[caption id="attachment_90518" align="alignnone" width="180" caption="AREMANIA"][/caption]
Persatuan Arek-Arek Malang sempat diliputi oleh kisah kelam pada era tahun 80 an. Pada dekade itu, Kota Malang dipenuhi oleh berbagai "gang-gang" atau "kelompok-kelompok" yang kerap melakukan tawuran masal satu sama lain. Nama-nama "gang" seperti Inggris, Moprat (Monyet Prapatan), Arpus, Arpol, Gee Bess (Generasi Bebas), Nazareth, Argom, Chikotink dan Arpus cukup akrab di telinga Arek Malang pada tahun 80an. Hampir pada tiap hari Sabtu malam sering terjadi tawuran masal di antara kelompok-kelompok yang kebanyakan beranggotakan anak muda itu.
************* Era tahun 80an boleh dibilang merupakan era kejayaan Bioskop Kelud, sebuah bioskop semi "misbar" (gerimis bubar) yang terletak di Jl. Kelud. Harga tiket Kelud yang hanya Rp 150,- untuk "ruang reguler" dan Rp 300,- untuk "ruang balkon" membuat bioskop ini hampir tidak pernah kekurangan penonton. Pada hari Sabtu malam, bioskop ini biasanya selalu penuh. Namun pada malam minggu itu pula, tidak jarang terjadi tawuran di antara para kelompok tersebut setelah sama-sama  menonton film di bioskop Kelud. Tawuran bisa saja terjadi di halaman bioskop Kelud dan bisa juga terjadi di tempat lain di kota Malang. Meskipun demikian tawuran anak muda jaman dulu tak seganas tawuran pelajar jaman sekarang yang kerap disertai perang batu. Kelahiran klub sepak bola AREMA pada tahun 1987 bagaimanapun berdampak positif bagi pengurangan kebiasaan tawuran di antara anak muda Kota Malang. Kelahiran AREMA telah turut mengalihkan perhatian dan meredam agresivitas Arek Malang. Jika sebelum AREMA lahir pada tahun 1987 perhatian Arek Malang selalu terfokus pada bagaimana mengalahkan musuh-musuhnya dalam tawuran, setelah AREMA lahir mereka lebih tertarik pada bagaimana caranya mendukung tim AREMA untuk menang dalam berbagai kompetisi sepakbola. Sejarah mencatat bahwa kesamaan keinginan terhadap kemenangan AREMA dalam kompetisi-kompetisi sepakbola akhirnya menyatukan Arek-Arek Malang dalam wadah supporter yang sekarang dikenal sebagai AREMANIA. Mereka mulai mengubur rasa permusuhan di antara sesama Arek-Arek Malang. Prestasi-prestasi AREMA dalam kompetisi-kompetisi nasional rupanya diiringi pula oleh makin teraturnya pengorganisasian AREMANIA. Ini antara lain dapat dilihat dari adanya Korwil-Korwil AREMANIA. Keberadaan AREMANIA juga membuat iklim sepakbola sangat terasa di berbagai sudut kota Malang. Di sudut-sudut Malang, tidak sulit kita temukan media-media grafis yang berisi dukungan terhadap tim AREMA Singo Edan. Inilah rupanya yang membuat dua pemain sepakbola dari Singapura, yakni Noh Alam Shah dan Ridhuan Muhammad memutuskan untuk bergabung dengan AREMA. Dukungan AREMANIA yang fanatik terhadap tim kesayangannya membuat kedua pemain Singapura itu jatuh hati. Bahkan sejarah sepakbola Indonesia juga mencatat bahwa dalam berbagai kesempatan AREMANIA mendapat anugerah sebagai supporter terbaik se-Indonesia. Penganugerahan gelar sebagai supporter terbaik kembali diraih AREMANIA pada tahun 2006 selepas kompetisi Copa Dji Sam Soe. Ini masih ditambah lagi gelar sebagai "Supporter Sepakbola Teladan 2006" yang dianugerahkan oleh Menpora Adhyaksa Dault. Semoga AREMANIA tetap menjadi perekat persatuan di antara Arek-Arek Malang dan turut menciptakan iklim kondusif bagi pembangunan prestasi cabang olah raga sepakbola di Indonesia. VIVA AREMA dan VIVA AREMANIA!!!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H