Mohon tunggu...
Bambang Wijanarko
Bambang Wijanarko Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Praktisi Bisnis Logam Mulia

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Negara Maju Tumpuk Emas, Negara Berkembang Tumpuk Dollar

3 Maret 2014   17:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:17 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak indikator yg membedakan antara negara maju dengan negara berkembang. Yang diketahui publik biasanya negara maju memiliki pendapatan per kapita yg tinggi, SDM yg berkualitas, angka harapan hidup yg tinggi, infrastruktur dan teknologi yang modern, industri yang tidak tergantung pada sumber daya alam, dll.

Namun ada yang luput dari perhatian publik, yaitu apa yang disimpan di cadangan devisa negara maju ternyata berbeda dengan yang disimpan oleh negara berkembang.

Apa itu ? Jawabannya : Emas.

Negara maju menyimpan begitu banyak emas pada cadangan devisa mereka, sementara negara berkembang lebih senang menyimpan kertas bergambar yang mereka sebut sebagai uang kertas, valuta asing yang kebanyakan berupa US Dollar

Source : WGC

Dari Net Seller menjadi Net Buyer

Setelah hampir dua dekade menjadi net seller emas, mulai tahun 2009 di tengah-tengah krisis keuangan dunia, bank sentral dari berbagai negara mulai berhenti menjual emas. Tahun 2010 adalah tahun pertama mereka berbalik posisi menjadi net buyer emas . Tahun 2012 bank sentral telah membeli 250 ton emas. Sebenarnya emas sangat erat kaitannya dengan sistem keuangan di dunia. Jika kita mengumpulkan seluruh emas yang sudah ditambang dari perut bumi di seluruh dunia ke dalam satu tempat , maka akan terkumpul kurang lebih 171,000 ton emas , bank-bank sentral akan memiliki sekitar seperlima dari semua emas itu atau sekitar 30,000 ton. Sangat banyak.

Emas sebanyak itu diperoleh bank sentral dimasa standar emas untuk penerbitan uang diberlakukan di dunia, yaitu era dimana uang kita benar-benar di back up oleh emas .

Karena warisan masa lalu tersebut, terjadi kesenjangan yang sangat mencolok antar bank sentral dalam hal berapa banyak emas yang mereka miliki . Negara maju memiliki cadangan emas jauh lebih tinggi dalam persentase cadangan devisa mereka. Sementara itu, sebagian besar negara di dunia, khususnya negara berkembang, memiliki persentase cadangan devisa berupa emas yang jauh lebih rendah .

Negara-negara berkembang di Asia memiliki emas rata-rata kurang dari 5 % dari total cadangan devisa mereka.

Pertumbuhan Cadangan Devisa

Apa yang mendorong terjadinya pergeseran trend ini ? Motivasi utama dari bank sentral dalam hal ini adalah karena terjadinya pertumbuhan yang signifikan pada cadangan devisa mereka. Cadangan devisa negara-negara BRIC (Brazil, Rusia, India dan China) telah meningkat lebih dari 5 kali dalam 10 tahun terakhir. Bahkan di Cina dan Brasil meningkat lebih dari sepuluh kali lipat. Dan semua peningkatan cadangan devisa ini berupa US Dollar.

Pemikiran sederhananya adalah bank sentral di seluruh dunia saat ini terus berupaya menjaga kesimbangan proporsi cadangan devisa mereka. Kita tahu bahwa Rusia dan India membeli banyak emas dalam beberapa tahun terakhir, karena apabila mereka tidak membeli emas maka proporsi emas dalam cadangan devisa akan menurun secara signifikan karena tertinggal jauh dengan US Dollar yang mereka peroleh.

1393821267637338799
1393821267637338799
Source : WGC

Emas berkorelasi negatif dengan US Dollar dan itu sangat bermanfaat bagi bank sentral karena mereka adalah pemegang US Dollar . Dengan memiliki emas dalam cadangan mereka , mereka memiliki lindung nilai yang sangat positif untuk melindungi posisi US Dollar mereka.Pada tabel berikut terlihat jelas betapa negara-negara emerging market menyimpan begitu banyak valuta asing yang sebagian besar adalah US Dollar dalam cadangan devisa mereka. Sementara sebaliknya negara-negara maju justru menyimpan lebih banyak emas dalam cadangan devisa mereka.

13938214352069049379
13938214352069049379

Source : WGC

13938215001508339369
13938215001508339369
Source : WGC

Pada tabel berikutnya terlihat dengan jelas bahwa semenjak tahun 2007 hampir seluruh negara emerging market (kecuali Indonesia dan Afrika Selatan) berlomba-lomba menambah cadangan emas mereka. Nampaknya negara-negara tersebut sudah mulai menyadari betapa rentannya mereka apabila suatu saat US Dollar hancur nilainya, krisis ekonomi di AS pada tahun-tahun tersebut membuat mereka berpikir ulang untuk mem-balancing kembali portofolio cadangandevisa mereka ke emas.

13938215421548939749
13938215421548939749
Source : WGC

Fakta diatas cukup memprihatinkan karena kita semua tahu bahwa Indonesia dan Afrika Selatan merupakan salah satu negara penghasil emas terbesar di dunia, namun bank sentral di kedua negara tersebut lebih senang mengoleksi US Dollar dalam cadangan devisanya dibandingkan dengan emas, sehingga proporsi emas dalam cadangan devisa di negara tersebut semakin kecil.

Semakin besar dan merdekanya suatu bangsa sebagai negara, semakin besar cadangan devisa yang dibutuhkan, sesuatu hal yang tidak bisa disandarkan pada sebuah janji yang tertulis pada selembar kertas. Negara yang kuat harus memiliki sesuatu yang pasti untuk mem-back up cadangan devisanya. Dan itu adalah emas.

Kalau negara belum sadar akan hal ini, sebaiknya kita mulai dari diri kita sendiri, bahwa kita sepenuhnya sadar bahwa kita adalah bangsa yang besar dan kuat, marilah kita perkuat pertahanan finansial kita masing-masing dengan menjadikan emas sebagai penyeimbang cadangan dana simpanan kita.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun