Mohon tunggu...
Wijatnika Ika
Wijatnika Ika Mohon Tunggu... Penulis - When women happy, the world happier

Mari bertemu di www.wijatnikaika.id

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis sebagai Pembaca

5 Oktober 2020   16:19 Diperbarui: 5 Oktober 2020   16:25 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yuk menulis. Sumber: www.barcelona-metropolitan.com

"Ini isu kontroversial, takut ah nulisnya!"

Mungkin, sebagian dari kita merasa bahwa ada semacam 'kewajiban' bahwa setiap tulisan kita harus disukai 100% oleh pembaca. Ini, cara pandang yang keliru. Setiap tulisan merupakan anak ruhani penulisnya yang masing-masing memiliki nasibnya sendiri-sendiri. Tidak setiap penulis harus melahirkan tulisan yang membuat orang lain bahagia, termotivasi, terinspirasi, atau membuat senang orang lain. 

Tidak semua penulis menghasilkan karya dengan tujuan asal pembaca senang. Banyak penulis yang memang menulis untuk membangun proses kesadaran, melakukan kritik sosial, mempromosikan keadilan sosial, memperjuangkan kemerdekaan, melakukan penyadaran publik atas suatu isu, hingga menentang kekuasaan absolut penguasa yang menindas rakyatnya sendiri. 

Pilihan ada di tangan penulis, mau menulis untuk bersenang-senang, mendapatkan kekayaan, atau untuk menjadikannya alat perjuangan.

Aku pernah membaca sebuah nasehat dalam tulis menulis. Intinya: menulislah sebagai pembaca. Maksudnya, seorang penulis yang baik adalah yang mampu memahami kebutuhan pembacanya. Penulis membuat tulisan yang didedikasikan untuk menyenangkan, mendidik, membangun sikap kritis, hingga membangkitkan nilai-nilai baik dalam diri pembacanya. 

Dengan demikian, seorang penulis tidak akan lagi kebingungan apalagi kehabisan ide untuk memberi kabar baru kepada pembacanya. Sebab, dengan memahami kebutuhan pembaca, kita akan menulis sebagai pembaca. Seakan-akan, saat menulis kalimat per kalimat, kita sedang berbicara dengan pembaca dan seakan-akan juga sang pembaca menjadi jari-jemari kita yang menentukan kalimat seperti apa yang akan mengalir deras dari kepala kita ke dalam layar laptop atau media menulis lainnya. 

Ketika kita menulis sebagai pembaca, kita nggak akan terkurung dalam benteng ide milik sendiri. Melainkan kita akan terbuka terhadap berbagai sudut pandang yang memberi warna terhadap tulisan kita.

Namun, perlu diperhatikan juga sejumlah etika ketika kita hendak menjadikan pembaca sebagai alasan kita menulis. Misalnya gini, saat muncul isu tertentu dalam masyarakat, sebaiknya nggak buru-buru menuliskan isu tersebut hanya karena ingin menjadi yang terdepan dalam menuliskannya. 

Berdasarkan pengalamanku, cara terbaik adalah melakukan riset kecil-kecilan sampai kita menemukan satu data yang mungkin orang lain nggak kepikiran mendapatkannya. Dengan data yang kaya, tulisan kita atas suatu isu yang gencar dibahas di publik akan menjadi unik dan berbeda. Sebagai penulis, kita harus memiliki posisi tawar dengan menjadikan tulisan kita unik, berbobot dan berbeda, sehingga nggak hanya sekedar memberikan informasi atas kaidah 5W+1H. 

Dengan demikian, kita nggak saja memberikan pembaca satu cara pandang berbeda dalam melihat suatu hal, serta dalam mendapatkan informasi spesifik atas hal-hal seharusnya publik ketahui. Juga menunjukkan bagaimana sebagai penulis kita serius menggarap tulisan kita, sebab tulisan tersebut berharga.

Dalam proses menulis sebagai pembaca, aku bisa memberi satu contoh berdasar pengalamanku sendiri. Tahun 2016 silam, terjadi kehebohan terkait Oki Setiana Dewi (OSD) seorang selebriti yang kemudian menjadi penceramah. Saat itu, OSD dibully banyak pihak yang meragukan pengetahuannya sebagai pendakwah. Bahkan, ada sebuah petisi yang dibuat untuk menguliti OSD perihal proses pendidikannya sehingga publik bisa menentukan layak atau enggaknya dia diberi gelar sebagai Ustadzah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun