Akhir akhir ini ramai diberitakan seorang siswa yang membakar sekolah karena menjadi korban perundungan oleh teman temanya, sontak hal ini membuat geger sosial media. berbagai opini publik mulai bermunculan dari pro hingga kontra. Seorang siswa sekolah menengah pertama disalah satu kabupaten di Jawa Tengah nekat membakar tempat ia menuntut ilmu. hal tersebut terjadi karena sakit hati kepada teman teman yang sering melakukan perundungan terhadapnya.Â
Menurut kepala sekolah siswa yang membakar sekolah tersebut sering cari perhatian atau caper di sekolah."Saat melakukan kesalahan dan dipanggil oleh guru, dia sering kali berpura-pura muntah atau bahkan kesurupan," ujar Kepala sekolah. Menurut Kepsek,anak itu tidak nakal, namun sering meminta perhatian lebih kepada teman dan guru-guru di sekolah."Pokoknya caper, dia minta perhatian lebih pada teman-teman. Tidak nakal," dikutip dari Kompas.tv.Â
Dia adalah Korban yang menjadi tersangka. karena perbuatannya yang terekam cctv,siswa tersebut resmi menjadi tersangka saat ini. Terlepas dari benar atau salahnya perbuatan tersebut yang harus digaris bawahi adalah bagaimana peran seorang guru dalam menyikapi kasus yang sebenenarnya sudah ada sejak dahulu? kasus yang hampir terjadi disetiap sekolah namun masih minim kepekaan oleh tenaga pendidik. dari kasus tersebut terlihat nyata bahwa dampak dari perundungan ini tidak dapat dipandang sebelah mata.Â
Seorang siswa yang mengalami perundungan akan berakibat fatal jika hanya dibiarkan. Peran seorang guru disekolah bukan sekedar menjadi tenaga pengajar tetapi juga harus paham apa yang terjadi dilingkungan sekitarnya terutama murid muridnya didalam kelas.Â
Di Indonesia sendiri kasus kasus seperti ini sudah sering kali terjadi namun masih tidak menemukan solusi untuk mengatasinya. Guru memiliki tanggung jawab untuk memberikan pendidikan kepada siswa tentang perundungan, efek negatifnya, serta cara mencegah dan mengatasi perundungan. Melalui program pendidikan yang sesuai, guru dapat meningkatkan kesadaran siswa tentang pentingnya menghormati perbedaan, menerima diversitas, dan bertindak dengan sopan.Â
Dari pada seorang guru sibuk mengurusi rambut murid yang panjang, sepatu yang warnya tidak sesuai bahkan memarahi siswa yang memakai jaket disekolah apa tidak sebaiknya Mereka menciptakan lingkungan yang aman, menyediakan pedoman perilaku yang jelas, dan mengajarkan nilai-nilai empati, penghargaan, dan kerjasama kepada para siswa. Dengan membangun iklim sekolah yang inklusif, dengan hal itu guru dapat mengurangi kemungkinan terjadinya perundungan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H