Mohon tunggu...
Endiarto Wijaya
Endiarto Wijaya Mohon Tunggu... Lainnya - Padawan

Menulis dan memotret kehidupan nyata adalah kegemaran saya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Catatan Ringan untuk Film American Sniper

26 Maret 2015   16:31 Diperbarui: 2 September 2020   16:12 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bradley Cooper dan Clint Eastwood

Kehidupan dalam dunia militer kerap mengubah cara pandang seseorang terhadap dirinya sendiri, orang lain, lingkungan dan negaranya. Pengalaman seseorang dalam dunia militer juga kerap menciptakan satu kenangan yang tak terlupakan. Apalagi jika orang itu pernah bertugas dalam suatu pertempuran yang meninggalkan suatu kenangan yang dramatis.

Pengalaman Chris Kyle sebagai seorang sniper menciptakan kenangan tak terlupakan yang lalu dituangkan dalam buku American Sniper : The Autobiography of the Most Lethal Sniper in US Military History (2012). Buku tersebut ditulis Kyle bersama dengan Scott McEwen dan Jim DeFelice serta menjadi referensi utama bagi Jason Hall untuk menulis skenario American Sniper. Sutradara kawakan yang sekaligus mantan tentara, Clint Eastwood, mewujudkan visualisasi film ini dengan didukung oleh Tom Stern sebagai sinematografer

Terlahir dari satu keluarga Texas religius, sejak kecil Chris Kyle dididik oleh ayahnya untuk melindungi keluarganya dan orang yang lebih lemah. Semangat untuk melindungi orang lain inilah yang menjadi salah satu motivasi Chris Kyle untuk bergabung dalam angkatan bersenjata AS hingga akhirnya dia dilatih untuk menjadi seorang sniper handal satuan elite AL AS, yakni Navy SEAL.

Namun ketika ditugaskan di Irak, kecakapannya sebagai seorang sniper atau penembak runduk bertentangan dengan idealismenya untuk melindungi orang lain. Sebagai seorang sniper, salah satu tugasnya adalah melindungi kawan-kawannya dari serangan musuh. Untuk itu dia harus menembak lawan yang terlihat melakukan tindakan berbahaya. Chris mulai mengalami pergulatan batin ketika harus menembak seorang anak dan seorang perempuan yang berupaya menyerang tentara AS. Sesuai ajaran yang diterimanya sejak kecil, mestinya dia melindungi perempuan dan anak tersebut. Tetapi tidak ada pilihan lain bagi dia selain harus melakukan tembakan maut karena perempuan dan anak tersebut berupaya menyerang kawan-kawan Chris. Jika keduanya tidak ditembak, rekan-rekannya bisa menjadi korban.

Kiprahnya sebagai seorang sniper Navy SEAL jadi menonjol ketika semakin banyak musuh berhasil ditewaskan oleh tembakan Chris. Ini membuat kawan-kawan dalam kesatuannya menyebut Chris sebagai seorang legenda. Namun di sisi lain, dia dijuluki sebagai Shaitan al Ramadi oleh musuh-musuhnya. Hadiah besar dijanjikan kepada siapapun yang bisa melumpuhkan atau menembak sang sniper. Chris Kyle juga diburu oleh sniper andalan dari pihak lawan yang dikenal dengan nama Mustafa.

Jeda di antara tugas memberikan waktu bagi Chris untuk pulang ke AS menemui keluarganya. Namun ketika bertugas kembali di Irak dan beraksi lagi sebagai seorang sniper, kesuraman yang diciptakan oleh suasana perang menambah beban batinnya. Kekejaman seorang pimpinan pasukan musuh yang gemar menyiksa orang dengan alat bor meninggalkan kenangan buruk dalam pikirannya. Apalagi perang ternyata juga merengut nyawa sahabat dekatnya.

Kiprah Chris Kyle di medan tempur mencapai titik klimaks setelah dia berhasil menembak sniper musuh yang dikenal dengan nama Mustafa. Tembakan sedikit spekulatif yang dilakukan Chris dari jarak lebih dari 1500 meter itu menewaskan Mustafa sebelum sniper yang dikisahkan sebagai mantan atlet menembak Olimpiade ini menyadari keberadaan Chris yang sedang mengintai dirinya.

*****

Bagi penggemar film laga atau film perang yang penuh aksi pertempuran, jangan berharap menemukan adegan-adegan laga atau pertempuran yang dahsyat dalam film ini. Sebagai satu film biopic yang mengisahkan perjalanan hidup seorang tokoh, perang atau pertempuran bisa sekedar dijadikan setting waktu perjalanan hidup. Meskipun tedapat adegan pertempuran kota yang ditampilkan, porsinya juga tidak banyak. Bandingkan misalnya dengan porsi adegan pertempuran kota dalam film Blackhawk Down (2001). Adegan pertempuran yang ditampilkan dalam American Sniper lebih difungsikan untuk memperjelas bagaimana perjalanan hidup Chris Kyle sebagai seorang penembak runduk.

