Mohon tunggu...
Wifqi Rahmi
Wifqi Rahmi Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa S3 Ilmu Kependidikan Undiksha Singaraja Bali

Saya adalah seorang Kepala Madrasah di sebuah madrasah negeri di Kabupate Jembrana. Hoby saya adalah badminton. Saya tertarik dengan dunia pendidikan, sain dan teknologi. saat ini saya sedang menempuh program doktoral (S3) di Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Bali .

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Aliran Pendidikan Modern, Implikasi terhadap Perkembangan Kurikulum Saat ini

23 Desember 2024   09:52 Diperbarui: 23 Desember 2024   07:57 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan di MTsN 3 Jembrana (Sumber: Dokumen Jurnalis MTsN 3 Jembrana)

Jean Piaget (1896-1980) adalah seorang psikolog dan epistemolog Swiss yang terkenal dengan teorinya tentang perkembangan kognitif anak. Piaget memfokuskan penelitiannya pada cara anak berpikir dan belajar. Beberapa konsep utama Piaget antara lain: (1) Tahapan Perkembangan Kognitif: Piaget mengidentifikasi empat tahapan perkembangan kognitif, yaitu: Tahap Sensorimotor (0-2 tahun) dimana anak belajar melalui pengalaman sensorik dan motorik, Tahap Praoperasional (2-7 tahun) di mana  anak mulai menggunakan bahasa dan simbol, namun belum bisa berpikir logis, Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun) dimana anak sudah bisa berpikir logis terhadap benda konkrit, dan Tahap Operasional Formal (11 tahun ke atas) dimana anak sudah bisa berpikir abstrak. (2) Tahap Konstruktivisme: Piaget berpendapat bahwa anak-anak membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman dan interaksi dengan dunia di sekitar mereka.

Maria Montessori (1870-1952) adalah seorang dokter dan pendidik Italia yang mengembangkan metode pendidikan Montessori. Pendekatan ini sangat berfokus pada perkembangan anak secara holistik. Beberapa prinsip utama metode Montessori antara lain: (1) Penghormatan terhadap Anak: Montessori menekankan pentingnya menghormati setiap anak sebagai individu yang memiliki kebutuhan dan kemampuan unik. Pendidikan harus fokus pada pengembangan potensi anak secara utuh. (2) Lingkungan Belajar Terstruktur: Montessori merancang lingkungan belajar yang mendukung eksplorasi dan pembelajaran mandiri. Kelas Montessori biasanya terdiri dari berbagai materi dan aktivitas yang memungkinkan anak belajar dengan kecepatan dan kecepatannya sendiri. (3) Peran Guru sebagai Fasilitator: Dalam metode Montessori, guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing, bukan sebagai guru yang otoriter. Guru membantu anak menemukan dan mengeksplorasi minatnya sendiri.

Ketiga tokoh ini (John Dewey, Jean Piaget, dan Maria Montessori) telah memberikan kontribusi besar terhadap pendidikan modern. Pendekatan mereka menekankan pentingnya pengalaman, perkembangan kognitif, dan menghormati kebutuhan individu siswa. Pemikiran mereka masih relevan dalam konteks pendidikan saat ini, dimana fokus pada pengembangan holistik dan pembelajaran yang berpusat pada siswa semakin diprioritaskan. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Finlandia, siswa yang terlibat dalam pembelajaran berbasis proyek menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam pemahaman konseptual dan keterampilan kolaboratif dibandingkan dengan metode tradisional (Sahlberg, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa jalur pendidikan modern tidak hanya relevan, namun juga efektif dalam mempersiapkan siswa menghadapi tantangan dunia nyata.

Penerapan teknologi dalam pembelajaran kini semakin meluas dan masif. Dengan akses internet dan perangkat digital, siswa kini dapat belajar secara mandiri dan fleksibel. Penelitian yang dilakukan oleh Pew Research Center (2018) menunjukkan bahwa 95% remaja memiliki akses terhadap smartphone yang memungkinkan mereka menggali informasi dan sumber belajar secara mandiri. Hal ini menunjukkan bahwa aliran pendidikan modern beradaptasi dengan perkembangan teknologi untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih kaya.

Pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang banyak dikembangkan dalam proses pembelajaran modern. Dalam proses ini, siswa belajar melalui proyek nyata yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Siswa tidak lagi hanya sekedar menonton penjelasan guru secara abstrak. Siswa dihadapkan pada proyek nyata. Contoh pembelajaran berbasis proyek pada tingkat sekolah dasar (SD). Siswa diminta merancang dan membuat taman kecil di lingkungan sekolah. Mereka akan belajar tentang jenis tanaman, kebutuhan air, sinar matahari, dan manfaat taman bagi lingkungan. Tentu saja hal ini lebih nyata dari sekedar mendengarkan penjelasan guru di kelas.

Adanya kesetaraan dalam dunia pendidikan modern merupakan sebuah keniscayaan yang tidak bisa dihindari. Pendidikan tidak lagi hanya menekankan pada aspek kognitif saja, namun juga mencakup keseimbangan dalam seluruh aspek kehidupan peserta didik. Pendidikan modern berupaya menciptakan lingkungan inklusif, di mana setiap individu, tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi atau kemampuan khusus, mempunyai hak yang sama untuk belajar dan berkembang. Pendidikan Inklusif berupaya memberikan akses pendidikan yang setara bagi semua orang, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus. Hal ini tidak hanya berarti menerima siswa yang mempunyai kemampuan berbeda, namun juga menciptakan sistem pembelajaran yang adaptif dan tanggap terhadap kebutuhan individu, sehingga seluruh siswa dapat mencapai potensi terbaiknya. Selain itu, pendidikan holistik semakin menjadi prioritas. Pendekatan ini menekankan pentingnya perkembangan emosi, sosial, dan moral siswa, di samping perkembangan intelektual. Dalam pendidikan holistik, sekolah tidak hanya berperan sebagai tempat menimba ilmu, namun juga sebagai tempat pembentukan karakter, etika, dan kecakapan hidup yang akan membantu siswa menghadapi tantangan di masa depan. Dengan demikian, pendidikan modern berfokus tidak hanya pada hasil akademik, tetapi juga pada kesejahteraan dan kebahagiaan siswa secara keseluruhan. Melalui pendekatan inklusif dan holistik, sistem pendidikan diharapkan dapat melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, namun juga memiliki empati, keterampilan sosial, dan keseimbangan emosional yang kuat.

Kurikulum adaptif merupakan salah satu ciri pendidikan modern yang bertujuan untuk menciptakan sistem pembelajaran yang lebih dinamis, relevan dan siap menghadapi tantangan zaman. Di era globalisasi dan kemajuan teknologi yang pesat, kurikulum tidak lagi bersifat statis atau seragam, namun dirancang untuk beradaptasi dengan kebutuhan lokal, tren global, dan perkembangan teknologi. Hal ini dilakukan agar mahasiswa dapat lebih siap memasuki dunia kerja dan mampu memberikan kontribusi terhadap masyarakat yang terus berkembang dan berubah. Dengan kurikulum adaptif, pendidikan modern bertransformasi menjadi lebih relevan dan terhubung dengan realitas masa kini. Hal ini memastikan bahwa siswa tidak hanya mempelajari pengetahuan teoretis, tetapi juga memperoleh keterampilan praktis dan adaptif yang akan membantu mereka berinovasi dan berkontribusi dalam dunia yang terus berubah.

Meskipun jalur pendidikan modern menawarkan banyak keuntungan, tantangannya tetap ada. Tidak semua guru dilatih untuk menerapkan metode pembelajaran inovatif adalah salah satu contoh tantangannya. Menurut laporan World Economic Forum (2020), kurang dari 30% guru di negara berkembang merasa siap untuk mengintegrasikan teknologi ke dalam pengajaran mereka. Oleh karena itu, pelatihan dan pengembangan profesional bagi pendidik sangat penting untuk menjamin keberhasilan pendidikan modern. Dengan demikian, konsep aliran pendidikan modern tidak hanya mencakup pendekatan pedagogi baru, namun juga mencerminkan perubahan sosial dan teknologi yang mempengaruhi cara kita mendidik generasi mendatang. Pemahaman yang mendalam terhadap aliran ini akan menjadi dasar untuk mengembangkan kurikulum yang lebih relevan dan responsif terhadap kebutuhan siswa.

