Menghutang adalah hak pribadi masing-masing,tetapi salahsatu sebab tidak berhasilnya seorang TKI di Luar Negeri apalagi TKI Informal yang bergaji kecil,adalah kebiasaan pribadinya yang tidak disiplin mengelola Keuangan sendiri.
Daftar hutang di toko-toko Indonesia juga tidak di dominasi oleh TKI pria saja,sebagian PRT juga ada yang membuka "rekening" hutang di warung Indonesia.Mereka mengambil barangnya menitip ke sopir-sopir rumahnya atau kalau yang majikannya baik mereka datang sendiri ke toko,jumlah belanja hutang umumnya dari PRT bukan hutang karena mengambil makanan atau barang tetapi kebanyakan mereka berhutang pulsa telepon.Malah da yang sampai menghabiskan atau berhutang 600 s.d 700 riyal perbulannya untuk pulsa,padahal gaji PRT di Saudi hanya 800 riyal.
Hal ini salahsatu penyebab banyaknya dari mereka yang tidak puas dan tidak bersemangat lagi bekerja di majikan asalnya,tak sedikit banyak yang memilih kabur untuk mendapat gaji yang lebih besar.Kalau sudah kabur ya menjadi masalah pemerintah.Yaitu akan menumpuknya TKI-TKI ilegal yang akhirnya merepotkan pemerintah kedua negara.
Semoga BNP2TKI juga membekali pengetahuan kepada para TKI migran sebelum berangkat dari Indonesia ke negara tujuan dengan pembekalan supaya bisa memanajemen diri sendiri terutama keuangan dan sadar diri bahwa ukuran kesuksesan seorang pekerja TKI dimanapun adalah mendapatkan hasil yang maksimal dengan tanpa ada hutang.
Mempunyai hutang adalah hak pribadi masing-masing,tetapi kalau sudah kabur di negeri orang karena terbelit hutang dan mengejar gaji yang besar,tentu saja akan melibatkan dan membebani pemerintah juga.Sebutlah masalah TKI overstay,TKI kaburan di bawah jembatan Khandara Jeddah,tempo hari atau saat ini pula,masih banyak TKI yang kaburan dan terdapat di kantung-kantung penampungan yang sebagian besar mereka tak punya uang dan banyak hutang.
Kalau bisa kontan kenapa harus berhutang.