Mohon tunggu...
Wijanto Hadipuro
Wijanto Hadipuro Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti dan penulis

Saya pensiunan tenaga pengajar yang senang menulis tentang apa saja. Tulisan saya tersebar di Facebook, blogspot.com, beberapa media masa dan tentunya di Kompasiana. Beberapa tulisan sudah diterbitkan ke dalam beberapa buku.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Doa dan Tobat: Renunganku di Minggu Advent Ke-3

16 Desember 2024   16:23 Diperbarui: 16 Desember 2024   16:23 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Kisah pembuka dari Romo Dhani menunjukkan bahwa Ibu sang suster benar-benar menghayati kedua bacaan tersebut. Saya tidak. Parah.

Bacaan Injil yang diambil dari Lukas 3:10-18 melengkapi renungan saya tentang kaitan doa dengan pertobatan yang kemudian ditutup oleh Romo dalam Doa Umat 'Allah Bapa Yang Maha Baik, sebagaimana orang-orang sezaman Yohanes Pembaptis kami pun perlu bertobat. Tuntunlah kami untuk melepaskan KESOMBONGAN (cetak tebal dan huruf besar dari saya) kami agar mampu menghampakan diri seperti Kristus, PutraMu.

Saya jadi teringat pelajaran Agama saat saya masih SMA. Guru saya mengajarkan tentang metanoia (baca pertobatan), seperti juga yang dijelaskan dalam Katekese Singkat Liturgi Minggu tersebut. Kata metanoia merujuk pada perubahan pikiran, mengubah meninggalkan pikiran yang buruk dan menjadi pikiran yang baru yang lebih baik. Berbalik arah.

Saat orang bertanya kepada Yohanes Pembaptis seperti dalam Bacaan Injil: 'Apa yang harus kami perbuat?' Satu ayat yang mengesankan saya adalah 'cukupkanlah dirimu dengan gajimu, jangan memeras dan jangan merampas'. Bagi saya bukan hanya gaji, tetapi juga kesombongan, popularitas, prestasi, kebaikan, dan sejenisnya, yang harus saya pikirkan ulang.

Saya ingat nasehat AA Gym kepada salah satu selebriti yang suka bagi-bagi uang bahwa jangan menolong orang lain lalu harus di-posting dan berharap pujian. Tambahan dari saya adalah posting membantu orang lain, ternyata menghasilkan uang lebih banyak lagi dibanding uang yang diberikan kepada orang tersebut. Seringkali saya punya motivasi melakukan sesuatu dan mem-posting-nya untuk kesombongan, popularitas, prestasi, kebaikan saya (saya belum sampai pada titik mendapatkan penghasilan dari posting-an saya).

Bacaan Injil melengkapi renungan saya, saya berdoa agar saya dapat bertobat, meninggalkan pikiran yang buruk dan mengubahnya menjadi baik. Saya masih sangat jauh dibandingkan dengan sang Ibu suster yang dikisahkan Romo Dhani.

Renungan-renungan saya sengaja saya tulis, biasanya di Facebook, lebih banyak agar saya ingat. Dan, untuk ingat, saya harus rajin membaca ulang renungan yang saya tulis. Mudah-mudahan saya bisa mengalami metanoia. Saya ingin berubah menjadi lebih baik, meskipun belum sebaik Ibu yang dikisahkan Romo Dhani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun