Pernahkah terbayang bagaimana sulitnya hidup di gurun yang gersang pada saat air menghilang dari permukaan tanah? bumi berubah menjadi kering kerontang dengan tanah yang pecah-pecah dan angin membawanya menari di udara layaknya tepung cokelat. Sejauh mata memandang yang terlihat hanya fatamorgana, menyerupai danau menyejukkan tetapi fana. Air hilang entah kemana. Kadang-kadang rasa haus dan panas di sekujur tubuh justru berbalas dengan tarian gemulai badai pasir yang mematikan. Tuhan sepertinya sedang sangat pelit dan dengan sengaja menyembunyikan seluruh air di langit yang tinggi dan didalam bumi yang sangat dalam, mempermainkan ciptaanNya sendiri. Dia yang Maha Agung cuma mengirim matahari yang terik lagi garang, seakan-akan bola api raksasa itu hendak diletakkan di bumi untuk menghibur manusia-manusia malang lagi kehausan.
Adalah Bakka, seorang lelaki dari desa di sebuah gurun di India memiliki kemampuan melacak lokasi air didalam perut bumi. Ia umpama manusia yang lahir dengan anugerah khusus dari Sang pencipta. Telinganya bisa mendengar suara sakral air yang tersembunyi dari balik bebatuan di perut bumi. Lelaki muda ini adalah andalan komunitas gurun untuk melacak keberadaan air dan kemudian bersama-sama menggali sumur. Sebuah ritual khusus biasanya dilakukan untuk membantu Bakka menemukan persembunyian air. Seolah-olah mereka sedang membujuk Tuhan untuk membuka tabir rahasia benda paling berharga di bumi itu.
Bagi komunitas gurun, air adalah sumber kehidupan yang sangat mahal, sangat diagungkan. Air adalah harta komunitas yang lebih mahal dari emas sekalipun, yang kadangkala memicu permusuhan antar desa. Orang bisa memulai sebuah perkelahian gara-gara setetes air yang dicuri dari sumur desa lainnya. Perang semacam ini bahkan mengharamkan ikatan cinta dan pernikahan antara penduduk desa yang bermusuhan. Sekali kau mencuri air dari sumur desa lain, para wanitanya akan mengejarmu dengan celurit, pisau dan golok tajam yang siap menebas tubuhmu.Â
Pada satu waktu, seorang perempuan kulit putih pengamat burung dari Russia mencoba melakukan penelitian di satu lokasi di gurun dan merasa kasihan pada bayi-bayi burung Flamigo yang mati ditinggalkan induknya, dan tercekik alga yang mengeras dan asin. Ia melakukan eksplorasi dengan warga mengenai sekelompok burung flamingo yang hanya datang ke gurun apabila air laut pasang dan memenuhi sebagian wilayah gurun hingga menjadi sebuah danau. Tetapi danau itu tak bertahan lama dan gurun kembali kering. Si perempuan Russia yang dipanggil "Madam" oleh warga desa berinisiatif untuk membuat sumur bor guna mengaliri danau-danau itu demi menyelamatkan kawanan burung Flamingo dari kematian karena air yang terlampau asin. Beberapa warga desa bekerja padanya untuk menggali sumur atau sekedar memberikan informasi. Bekerjasama dengan pemerintah setempat, si Madam akhirnya berhasil membuat sumur bor setelah dibantu Bakka menemukan titik air tanah. Bakka yang dikenal sebagai God of Water di lingkungan gurun pun akhirnya mendapat bonus untuk menjadi pegawai pemerintah, mendapat rumah yang besar dan menikah dengan gadis dari desa musuhnya, Kesar.Â
Keberhasilan itu membuat penduduk desa meminta Bakka untuk membujuk Madam dan orang pemerintahan untuk membuat sumur bor di desa mereka. Para perempuan bahkan merelakan perhiasan mereka untuk membeli diesel yang mahal. Kesar memimpin para perempuan untuk mendonasikan perhiasan emas dan perak mereka agar bisa memiliki sumur dan tidak lagi kesulitan mendapatkan air. Sayangnya, semua usaha Bakka dan temannya Rakha gagal karena mereka ditipu oleh mantan pacar Kesar dan seorang lainnya. Mesin diambil alih oleh pemerintah dan perhiasan para wanita dibawa kabur. Bahkan Rakha dibunuh yang membuat Bakka dan Kesar diusir dari desa karena dianggap bersalah dan menipu. Mereka bahkan dilarang mengambil air dari sumur di rumah mereka sendiri. Saat itu Kesar tengah hamil.Â
Diusir dari kedua desa, mereka tinggal di gurun dalam sebuah gubuk kecil dari reranting yang sangat rapuh. Bakka terus menggali tanah untuk mencari air. Kesar yang yang kandungannya mulai membesar harus bersusah payah mengambil air dari tempat yang sangat jauh. Berbulan-bulan lamanya mereka berdua menjadi manusia gurun malang yang bertubuh penuh pasir. Mungkin saja mereka telah berubah menjadi manusia pasir. Dan dalam kondisi serba panas dan haus itu, Kesar pingsan. Karena khawatir istri dan bayi dalam kandungan itu mati, Bakka bermaksud mencuri air ke desanya. Sayangnya, ia tidak diampuni dan malah diseret ke tengah gurun sampai tubuhnya berdarah-darah. Sementara Kesar yang sudah siuman berusaha mencai air ke desa ayahnya tapi tak seorangpun memberinya air. Dalam perjalanan ia malah akan diperkosa oleh Puniya, mantan pacarnya yang mencuri perhiasan warga desa dan membunuh Rakha demi membalas dendamnya pada Bakka. Untungnya, Kajri teman sepermainan Bakka menolongnya dan membawakan air. Kajri juga kemudian membantu Bakka melakukan ritual sebelum Bakka menggali untuk kesekian kalinya.Â
Hari itu adalah hari yang ajaib. Air muncrat dari sumur yang Bakka gali. Hujan tiba-tiba turun dengan derasnya dari langit. Bakka yang sangat gembira buru-buru naik untuk memberikan air kepada istrinya yang kehausan. Tapi, sesampainya ia diatas justru istrinya sudah tergolek tak bernyawa lagi. Mati karena kehausan. Setelah itu warga desa tak pernah melihat Bakka lagi. Ia hilang bagai ditelan angin. Dan 6 bulan setelahnya, seorang tukang pos mengantarkan paket untuk Bakka. Sebuah majalah dengan photo Bakka sebagai covernya sedang tersenyum manis karena telah memberi kehidupan pada kawanan burung Flamingo, dimana ia juga disebut sebagai si penyelamatan kehidupan. Juga sebuah cek senilai dua juta rupee dari si Madam. Tetapi tak ada yang tahu dimana Bakka.Â
***
Hidup adalah pertarungan. Bahkan manusia pertama-tama bertarung dengan dirinya sendiri. Film Bollywood berjudul "Jal" atau "Air" ini adalah satu film yang sangat sederhana tetapi menampar keras sampai ke relung jiwa. Pertarungan manusia akan air memberikan kita gambaran mengenai kompleksitas antara kejujuran, kebersamaan, cinta, pengorbanan, gotong royong dan kesabaran dalam mengelola sumberdaya alam milik komunitas. Film ini memberikan gambaran mengenai sisi gelap setiap manusia yang tak memahami esensi kehidupan. Juga kebodohan kolektif yang seringkali membuat ketidaksabaran dan ketidaktahuan menjadi petaka bagi kalangan mereka sendiri. Mulut-mulut yang suka bergosip, merendahkan, menghina dan mengancam juga sewaktu-waktu akan menjadi mulut-mulut yang penuh puja-puji, yang bisa meninggikan sekaligus menjungkir balikan nasib seseorang.Â
Film besutan Girish Malik yang dirilis pada 2014 ini merupakan film yang sangat bagus untuk ditonton semua manusia di bumi ini. Mengapa? sebab air adalah urusan setiap manusia. Karenanya manusia perlu memahami bahwa air yang 'gratis' sejak dahulu kala tidak lagi gratis saat ini. Air adalah sumber daya alam yang diprediksi akan menjadi sumber perang hebat dimasa depan, mengalahkan isu minyak dan agama. Kondisi bumi yang semakin rusak karena praktek pembangunan yang tidak ramah lingkungan, telah membuat wacana krisis air menjadi sumber ketakutan. Riset WHO menyebutkan bahwa satu dari lima penduduk bumi telah mengalami krisis air. Dan riset ini diperkuat oleh World Research Institute (WRI) yang menyebutkan bahwa pada 2025 diperkirakan sebanyak 3.5 milyar manusia di bumi akan mengalami krisir air.
Di bumi yang kita cintai ini, keberadaan air tidaklah merata. Ada wilayah yang mengalami hujan sepanjang tahun dengan sungai-sungai dan danau-danau yang tak pernah kering. Sementara ada wilayah lain yang justru mengalami kesulitan air. Meski Indonesia adalah wilayah yang beruntung dan kemungkinan tidak akan mengalami krisis air sebagaimana beberapa negara di Afrika, tapi kita tak boleh senang dulu. Jumlah populasi yang meningkat setiap tahun menjadi tantangan pengelolaan sumber air bersih. Terutama bagi kebutuhan pertanian dan rumah tangga.Â