Inilah alasannya mengapa film ini kurang menggambarkan secara agak lebih detil bagaimana teknik atau taktik sniper ketika menjalankan tugas. Demi kelancaran tugasnya, seorang sniper harus memperhitungkan hal-hal seperti arah angin, kontur bumi yang mempengaruhi lintasan peluru, berat peluru yang digunakan dan posisi persembunyiannya dilihat dari arah datangnya sinar matahari. Untuk hal-hal seperti ini film American sniper masih agak kalah dengan film Sniper (1993) yang dibintangi oleh Tom Berenger. Bahkan bisa dikatakan beberapa episode dalam film seri televisi NCIS agak lebih menarik menggambarkan ketrampilan sniper yang diperagakan oleh Agen Leroy Jethro Gibbs (diperankan oleh aktor kawakan Mark Harmon).

Clint Eastwoood sebagai seorang sutradara kawakan yang telah memenangkan dua kali Oscar sebagai sutradara terbaik memang terlihat ingin lebih menampilkan sisi manusiawi seorang sniper dalam film ini. Andaikan American Sniper dibuat sebagai film yang dipenuhi adegan-adegan pertempuran atau memberi porsi visualisasi lebih pada teknik atau taktik sniper, sosok Chris Kyle sebagai seorang tentara sekaligus manusia biasa dengan segala pergolakan batin serta ikatan emosional dengan keluarga tak akan bisa dilihat penonton dalam film ini. Ramuan ala Eastwood yang mendapat anugerah sebagai sutradara terbaik ajang piala Oscar untuk film Unforgiven (1992) dan Million Dollar Baby (2004) mampu membawa penonton untuk mengenal sosok Chris Kyle secara lumayan utuh.

Jika kita sebelumnya pernah menonton akting Bradley Cooper dalam film The A-Team (2010), sosok Templeton “Face” Peck yang ditampilkan cengengesan dalam film itu sungguh bertolak belakang dengan penampilannya dalam American Sniper. Akting Bradley terlihat lebih matang dan serius ketika memerankan Chris Kyle. Perjalanan hidup Chris Kyle diterjemahkan oleh Cooper dengan akting yang terlihat natural dan tidak berlebihan. Tanpa harus terlihat cengeng, Cooper berhasil berakting dengan sangat baik untuk menunjukkan gejolak batin yang dialami oleh Kyle ketika berada di medan perang maupun pada saat cuti menemui keluarganya. Jadi dapat dimengerti mengapa Cooper dinominasikan sebagai aktor terbaik dalam ajang Piala Oscar 2015 atas perannya sebagai Chris Kyle dalam film ini.

Salah satu keunggulan film-film bertema militer produk Hollywood adalah keberadaan penasehat teknis yang memiliki latar belakang sebagai tentara asli. Ini membuat film-film perang Hollywood kerap terlihat masuk akal dan terlihat natural. Dalam film American Sniper, Kevin Lacz yang juga pernah bertugas sbegai sniper Navy SEAL mendapat porsi sebagai penasehat teknis militer dalam film sekaligus menjadi salah satu pemain. Jadi,  adanya sutradara yang mantan tentara ditambah keikutsertaan mantan sniper satuan elit AL AS memberi nilai tambah film ini.

Meskipun demikian keterlibatan penasehat teknis Kevin Lacz sebagai seorang mantan sniper agak kurang dimaksimalkan karena film ini kurang memberi adonan yang menarik pada adegan sniper vs sniper (sniper vs contra-sniper) yang lazim menjadi bumbu film-film tentang sniper. Visualisasi adegan penembakan  sniper antagonis, Mustafa oleh Chris Kyle terasa datar. Bandingkan misalnya dengan adegan pertarungan dua sniper (Zaitsev vs Koenig) dalam film Enemy at the Gates (2001).

Catatan singkat ini mungkin terasa dibuat agak terlambat karena American Sniper sudah lama  ditayangkan di bioskop-bioskop. Tapi bagi yang belum menonton dan menunggu versi DVD  atau tayangan di TV kabel, semoga dapat menjadi rujukan yang bermanfaat. Apalagi film ini dibuat di bawah kawalan Tom Stern yang merupakan sinematografer handal. Penggunaan kamera Arri Alexa XT dengan dukungan lensa-lensa G Series membuat gambar-gambar  suasana pertempuran di Irak terasa hidup dan memanjakan mata.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun