Merubah kebiasaan memang sangat susah,apalagi di dorong oleh situasi dan kondisi yang mendesak dan seolah tak ada jalan lain lagi selain menghutang (meminjam barang dibayar kemudian).Apalagi jaman ini dimana hutang meskipun kita awalnya tidak berniat tetapi Kesempatan untuk mempunyai Hutang selalu saja ada malah di iklankan untuk hayo mari ber hutang ria,baik hutang yang langsung maupun hutang yang berkartu.
Termasuk salah satu kebiasaan menghutang ke warung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.dikalangan TKI Informal di Saudi Arabia.khususnya para sopir pribadi dan PRT.
Ada banyak terdapat toko-toko Indonesia di Kota Riyadh,toko Indonesia hampir ada di setiap penjuru kota Riyadh.Sebut saja nama-nama toko-toko Indonesia di Riyadh yang penulis tahu,Toko Kharisma,Toko Sukapura,Toko Kudus,Toko Banyuwangi,Toko Cengkareng,Toko Nusantara,Toko Indonesia I,Indonesia II,Toko Jawa,Toko Merdeka,Toko Asri. dan sejumlah nama toko lainnya.
Di Toko-toko tersebut tersedia bahan makanan pokok khas Indonesia atau makanan dan keperluan barang-barang asli dari Indonesia.Termasuk beras Pandanwangi dan bumbu masak sampai obat-obatan bebas produksi Indonesia.Malah banyak yang juga nyambi menjadi jasa pengiriman uang ke Tanah Air,walau secara sembunyi-sembunyi dari pemerintahan Kerajaan Saudi,karena dilarang untuk berdagang obat-obatan dan mentransfer uang dengan tidak ada surat ijin,kalau ketahuan bisa kena denda yang besar atau malah berurusan dengan polisi.Tetapi lagi-lagi bangsa kita sangat banyak akal dan tekniknya,sehingga mereka umumnya selamat dan berjalan lancar.
Di pastikan di setiap toko tersebut selalu ada sebuah buku khusus untuk untuk mencatat pelanggan tetap (lebih jelasnya daftar yang menghutang barang untuk dibayar bila gajian tiba).
Di sebuah toko "K' saja ada hampir 20 sampai 30 orang TKI yang jadi "anggota" hampir tetap sebagai penghutang ke toko tersebut.Diantara mereka ada yang benar membayar dengan lancar setiap dapat gaji mereka membayar lunas hutang terdahulu lalu membuka lagi 'rekening" hutang yang baru gali lobang tutup lobang,atau malah ada yang suka bohong,tidak membayar berbulan-bulan dengan dalih belum digaji oleh majikannya,malah yang lebih parah ada yang "kabur" yaitu sampai pulang balik lagi ke tanah air mereka tidak membayar.
Pihak pengusaha toko sudah tahu resiko-resiko sejenis itu,dan mereka sudah memperhitungkannya,karena (maaf) penyakit yang satu ini seolah sudah jadi tradisi di negeri kita,termasuk pemerintahnya juga sebagai jago menghutang-jago menggali lobang tutup lobang,banyak hutang.Dan tak bisa dipungkiri salahsatu sifat sebagian warga kita adalah suka 'kabur' kalau sudah punya hutang,baik jumlah kecil apalagi hutang jumlahnya besar.
Mempunyai hutang-hutang semacam inilah yang menjadi salahsatu sebab kegagalan TKI meraih "sukses" dari masa kontrak kerjanya di Saudi.Dan menjadi salahsatu sebab banyaknya yang kabur dari rumah majikan asalnya.
Karena  mereka kadang terlena dengan tanpa perhitungan main ambil saja barang-barang yang kebanyakannya bukan untuk kebutuhan pokok tersebut dan tanpa mengeluarkan uang kontan cukup dicatat saja oleh pihak toko tanpa jaminan apapun.Sebut saja seorang sopir pribadi yang gaji kotornya di Saudi saat ini 1200 riyal plus makan.Jikalau hanya buat belanja makanan pokok saja uang 200 riyal itu cukup.Tetapi mereka kadang memunyai hutang ke toko jumlah yang paling besar adalah untuk hutang rokok dan pulsa plus ngopi selagi ngobrol di toko.
Seperti kata TKI asal Cirebon ini,Rohiman (35 th) sopir pribadi di Distrik Al Hamra Riyadh, Rohiman sehari semalam menghabiskan rokok Gudang Garam surya hampir dua bungkus sebulan artinya 50 bungkus rokok,50 bungkus GG kali sebungkusnya 7 riyal = 350 riyal sebulan untuk rokok saja,belum pulsa dan jajanan yang lain,Rohiman mengeluarkan uang setiap bulannya rata-rata 500-600 riyal.jadi sisa gajinya hanya kurang lebih 600 riyal saja.600 riyal dengan kurs Rp.2300/riyal = Rp.1,380.000 saja.
Dengan uang sejumlah itu dikirim ke Indonesia kepada keluarga yang satu isteri anak dua satu SMP satu SMA,dua minggu sudah ludes.