Mohon tunggu...
Endiarto Wijaya
Endiarto Wijaya Mohon Tunggu... Lainnya - Padawan

Menulis dan memotret kehidupan nyata adalah kegemaran saya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Rogue One : Sebuah Epik tentang Kebersamaan dalam Perbedaan

17 Desember 2016   16:32 Diperbarui: 20 Desember 2016   01:15 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ROGUE ONE (Sumber: Static1.squarespace.com)

Industri perfileman lazimnya menganut suatu prinsip bahwa film dibuat untuk menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Itulah alasannya mengapa banyak film yang menghasilkan keuntungan besar dibuat ulang dengan beragam versi atau disambungkan dengan film yang bercerita tentang kisah kelanjutannya (sequel) maupun film prequel yang bercerita tentang kisah sebelumnya. Sebagai suatu film yang sukses meraup keuntungan dan memiliki jutaan penggemar lintas generasi, film-film Star Wars telah dibuat dengan sejumlah prequel dan sequelnya sejak 1977. Rogue One tidak dikategorikan sebagai prequel maupun sequel Star Wars tetapi disebut sebagi spin off, yakni film yang memiliki keterkaitan cerita dengan film utama (Star Wars). Namun  kemunculan tokoh penting epik Star Wars dalam film ini justru membuat Rogue One lebih tepat diposisikan sebagai salah satu prequel epik tersebut.

Posisi "Rogue One" dalam urutan prequel dan sequel Star Wars (Sumber: images6.fanpop.com)
Posisi "Rogue One" dalam urutan prequel dan sequel Star Wars (Sumber: images6.fanpop.com)
******

Alkisah Galen Erso (Mads Mikkelsen), seorang ahli teknologi persenjataan antargalaksi, dihadapkan pada pilihan sulit ketika utusan Galactic Empire memaksa dirinya dengan todongan senjata untuk ikut dalam pengembangan proyek wahana persenjataan mutakhir penghancur planet yang dikenal sebagai Death Star. Erso yang sebelumnya memang bekerja untuk Galactic Empire memiliki pendirian berseberangan karena kekaisaran tersebut selalu bertindak kejam dan biadab.

Erso pada akhirnya menjadi tenaga ahli utama proyek Death Star tersebut, namun keinginannya untuk melawan kekejaman dan kebiadaman Galactic Empire tidak padam. Death Star akhirnya berhasil dibuat, namun Erso membocorkan kelemahan wahana persenjataan tersebut kepada para pemberontak melalui orang kepercayaannya, yakni seorang pilot pesawat kargo yang bernama Bodhi Rook (Riz Ahmed).

Di pihak lain, anak semata wayang Galen Erso yang bernama Jyn Erso (Felicity Jones)  tumbuh dewasa sebagai seorang pejuang. Melalui proses yang penuh mara bahaya, akhirnya Jyn bertemu dengan induk pasukan pejuang. Ironisnya, para pimpinan pejuang antargalaksi tersebut tenrnyata berupaya memanfaatkan Jyn untuk suatu misi rahasia dalam rangka membunuh ayahnya, Galen Erso. Apakah selanjutnya yang akan terjadi dalam misi rahasia yang dipimpin oleh Kapten Cassian Andor (Diego Luna) itu? Saksikan saja filmnya.

******

Sudah menjadi ciri khas dalam film-film Star Wars, para penonton disuguhi dengan pemandangan-pemandangan planet-planet antah berantah yang indah.  Beberapa lokasi eksotis di sejumlah negara menjadi pilihan untuk menggambarkan pemandangan tersebut.  Namun tak lengkap bila Star Wars tidak dilengkapi dengan pernik-pernik luar angkasa yang dihasilkan oleh para pakar animasi dan pencitraan berbasis teknologi komputer grafis atau Computer-Generated Imagery (CGI) dari  Perusahaan Lucas Film yang berpusat di California, AS.

Selain keunikan-keunikan visual yang menjadi ciri khas Star Wars, kurang lengkap rasanya jika tidak ada sosok ksatria yang menjadi pemegang prinsip-prinsip mulia atau ajaran-ajaran The Force. Aktor laga senior Donnie yen yang tekenal sebagai pemeran Ip Man, berhasil menghidupkan sosok Chirrut Imwe,  seorang  penjaga kuil penganut ajaran-ajaran The Force dengan apik. Melalui sosok Donnie Yen, Chirrut Imwe hidup bak pendekar budiman dan religius dari Biara Shaolin.

Berbeda dengan Chirrut Imwe yang bukan tokoh utama, Jyn Erso yang diperankan oleh Felicity Jones merupakan tokoh utama dalam film ini bersama Kapten Cassian Andor (Diego Luna). Meskipun acting Felicity Jones dalam Rogue One tampak tidak semaksimal dalam Inferno (Disutradarai oleh Ron Howard, 2016), sosok Cassian Andor nampak tidak berkarakter kuat dibanding Jyn Erso. Pada sisi lain, sosok Jyn Erso terasa tidak bisa lepas dari bayang-bayang sosok Rey yang diperankan oleh Daisy Ridley dalam Force Awakens (2015)

Namun terlepas dari segala kelebihan dan kekurangan film ini, cerita dalam Rogue One patut dipahami sebagai suatu epik tentang kebersamaan dalam perbedaan. Betapa tidak, Rogue One menampilkan pesan moral bagaimana manusia dari berbagai ras dan latar belakang harus bekerjasama dengan makhluk-makhluk dari berbagai planet dalam rangka mewujudkan keadilan dan ketenteraman bersama antargalaksi. Suatu pesan moral yang relevan bagi kita semua untuk saat ini (Sabtu, 17 Desember 1972, 15.50 WIB)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun