Mohon tunggu...
Wibisono Handoko
Wibisono Handoko Mohon Tunggu... Consultant -

Salted with FIRE to REVIVE igniting CHANGES

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kekalahan Foke Bukan Awal Kesalahan Jokowi

21 September 2012   08:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:05 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini sekedar untuk menanggapi tulisan Sdri. Siti Mugi Rahayu pada link berikut: http://edukasi.kompasiana.com/2012/09/21/kekalahan-foke-awal-kesalahan-jokowi/

Salam kenal bagi Sdri. Siti, berikut sudut padang dan pendapat saya atas tulisan anda:

Berseberangan dengan pendapat anda, menurut saya kekalahan Foke bukanlah kesalahan Jokowi. Kekalahan Foke adalah hasil keputusan penduduk DKI untuk mendukung Jokowi-Basuki untuk menjadi pemimpin nya untuk 5 tahun mendatang. Justru mungkin ini adalah bentuk kemenangan tersendiri bagi Foke bahwa dapat mengakhiri karir yang dirintisnya sejak awal di DKI Jakarta dan memberikan masukan bagi Jokowi-Basuki kondisi dan prioritas yang perlu dilakukan agar ada kesinambungan pembangungan di DKI Jakarta. Mungkin Foke dapat melanjutkan pengabdiannya sebagai negarawan.

Kekalahan Foke dalam pilgub bukanlah awal kesalahan Jokowi ataupun untuk kandidat lain bila mereka yang terpilih menjadi pemimpin Jakarta untuk 5 tahun berikut. Menurut saya, suatu kejadian dapat disebut kesalahan bila memang menyimpang atau tidak sesuai dari kejadian yang benar. Saya belum dapat memahami dimana letak kesalahan yang anda maksudkan. Perlu diperjelas dimana letak kesalahan tersebut dan bagaimana mengukurnya sehingga dapat disebut sebagai suatu kesalahan. Bila yang menang kandidat lain, apakah juga merupakan bentuk kesalahan?

Semua petahana pasti diserang oleh penantang yang memperebutkan posisi kepemimpinan tersebut. Apakah ada sesuatu yang benar dari kekalahan seorang pemimpin yang juga petahana dalam suatu atmosfir demokrasi? Kecuali mungkin seperti teringat pada saat masa kecil dimana justru menghindari dan tidak ingin ditunjuk sebagai ketua kelas karena dapat diartikan repot sepulang sekolah (haha). Namun sekarang di era demokrasi, semua orang yang merasa mampu berebut posisi menjadi pemimpin terlepas kemampuan sesungguhnya.

Dalam konteks rencana kerja dan strategi serta keterbatasan sumber daya yang ada, tidak mungkin untuk melaksanakan segala hal yang baik sekaligus. Pasti ada prioritas dalam pilihan yang dibuat termasuk yang telah dilakukan oleh Foke. Bila hal ini membuat ada yang tidak puas, sangat mungkin. Dalam hal ini yang patut untuk dikritisi adalah kemampuan dalam memutuskan mana yang mendapat prioritas dahulu dan mana yang dikemudiankan. saya tidak berani mengatakan bahwa Jokowi - Basuki akan menerima hal yang sama yang telah dilewati oleh Foke khususnya dalam hal "salah bagi banyak orang", pun hal ini sangat mungkin terjadi. Saya cenderung akan berkata kepada Jokowi-Basuki, bersegeralah bekerja membangun dan memimpin DKI Jakarta sesuai prioritas yang anda telah pikirkan, sampaikan dan janjikan.

Saya sangat setuju dengan anda bahwa tidak mungkin memuaskan semua pihak bahkan hal tersebut akan menyebabkan keteperosokkan dan kerugian bagi yang mengupayakannya. Berbuat terbaik pun pasti ada yang mencerca dan mengkritisi selain yang mendukung. Serupa dengan yang pernah saya dengar dari kawan apa yang diucapkan Bunda Teresa dari Calcuta bahwa pun sudah berbuat baik akan tetap dicerca meski demikian tetaplah berbuat baik.

Saya berharap Jokowi-Basuki tidak bekerja untuk memuaskan semua orang tetapi bekerja sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta diatas kepentingan golongan dan pribadi nya serta terus memperjuangkan tegaknya 4 pilar berbangsa dan bernegara di DKI Jakarta yakni UUD 1945, NKRI, Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.

Teriring apresiasi dan terima kasih untuk Sdri. Siti sebagai penulis yang menginspirasi saya untuk menuliskan tulisan ini.

Salam sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun