Mohon tunggu...
Aang Suherman
Aang Suherman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perantau

Ekspresi apa adanya semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ayah Ibu Lekaslah Pulang, Kami Butuh Kasih Sayang. Tetapi Sang Ayah dan Ibu Bungkam

2 November 2011   22:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:08 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bekerja,mencari uang yang halal bagi kalangan yang tanggung seperti kami para TKW TKI informal adalah sangat sulit,meskipun sebenarnya kami bisa untuk bekerja kasar sekalipun.Bertani mencangkul dan bersawah,namun bertani saja apalagi lahannya hanya sedikit mana cukup untuk bisa membiayai tuntutan kebutuhan jaman sekarang.Anak-anak harus sekolah.bayaran listrik,bayaran air iuran ini iuran itu undangan sana undangan sini,belum kalau ada anggota keluarga yang sakit dan atau meninggal dunia.Perlu biaya yang tidak bisa ditutup dengan mengandalkan bertani menanam padi atau sayuran apalagi bertani dengan cara konvensional.

Biaya bertani memanam padi untuk lahan setengah hektar dengan hasil hanya 2 sampai 3 ton biayanya sepadan dengan 1,5 ton padi jadi kurang lebih jikalau tak ada aral menimpa,hama dan gagal panen hasil bersih dari menanam padi di kita hanya setengahnya saja dari hasil panen rata-rata.Itupun jikalau tidak gagal panen.Ini  berproses dari musim tanam ke panen memerlukan waktu 4 bulan sampai bisa menanam padi ke musim berikutnya.

Bila lahan 1/2hektar dengan hasil sukses 2,5 ton dikurangi biaya produksi 1,25 ton hasil bersih hanya 1.25 ton saja.Bila diuangkan hanya 1 250 kg x Rp.3000,- (harga rata-rata)=Rp 3.750,00,-dibagi 4 bulan proses menunggu panen sama dengan Rp.937.500,- (ini jikalau berhasil,tidak gagal panen).Jika terjadi gagal panen angka pembagi jadi 2 kali lipat yaitu 8 bulan dengan hasil yang sama.Atau hasil akhir hanya Rp.468.750,-.

Perhitungan diatas apabila petani menggarap tanah punya sendiri,dan seluas setengah hektar,bayangkan jikalau yang punya di bawah setengah hektar.Dan gagal panen ini selalu terjadi pada setiap tahunnya baik oleh serangan hama,dan ataupun oleh kemarau panjang.

Makanya jadi petani sekarang hanya punya Daki (kotoran di kulit karena tiap hari berlumpur ria),dimana akan ada kesejahteraan,petani akan miskin terus.Hanya cukup untuk memperpanjang makan saja,ditambah dengan inflasi uang,karena mahalnya sembako.

Pemerintah seharusnya segera menaruh perhatian kepada pertanian ini,yaitu jangan cabut subsidi PUPUK dan stabilakan harga sembako,jangan naik terus kasihan kami para petani.(Nah yang ini pasti mereka pada menutup kuping).

Saya lihat "kadang-kadang "di kompasiana kalau tulisan tentang omong politik dan mengagungkan sebuah profil hebat dan atau yang menyindir sesuatu yang hebat  menjadi HL dan ramai berkomentar dengan hebat-hebat,tetapi kalau artikel tentang orang miskin dan pemberdayaan SDM dan SDA kurang merespon,padahal komunitas kompasiana adalah komunitas terpelajar,kecuali saya dan segelintir orang saja yang hanya SLTA,95 persen saya yakin kompasianer adalah sarjana,baik sarjana asli maupun sarjana ijasah hasil dari membeli.Gejala bahwa kalangan menengah atas sudah kurang peduli dengan kemiskinan ini,karena memang mengurus kemiskinan ini reseh dan sebagian sudah menganggap jenuh.

Hanya sebagian kecil yang masih peduli dengan sebagian kehidupan miskin di Indonesia,kasar kata mereka seolah berkata:"makanya sekolah kayak aku,jadi pejabat, jadi orang pintar,lalu kalian siapa suruh jadi orang miskin".(semoga prediksi saya salah).Tentu tidak semua,tetapi kebanyakan hanya menyelematkan perut  masing-masing saja,sekali lagi tidak semua.(saya tulis berulang karena ciri khas terpelajar Indonesia masih kurang terbiasa dengan berbeda paham atau pendapat,gampang tersinggung  dan maunya di setujui dan disepakati saja)sekali lagi tidak semua.

kembali ke laptop....

Terus Bank juga jikalau untuk kredit usaha mikro mereka sulit sekali untuk mencairkannya,padahal rata-rata petani sangat hati-hati dan jujur terhadap hutang,jikalau di acc pun jumlahnya menggantung satu atau dua juta untuk nasabah petani pemula,lha wong ngurus syarat-syaratnya saja sama nyogok petugas Supervisor nya habis 800 ribu,setelah cair jadi tanggung mau di modalkan juga tanggung.Tidak seperti kepada sektor lain tanpa agunan pun bisa cair bermilyar-milyar meskipun memakai agunan palsu dan terjadi gagal bayar.

Hubungannya dengan ini,para TKI dan TKW pembantu mayoritas berasal dari basis petani miskin ini,tak akan berkurang meskipun banyak masalah tentang TKW, jikalau lingkaran kemiskinan yang secara tidak langsung kemiskinan ini kurang diseriusi oleh kebijakan pemerintah,masalah TKW walau carut marut apapun pasti masih menjadi harapan instant di lingkungan ini.Kalau TKW Saudi kususnya berjalan terus, pasti selalu yang untung adalah orang-orang yang bergerak di PJTKI,dan Perusahaan -perusahaan besar serta pejabat yang berhubungan,sementara TKI dan TKW nya tetap miskin karena hidup ini bukan hanya dua tahun saja,seperti halnya kontrak kerja mereka.Hidup selama masih punya umur dan kalaupun mati pasti meninggalkan keluarganya.Yang sudah tidak cukup lagi biaya hidupnya dipenuhi dengan hasil menjadi TKW selama dua tahun itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun