Mohon tunggu...
Dwi Pratiwi Aslam
Dwi Pratiwi Aslam Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswi UNM yang juga terangkul oleh Lembaga Penerbitan dan Penyiaran Mahasiswa (LPPM) Profesi. Berkhayal dapat menerbitkan sebuah Novel. Sedikit aktif dalam goresan sebuah blog di parutanlangitakatsuki.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menertawai'ku'

24 Desember 2013   03:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:33 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

‘dejavu’ yah itulah namanya, saat ini aku sedang tenggelam akan sebuah ingatan yang indah dimasa silamku. Merasakan kembali apa yang ‘sepertinya’ telah aku rasakan. Bukan, ini bukan salah siapapun, hanya saja keadaan yang mempersatukan kita. Komitmen yang selama ini aku genggam erat dengan gerahanku kini mengendor entah karna ‘kau’kah atau memang aku yang telah merusaknya.

@Wiiwi_AsLam

*__*

Cinta, yah itulah yang saat ini aku rasakan, tegambar jelas oleh keadaanku yang dengan tanpanya mengenalinya lebih jauh aku kacau dan yang tanpanya pula aku akan merasa khawatir, entah sejak kapan semua ini. Tak kupungkiri kini aku terjerat karma, yang dulunya aku sering menertawai ‘mereka’ dengan kekanakannya menunjukkan tingkah. Kini aku tak bisa lari dari perasaan itu. Bahkan, tanpa memikirkannya pun, otakku seakan mati tak berfungsi.

Gelisah aku jika hari tanpa kabar darinya. “itu dia!” sebuah pesan singkat dari sorang yang kunantikan pun menghampiri. Meski bukan kata-kata romantis yang kuterima darinya setidaknya “dimana?” itu menunjukkan sebuah geliat keingintahuannya tentang’ku’, walau sesaat.

Bukannya aku tak memperdulikan. Perasaannya yang belum ku ketahui apa rasa ‘ini’ sama dengan yang dia rasakan, hanya saja aku mencoba tegar dengan dan tanpa jawaban dari’nya’. Kini, akalku semakin beronta saat mengetahui tentang jawaban yang dengannya pula seluruh rasa sakit yang mengakar didalam tubuhku sirna seketika. Iya, kami bersatu.

Namun. Jalan tak selamanya halus dan mulus, terkadang kita menemui kerikil dan batu bahkan sebuah pemberhentian. Yah, seakan harapan dan kesenangan itu runtuh hingga mengenai kepalaku dan akhirnya membuatku tersadar, Tuhan engkaulah yang Aku Cinta dan akan selalu....

*__*

“Dialah pemberi Cinta tanpa menerima Cinta. Tuhan, tidakkah Engkau akan Menertawai’ku’?” Apakah..........

Makassar, 24 Desember 2013

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun