Mohon tunggu...
Wijatnika Ika
Wijatnika Ika Mohon Tunggu... Penulis - When women happy, the world happier

Mari bertemu di www.wijatnikaika.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Li Ziqi: Gagal dan Kelaparan di Kota, Kaya Raya Saat Kembali ke Desa

22 November 2020   05:25 Diperbarui: 22 November 2020   05:59 5334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat Li Ziqi mengolah aneka jenis buah menjadi camilan. www.liziqishop.com

Saat Li Ziqi mengolah aneka jenis buah menjadi camilan. www.liziqishop.com
Saat Li Ziqi mengolah aneka jenis buah menjadi camilan. www.liziqishop.com
Menikmati Video Li Ziqi seakan sedang berguru kepada ahli pangan, bahwasanya kembali ke desa tidak akan membuat siapapun kekurangan makanan. Dan mungkin itu juga mengapa Tuhan menciptakan begitu banyak perbedaan dan menebarkan aneka jenis ciptaannya di seluruh penjuru dunia agar manusia belajar bahwa setiap wilayah sudah dibekali dengan pangan berbeda dengan wilayah lain, hanya perlu dikenali dan diolah saja.

Apa yang Li Ziqi lakukan adalah pertunjukkan terbuka tentang kearifan lokal, di mana setiap wilayah pasti memiliki bahan pangan khas yang nggak ada di wilayah lain. Sejumlah sayuran, tanaman liar dan pangan budidaya di Sichuan misalnya nggak akan pernah ditemukan di Indonesia, dan sebaliknya.

Li Ziqi juga menunjukkan bahwa kolam teratai adalah sumber pangan gratis di mana bunga, biji dan umbinya bisa dimakan; sementara daunnya bisa dijadikan pembungkus makanan, yang kalau di Indonesia melulu menggunakan daun pisang atau daun jati.

SPESIAL: TEKNIK PENGAWETAN MAKANAN

Sebenarnya, sebagai anak dari keluarga petani aku nggak terlalu tertarik dengan kegiatan pertanian yang dilakukan Li Ziqi karena kuakui itu berat, melelahkan dan sangat mengganggu untuk orang dengan masalah alergi kulit. Menceburkan setengah dari kaki ke kolam lumpur tempat tumbuh bunga teratai, membajak sawah hingga menjemur dan menggiling padi merupakan kegiatan beresiko bagi orang dengan alergi kulit, pun masalah pernapasan.

Namun, salah satu hal yang paling aku kagumi dari Li Ziqi adalah teknik pengawetan makanan baik melalui pengasapan, fermentasi dalam minyak, hingga fermentasi dalam air untuk pembuatan acar aneka jenis sayuran.

Teknik ini menurutku sangat penting dalam konteks memastikan ketersediaan pangan keluarga, sekaligus sebagai cara untuk menyimpan makanan sehingga nggak melulu bergantung pada bahan pangan segar. Dengan teknik pengawetan makanan semacam ini, sumber pangan akan selalu tersedia di segala musim dan kondisi baik sayuran, buah hingga protein hewani.

Setiap kali ada aktivitas mengawetkan makanan dalam video terbaru Li Ziqi, aku berpikir apakah teknik tersbeut bisa diterapkan di Indonesia mengingat iklim yang berbeda antara wilayah tropis dan subtropis. Misalnya, apakah di Indonesia kita bisa membuat sosis yang diawetkan dengan digantung di luar ruangan selama berbulan-bulan? Atau apakah bisa mengawetkan makanan seperti daging ayam, bebek, sapi, domba dan kambing dengan teknik yang sama? 

Seingatku, pengawetan protein hewani di Indonesia banyak juga dilakukan dengan dikeringkan dibawah sinar matahari seperti ikan asin, diasapi ikan cakalang asap dari wilayah timur, dan dendeng daging sapi yang dikeringkan dibawah sinar matahari.

Belum pernah kutemui teknik serupa yang dilakukan Li Ziqi di Indonesia, dan aku penasaran apakah hal ini bisa dilakukan atau tidak, mengingat bahwa teknik ini bisa menyelamatkan banyak orang dari kekurangan pangan.

Contoh nyata yang bisa digunakan adalah, bahwa saat pemerintah membuat kebijakan work from home dan physical distancing dalam melawan pandemi COVID-19, banyak keluarga dari kalangan ekonomi lemah menjerit karena kekurangan uang untuk membeli bahan pangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun