Mohon tunggu...
Syarifuddin A
Syarifuddin A Mohon Tunggu... PNS -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mohon Maaf Arcandra, Kami Memang Bodoh

17 Agustus 2016   15:31 Diperbarui: 18 Agustus 2016   14:06 2308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Deng Xiaoping ketika mulai memodernisasi China mengatakan “tak masalah kucing berwarna putih atau hitam, yang penting dia bisa menangkap tikus”. Saat itu China masih menjadi kiblat Komunisme. Namun sebagai pemimpin yang visioner, dijalankannya roda ekonomi menggunakan gaya kapitalisme. Perdebatan tentang Tata Negara pada saat itu bisa diselesaikan karna Deng tahu, Negara dibangun untuk mensejahterakan Rakyatnya. Bila ada aturan yang tidak mensejahterakan Rakyat, maka yang harus dirubah adalah aturan. Beberapa puluh tahun kemudian, China telah menjadi raksasa sesungguhnya.

Sayang Jokowi tidak memanfaatkan kehadiran Archandra untuk menjadi seperti Deng, Momentum jarang datang dua kali. Mungkin karna posisi Deng sebagai pemimpin Partai Komunis China ketika itu dapat meredam kegaduhan di Negaranya. Sementara di Negara Kita, kegaduhan pengangkatan Archandra menjadi bola liar yang baru berkurang setelah pemecatan Archandra.

Memang tidaklah sama antara kasus di China ketika itu dengan pengangkatan Archandra yang warga negara Amerika sebagai Menteri ESDM. Di China yang berubah adalah Ideologi. Pada kasus Archandra sebenarnya tidaklah menggangu ideologi Negara. Tapi Tikusnya sama. Di China banyak “tikus” dan di Indonesia juga banyak. Dengan mengangkat Archandra, Jokowi telah berhasil menangkap “Tikus” itu. Dalam 20 hari masa tugasnya, Archandra telah menangkap “tikus” yang mengerogoti pembangunan blok Masela,( yang membuat rakyat menjadi miskin) dengan melakukan penghematan pembangunan blok Masela sebesar 5 milyar USD, setara dengan 65 Triliun rupiah. Belum lagi penghematan yang dilakukan di Blok Mahakam, dll.. 

Kita pada awalnya berharap pada Kementrian ESDM. Untuk menggali hasil bumi dan dipersembahkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan Rakyat. Archandra tau itu (kaerna dia orang cerdas dan kembali ke Negara tempat kelahirannya untuk mewujudkan itu). Makanya dia ”sowan” ke KPK karena dia tau betapa tidak efisiennya Kementerian yang dia Pimpin. Benar dia akan memperpanjang kontrak Freeport, tapi Presiden Mc Moran selaku pemegang saham mayoritas Freeport tau dengan siapa dia bernegosiasi sehingga Mc Moran rela bernegosiasi dengan bermartabat dan saling menguntungkan. Tidak seperti Negosiasi sebelumnya yang diwarnai dengan pemberian fee kepada tokoh-tokoh tertentu.

Duh Archandra, betapa ruginya kami dengan diberhentikannya engkau sebagai Menteri ESDM. Kami ini orang bodoh tapi suka merasa paling pintar dengan kepakaran d ibidang kami. Kami (pakar hukum Tata Negara) mempersoalkan Kewarganegaraanmu, padahal Deng berapa puluh tahun yang lalu telah memberi pelajaran bahwa Negara dibangun untuk mensejahterakan Rakyatnya. Kami telah menjadi rakyat yang tidak produktif karna telah  mengangkat rekor Menteri tersingkatmu ( Media) sehingga barangkali membuat kamu terluka. Mohon maaf Archandra. Anda telah menunjukkan kerja yang luar biasa dalam 20 hari masa tugasmu dengan membuat real cost energi tambang di Indonesia menjadi murah sehingga Negara diuntungkan. Tapi kami ( para broker yang telah dan akan menikmati keuntungan dari pertambangan dan hasil tambang selama ini) telah terancam dengan kedatanganmu. 

Oleh sebab itu, kami pasti menggusurmu mumpung Pakar hukum Tata Negara di Negara ini tidak melihat bahwa dunia sudah berubah dimana kini telah berlangsung “talent war” mengambil terminologi Steven Hankin. Dan mumpung mental sebagian rakyat masih suka bicara keras ( agar dianggap paling Nasionalis sehingga dilirik untuk duduk di Komisaris BUMN misalnya), maka kami bully engkau. Betapa bodohnya kami. Demi keuntungan pribadi dan kelompok, kami gusur engkau dari jabatan Menteri ESDM. Padahal berjuta-juta rakyat Indonesia telah dan akan mendapatkan keuntungan dari kehadiranmu yang 20 hari itu. Semoga semua itu menjadi ibadahmu. Kuatlah Archandra dan jangan pergi dari Indonesia lagi.

Rakyat membutuhkan keahlianmu dan tetap teguhlah dengan prinsipmu. Dan terima kasih kepada Jokowi yang telah mengangkat dan memberhentikan Archandra. Semoga apa yang telah dilakukan Archandra tetap diteruskan walaupun anda berhadapan dengan broker yang telah dirugikan, meskipun dulu dia menjadi penyokong utamamu. Karna dengan keputusanmu itu berarti engkau telah menjalankan  prinsip mengapa Negara ini ada. Salah satu masalah di Bangsa ini adalah masih banyaknya rakyat miskin. Dengan dibenahi sektor ESDM, tentu harapan kesejahteraan Rakyat yang kita idam-idamkan lebih cepat terwujud.

Wallahualambissawab.

Syarif.wien@gmail.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun