catatan harian, tidak masalah. Sekali-kali guru perlu membaca buku catatan harian siswa dan memberikan komentar yang positif pada tulisan mereka.