[caption id="" align="aligncenter" width="630" caption="Trend Konsumsi emas di beberapa negara Asia 5 tahun terakhir. Source : "Gold Survey 2014", ThomsonReuters GFMS, 8 April 2014"][/caption]
Bulan lalu diselenggarakan LBMA Forum 2014 di Marina Bay Sands Convention Center, Singapura. LBMA (London Bullion Market Association) adalah sebuah asosiasi perdagangan internasional untuk emas dan perak, yang berkantor pusat di London. Beberapa area yang dinaungi asosiasi ini antara lain standar proses pemurnian emas dan perak, dokumentasi perdagangan dan pengembangan prinsip-prinsip Good Trading Practices serta Responsible Gold Refinery. Asosiasi ini juga mengakreditasi Refinery untuk dimasukkan kedalam Good Delivery List dan memantau kualitas serta akurasi hasil analisa Refinery setiap tahun.
[caption id="attachment_315232" align="aligncenter" width="592" caption="Satu-satunya peserta conference dari Indonesia"]
Source : Personal Photograph Collection
Acara ini berlangsung pada tanggal 25 Juni dan dilanjutkan dengan acara Refinery Visit ke Metalor Precious Metal Refinery keesokan harinya.
Saya berkesempatan hadir mewakili perusahaan. Misi saya selain untuk mengupdate informasi terkini seputar dunia perdagangan emas, juga untuk mencari informasi kemungkinan kerjasama teknologi ataupun pemasaran jasa pemurnian emas dengan Metalor, pabrik pemurnian emas asal Swiss yang baru saja mendirikan pabrik baru di Singapura.
[caption id="attachment_315221" align="aligncenter" width="593" caption="Scott Morrison, chairman of Metalor Technologies"]
Source : Personal Photograph Collection
Pada event yang dihadiri sekitar 350 orang yang terdiri dari para pelaku industri Precious Metals dari seluruh dunia ini terasa jelas bahwa Singapura berusaha keras untuk menunjukkan diri sebagai pemain utama perdagangan emas dan perak di kawasan Asia Tenggara. Dengan lokasi yang strategis, diapit diantara dua negara konsumen emas terbesar di dunia, Tiongkok dan India, serta berada sangat dekat dengan 15.5% pasokan emas hasil tambang dunia (Australia, Indonesia, PNG dan Filipina), dan 50% pasokan scrap (emas rongsok eks perhiasan) dunia berasal dari kawasan ini. Jadi Singapura berada di tengah-tengah lalu lintas perdagangan fisik emas terbesar dunia. Tabel dibawah menunjukkan grafik trend peningkatan konsumsi emas di Asia dalam 5 tahun terakhir.
Berbeda dengan Indonesia, Singapura mulai Oktober 2012 meniadakan pajak untuk impor bahan baku emas, baik dore bullion yang berasal dari perusahaan tambang, maupun scrap dari emas rongsokan eks perhiasan. Peniadaan pajak barang dan jasa (GST) dimaksudkan untuk mendorong industri pemurnian dan manufaktur emas , serta memudahkan perdagangan emas antar negara di kawasan Asia Tenggara dimana Singapura menjadi pusat lalu lintasnya. Artinya pabrik pemurnian emas di Singapura dapat dengan bebas menerima bahan baku tanpa biaya pajak apapun, sesuatu hal yang menjadikan keunggulan komparatif jika dibandingkan dengan pabrik pemurnian emas lainnya di negara lain.
Misalnya di Indonesia, PT Antam jika ingin menangkap peluang pemurnian dore bullion ataupun scrap dari negara lain harus membayar bea masuk dan juga PPH Impor, sehingga jika peluang ini dijalankan akan menjadi tidak feasible karena antara ongkos jasa pemurnian yang didapat dengan bea masuk plus PPH impornya akan lebih besar bea masuk dan PPH impornya. Kecuali jika PT Antam mau membuat pabrik baru yang khusus melayani jasa pemurnian dore bullion dan scrap emas dari luar negeri di dalam FTZ (Free Trade Zone) ataupun di Kawasan Berikat, dengan segala macam kerumitan pelaporan administrasi dan pembukuannya. Padahal PT Antam masih punya idle capacity yang cukup besar pada pabriknya di Pulogadung, jadi buat apa bangun pabrik baru, manfaatkan saja yang sudah ada, namun ya itulah sulitnya, terbentur regulasi. Maka peluang pun disambar negara tetangga kita.
Setelah resmi beroperasi sejak bulan May tahun ini, akhirnya pada Kamis, 26 Juli 2014, Metalor Technologies SA secara resmi membuka pabrik pemurnian logam berharga (emas, perak dan platinum grup metal) di Singapura. Singapore Trade and Industry Minister Lim Hng Kiang, secara resmi membuka pabrik ini. Tak kurang dari 200 orang undangan yang sebagian besar adalah peserta LBMA , Forum 2014, diboyong untuk menyaksikan pabrik mereka yang berlokasi di kawasan industri Jurong, luas area pabriknya tidak besar, hanya 2.600 meter persegi.
[caption id="attachment_315226" align="aligncenter" width="521" caption="Pabrik Metalor di Kawasan Jurong Singapura"]
Source : Captured from Bloomberg TV
Rupanya event LBMA Forum ini dengan maksimal dimanfaatkan Metalor Singapura untuk show off ke para petinggi LBMA perihal kehandalan dan kecanggihan proses serta akurasi analisa kadar emas dan perak mereka, sehingga nantinya dapat memperoleh akreditasi sebagai GDL (Good Delivery List) LBMA. Sampai dengan hari ini, di kawasan Asia Tenggara status Good Delivery List untuk Emas hanya dimiliki PT Antam. Dengan akreditasi GDL dari LBMA, maka emas produksi refinery terkait akan dihargai lebih oleh market, karena keakuratan kadarnya sangat terpercaya, sehingga sangat bankable dan liquid, dapat diperdagangkan langsung antar bullion bank dan gold trader tanpa harus di uji lagi kemurniannya di laboratorium.
[caption id="attachment_315228" align="aligncenter" width="581" caption="Suasana di dalam pabrik Metalor Singapura"]
Source : Captured from Bloomberg TV
Saat ini Metalor Singapura hanya menerima material dore bullion ataupun scrap kadar emas tinggi, diatas 70%, namun kedepannya mereka akan menambah beberapa mesin dan alat baru sehingga dapat mengolah semua jenis material. Kapasitas output produksi mereka saat ini 2 ton emas murni per minggu dan secara bertahap akan di upgrade hingga 4 ton/minggu dalam dua tahun kedepan. Selain jasa pemurnian emas, rencananya mereka juga akan membangun fasilitas pembuatan emas batangan minting dan koin
Dukungan pemerintah dalam hal urusan kepabeanan dan pajak hanyalah satu dari sekian banyak keunggulan. Singapura juga unggul dalam hal infrastruktur. Mereka memiliki vault atau gudang penyimpanan emas dengan fasilitas keamanan yang setara dengan Fort Knox di AS. Berlokasi di kawasan perdagangan bebas Changi Airport, seluas 22.000 meter persegi dan dijaga dengan pengawal bersenjata selama 24 jam tiap hari, fasilitas ini merupakan satu-satunya di kawasan Asia. Sampai hari ini sudah ada beberapa Bullion Bank yang memiliki gudang emas disana seperti ANZ, Credit Suisse, DBS, Deutsche Bank dan UBS.Selain Bullion Bank, perusahaan logistic spesialis barang berharga juga memiliki vault disini, seperti Malca Amit dan Brink’s. Bagi perusahan logistic, Singapura adalah surga, selain memiliki vault yang super aman, layanan pabean yang berkualitas, Singapura juga terhubung dengan 280 kota di 60 negara seluruh dunia setiap harinya, melalui 106 airlines dan tidak kurang 6.800 penerbangan setiap minggunya.
Simbiosis pun dengan mudah terbentuk, karena sudah ada Refinery yang dapat memurnikan emas dari seluruh dunia tanpa hambatan birokrasi tetek bengek keluar masuk barang via pabean, plus Bullion Bank yang bertindak sebagai buyer, ditambah fasilitas gudang penyimpanan emas yang super aman plus jaringan logistic yang mumpuni. Ditambah dengan peran Singapura sebagai Global Private Banking Centre dimana banyak sekali dana orang-orang kaya maupun institusi Keuangan seperti dana pensiun dll. dari Asia Tenggara tersimpan disana dan belakangan ini banyak yang ingin di alokasikan juga ke emas.
Melihat peluang ini maka WGC (WorldGold Council), SGX (Singapore Exchange), SBMA (Singapore Bullion Market Association) dan IE (International Enterprise) Singapore mengumumkan akan segera membuka Singapore Kilobar Gold Contract, yaitu kontrak berjangka emas fisik, dengan menggunakan emas batangan 1kg, dimana satu lot terdiri dari 25kg emas batangan. Rencananya akan dimulai pada September tahun ini.
[caption id="attachment_315230" align="aligncenter" width="528" caption="Launching Singapore Kilobar Gold Contract saat Gala Dinner LBMA Forum Singapore 2014"]
Source : Personal Photograph Collection
Ya itulah Singapura, dimana negara sangat berperan aktif untuk mendorong dan menyambungkan mata rantai antara industri, perdagangan dan jasa, sehingga tercipta suatu simbiosis perekonomian yang sangat kuat karena semua pihak memperoleh benefit secara merata.
Sementara di Indonesia, jangankan mendatangkan dore bullion ataupun scrap dari luar negeri, untuk mengolah material anode slime dari PT Smelting Gresik saja, PT Antam, harus membayar PPN 10%, hitungan sederhananya, untuk mengolah anode slime sebanyak 3.000 ton, dengan kandungan emas 1%, atau 30 ton emas murni, PT Antam harus membayar PPN setara 3 ton emas murni atau kuraang lebih Rp 1,5 trilyun, padahal keuntungan dari pengolahan dan pemurnian anode slime untuk dikonversi menjadi emas murni saja tidak sampai 1%. Sangat tidak feasible.
Harapan kita kedepan tentunya semoga pemerintahan baru Republik ini kedepan dapat lebih baik lagi dalam mengelola dan memperlancar simpul-simpul antar departemen dan lembaga negara terkait agar dapat lebih bersinergi dalam membuat aturan ataupun eksekusinya di lapangan sehingga potensi daya saing dan produktifitas kita dapat maksimal.
Niat pemerintah saat ini sudah sangat mulia, yaitu mengedepankan hilirisasi produk hasil tambang, langkah selanjutnya yang seharusnya parallel adalah menyiapkan segala perangkat aturan maupun infrastruktur untuk mendukung niat mulia tersebut dan jika sudah demikian koordinasi dan sinergi antar pemangku kepentingan di negeri ini musti diupayakan lebih baik lagi. Sehingga apa yang menjadi judul artikel saya diatas tidak kembali terulang dan kita bisa pelan tapi pasti memperbaiki kekurangan-kekurangan kita. Amiiin.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H