“In the garden of humanity every baby is a fresh new flower.” -Debasish Mridha-
Saat seorang bayi mungil lahir ke dunia, wajah-wajah yang menantikan kehadirannya tersenyum penuh kegembiraan. Lantas orang-orang berkumpul untuk memuji parasnya yang imut menggoda, tubuh mungilnya yang membangkitkan kasih sayang, tangisannya yang merdu bagai lagu pengantar tidur, dan perawakan sempurna yang mendapat doa-doa bagi masa depannya yang baik. Rabindranath Tagore bahkan mengatakan, bahwa jika seorang bayi mungil terlahir ke dunia artinya Tuhan masih percaya pada manusia untuk melanjutkan kehidupan di bumi.
Sebagai perempuan yang memang memiliki tugas kehidupan sebagai ibu, aku jadi membayangkan betapa indahnya saat menyambut kelahiran bayiku sendiri. Kata orang-orang nih, menjadi ibu merupakan salah satu bentuk kesempurnaan hidup seorang perempuan. Aku bahkan berkhayal, jika menikah nanti aku akan program bayi kembar saja agar langsung memiliki dua anak dengan sekali proses melahirkan. Memiliki anak kembar kan seru!
Tapi, setelah mengikuti kegiatan di tiga hari pertama Danone Blogger Academy 2018 pada akhir September dan awal Okober 2018 yang mengusung tema "Nutrisi Menyeluruh untuk Hidup Berkelanjutan," pandanganku tentang bayi dan kehidupan seorang manusia mengalami perubahan. Terutama sejak mendapatkan paparan materi dari Bapak Doddy Izwardi selaku Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan dan Ibu Klara Yuliarti selaku DSA subsepsialias Ahli Gisi, Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan dokter di Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo.
Dari keseluruhan paparan kedua pemateri yang sangat padat dan mencengangkan, dengan data-data yang membuat kepalaku langsung pusing, aku sangat tertarik dengan satu tema yaitu 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Ketertarikan ini disebabkan oleh kondisi tubuhku sendiri yang sepertinya mengalami stunting saat balita, dan data tentang prevalensi balita stunting di Indonesia yang sangat kronis.
"Stunting ini isu kuncinya di perkembangan otak. Cut of point-nya 20%, itu standar WHO. Masalahnya stunting ini nggak bisa dilihat, tapi diukur ketika balita berusia 2 tahun. Diukur tingginya dengan balita seusianya. Makanya perempuan nih sebelum menikah harus paham dulu tentang pendidikan gizi," ujar Pak Doddy, mengingat betapa mengkhawatirkannya jumlah balita stunting di Indonesia yang prevalensinya mencapai 29,6% (data 2017).
Wow, ngeri!
Apa yang disebut stunting? Simak disini: 5 Strategi Pencegahan Stunting
Merangkum materi dari kedua pembicara, ternyata hal paling penting untuk diperhatikan dalam siklus kehidupan manusia ada di 1000 HPK alias masa emas. Masa ini dihitung sejak masa kehamilan hingga bayi berusia 2 tahun. Bahkan, menurut Pak Doddy, seorang perempuan sebaiknya menundan rencana untuk menikah jika ia dan pasangannya belum memahami pendidikan gizi. Serta visi-misi masa depan saat memiliki seorang anak, karena memiliki anak tidak boleh sembarangan melainkan harus direncanakan sebelum menikah. Amazing sekali, bukan?