  • Kurikulum Saat Ini 

Kurikulum di Indonesia kerap mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Bahkan ada yang mengatakan pergantian Menteri akan menyebabkan pergantian kurikulum. Hal ini terjadi karena kurikulum bersifat fleksibel untuk beradaptasi dengan perkembangan dan kebutuhan saat ini. Kurikulum yang ada saat ini menekankan pada pengembangan kompetensi abad 21, antara lain keterampilan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi dan komunikasi. Kompetensi ini diakui oleh banyak pakar pendidikan sebagai landasan penting bagi peserta didik dalam menghadapi tantangan global yang semakin berkembang dan perubahan yang cepat di dunia kerja. Menurut laporan World Economic Forum (2020), keterampilan abad ke-21 sangat penting di era yang semakin didominasi oleh teknologi dan otomatisasi. Oleh karena itu, kurikulum modern dirancang untuk mengembangkan keterampilan tersebut, tidak hanya memberikan pengetahuan akademis, tetapi juga menciptakan lulusan yang siap bersaing dalam pasar kerja yang semakin kompleks dan dinamis.

  • Pentingnya Kompetensi Abad 21 

Kompetensi abad 21 mencakup beberapa keterampilan inti seperti berpikir kritis, kreativitas, keterampilan komunikasi, dan kolaborasi, yang sangat penting dalam konteks globalisasi dan digitalisasi. Laporan dari Partnership for 21st Century Skills menyatakan bahwa keterampilan ini sangat relevan di dunia yang semakin terhubung dan saling bergantung, dimana industri global membutuhkan tenaga kerja yang mampu beradaptasi dengan cepat, memecahkan masalah yang kompleks, dan bekerja secara efektif dalam tim lintas budaya. Selain itu, perkembangan teknologi seperti Artificial Intelligence (AI), Big Data, dan Internet of Things (IoT) semakin menuntut individu untuk mampu menguasai teknologi serta memiliki kemampuan analitis dan inovatif. Kurikulum yang berorientasi pada pengembangan kompetensi ini diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang tidak hanya memiliki pengetahuan akademis, namun juga keterampilan praktis dan kreatif yang akan membantu mereka sukses di dunia kerja masa depan.

  • Kurikulum Merdeka 

Di Indonesia, pemerintah telah mengambil langkah besar melalui penerapan Kurikulum Merdeka melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Kurikulum ini memberikan keleluasaan bagi sekolah untuk merancang kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan lokal dan kearifan lokal (local wisdom), dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Salah satu pendekatan utama yang diterapkan dalam Kurikulum Merdeka adalah pembelajaran berbasis proyek, yang memungkinkan siswa belajar melalui pengalaman langsung dalam memecahkan masalah nyata. Metode ini sejalan dengan prinsip pengembangan kompetensi abad 21, dimana peserta didik diajak berpikir kritis, kreatif dan bekerja secara kolaboratif. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan (2021), penerapan Kurikulum Mandiri di beberapa sekolah telah menunjukkan hasil yang positif, terutama dalam hal peningkatan partisipasi siswa dan keterlibatan orang tua dalam proses belajar mengajar. Kurikulum ini juga memberikan kebebasan kepada sekolah untuk lebih menyesuaikan pembelajaran dengan konteks lokal, yang pada akhirnya membantu meningkatkan relevansi pendidikan bagi siswa.

  • Tantangan dalam Penerapan Kurikulum Modern 
  • Meskipun terdapat sebuah kemajuan, tantangan penerapan kurikulum modern di Indonesia masih cukup besar. Banyak sekolah, terutama di daerah terpencil, masih menggunakan metode pengajaran tradisional yang berfokus pada hafalan dan tes standar. Cara ini dirasa belum cukup untuk mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan siswa di masa depan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2022), sekitar 60% siswa di Indonesia menyatakan bahwa metode pembelajaran yang mereka alami tidak cukup untuk mengembangkan keterampilan yang relevan untuk masa depan mereka. Selain itu, kurangnya pelatihan bagi guru untuk menerapkan metode pengajaran yang lebih inovatif dan interaktif juga menjadi salah satu kendala utama. Guru memainkan peran penting dalam implementasi kurikulum, dan tanpa dukungan dan pelatihan yang memadai, sulit bagi mereka untuk memaksimalkan potensi pembelajaran berbasis proyek dan pendekatan kolaboratif lainnya.
  • Keberhasilan Implementasi Kurikulum STEAM 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun