Ajang kompetisi Piala AFF yang sempat melambungkan harapan terhadap kebangkitan Timnas PSSI baru saja berlalu. Masih sangat segar dalam ingatan kita betapa hampir semua media massa di Indonesia dalam kurun waktu sebulan melakukan berbagai macam sorotan terhadap kiprah punggawa-punggawa Timnas. Dengan berbagai macam gaya peliputan, media massa turut meningkatkan popularitas para punggawa Timnas yang selama ini kurang begitu diperhatikan kiprahnya. Nama-nama seperti Zulkifli Syukur, Bustomi maupun Yongki Ariwibowo tentu lebih akrab di telinga para fans klub AREMA Indonesia FC. Kiprah Hamka Hamzah yang sempat surut juga kembali terangkat sejalan dengan meningkatnya prestasi Timnas PSSI belakangan ini.
[caption id="" align="alignnone" width="565" caption="Diambil dari: http://www.mybloglogs.info/wp-content/uploads/2010/12/irfan-bachdim-saat-laga-lawan-laos.jpg"][/caption]
Namun dari berbagai liputan tersebut, sorotan terhadap Irfan Bachdim merupakan satu fenomena menarik. Punggawa Timnas PSSI berayah Indonesia dan beribu Belanda ini menjadi magnet yang menarik perhatian dari para penggemar sepakbola. Pertama, keberadaan Irfan dalam Timnas Indonesia disorot karena dia didatangkan dari Belanda sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan prestasi Timnas PSSI melalui proses naturalisasi pemain berkewarganegaraan asing yang dinilai bisa memberikan kontribusi penting bagi kemajuan persepakbolaan Indonesia. Kedua, wajah Irfan yang khas Eurasia dan tampan memiliki kwalitas fotogenik dan potensial untuk digemari oleh para remaja puteri dan fans sepakbola dari kalangan Kaum Hawa.
Dalam beberapa kali pertandingan ajang Piala AFF, keberadaan Irfan yang dipasang sebagai tandem striker Christian Gonzales terbukti bisa memberikan kontribusi penting bagi permainan bola para punggawa Timnas. Bahkan, dua gol berhasil diciptakan dalam piala AFF oleh pemain yang dulu bergabung dalam squad HFC Haarlem ini. Fakta tersebut membuat pemain yang saat ini dikontrak oleh Persema Malang itu dipandang sebagai aset penting bagi persepakbolaan Indonesia di masa depan.
Akan tetapi hari ini (Jumat, 31 Desember 2010), Harian Kompas pada halaman Olahraga memuat suatu berita mengejutkan yang dapat membuat jantung para penggemar Irfan Bachdim berdetak keras. Dalam berita berjudul “PSSI Intimidasi Irfan” diungkapkan bahwa PSSI mengancam akan mencoret para pemain yang terlibat dalam Liga Primer Indonesia (LPI). Sebagaimana telah kita maklumi, Persema Malang telah memutuskan untuk keluar dari Liga Super Indonesia (LSI) karena berbagai alasan yang antara lain terkait dengan masalah anggaran. Dengan bergabung ke dalam LPI diharapkan bahwa Persema tidak akan terlalu bergantung pada APBD.
Irfan Bachdim yang memang masih dalam status kontrak dengan Persema tentu dihadapkan pada posisi bagaikan pelanduk yang berada di antara dua gajah yang sedang bertarung. Tentu tidak mudah bagi Irfan untuk begitu saja keluar dari klub yang telah mengontraknya. Pada sisi lain, ancaman PSSI semacam ini terkesan otoriter dan sangat kontraproduktif bagi perkembangan persepakbolaan di tanah air. Mestinya sebagai induk organisasi sepakbola di tanah air PSSI lebih bisa berperan sebagai “seorang bapak” yang bisa mengayomi anak-anaknya. Dengan kata lain, merupakan suatu hal yang lebih patut jika PSSI memandang LSI dan LPI sebagai anak-anaknya yang mencoba untuk berkiprah positif bagi kemajuan sepakbola di tanah air. Alih-alih mengecap LPI sebagai wadah kompetisi yang “haram”, seyogyanya LPI dipandang sebagai satu wadah pembinaan pemain sepakbola Indonesia berbakat.
Selain itu, ancaman PSSI terhadap para pemain yang terjun dalam LPI juga terkesan konyol dan tidak masuk akal. Pendirian PSSI untuk tidak mendukung LPI dalam batas-batas tertentu dapat dipahami sebagai suatu keputusan organisasi. Namun ketika dihadapkan pada kepentingan untuk membela nama baik Bangsa dan Negara, seyogyanya PSSI lebih bisa bersikap lebih dewasa, mengayomi dan tidak otoriter. Jika pemain sepertiIrfan Bachdim dipandang sebagai aset berharga Timnas PSSI, mereka mesti diayomi dan diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan potensinya. Namun jika PSSI tetap berkeras kepala untuk mencoret Irfan dari Timnas hanya karena Persema bergabung dengan LPI, kiranya ada satu pertanyaan menarik untuk para petinggi PSSI. Bagaimana seandainya Irfan Bachdim akhirnya memutuskan untuk bermain lagi di liga Belanda walaupun tetap masih berstatus WNI? Apakah PSSI akan mencoret Irfan dari squad Timnas karena bermain di Belanda? Sebagaimana halnya LPI yang dianggap sebagai kompetisi non PSSI, Liga Belanda pun jelas-jelas tidak ada kaitannya dengan PSSI. Pertanyaan saya tersebut barangkali terkesan konyol karena saya nampaknya juga mulai terkontaminasi oleh sifat konyol PSSI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H