Mohon tunggu...
Wienndy Dy
Wienndy Dy Mohon Tunggu... -

Suka baca, kayak pp-nya.. Suka pantai, jadi terbawa santai.. Suka tidur, tapi jarang bermimpi.. Karenanya, aku tidak punya banyak impian :)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Muhidin, stripping menjual kedengkian

5 Februari 2014   16:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:08 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Saya nggak habis pikir, kenapa sinetron Tukang Bubur Naik Haji masih bertahan dan terus stripping hingga sudah sampai episode ribuan. Padahal si Tukang bubur naik hajinya sudah lama. Lalu Pak Haji Sulampun lama tidak muncul karena berjualan bubur di Mekah. Dan terakhir Haji Sulam sudah di-meninggal-kan karena sakit. Inna lillahi wainna ilaihi raji’un…

Dari dulu, Haji Muhidin lah yang selalu menjadi sentral dari sinetron yang penuh dengan konflik batinnya. Karena dia merasa ulil amri, haji dua kali, senang dipuja puji dan merasa dirinya selalu benar. Memiliki kekaguman berlebihan terhadap diri sendiri. Punya sifat iri dan dengki apalagi kalau ada yang lebih dari dirinya. Mempunyai karakter gila hormatdan selalu meninggalkan lawan saat merasa tersudut atas suatu argumen. Dan yang paling top, dia mudah untuk dihasut, sampai-sampai istrinya sendiri kabur karena sakit hati disangka mandul sama si haji abang suaminya.

Pak Haji Muhidin mendapat lawan yang sempurna yaitu Mak Enok. Dua orang dengan dua karakter yang hampir sama. Selain iri dan dengki, Mak Enok hobby bergunjing dan tidak ada kapok-kapoknya menyebarkan kabar bohong yang sering berubah menjadi fitnah, Ini kalau mereka jadi menikah, bakal seperti apa rumah tangganya ya?

Saya males nonton sinetron ini, dan gara-gara sinetron ini rumah jadi berisik karena yang menonton terus berkomentar dan sama nyinyirnya seperti Haji Muhidin atau Mak Enok. “Kenapa ya, si Rumi mau jadi istri Muhidin?...” “Ih amit-amit ya si Muhidin, ngerasa paling baek sedunia…” “Kok ada ya orang kayak si Enok?...” Duh, nonton sinetron kok jadi ikut-ngomel-ngomel? Tinggalin aja kan beres tuh…

Tapi ya, begitulah sinetron. Sudah tau tokohnya pendengki kok ya masih juga ditonton dan dikomentari? Sinetron berjudul Tukang Bubur Naik Haji, walau nyatanya hanya tinggal warung bubur dan keluarganya saja.

Saya berharap Pak Haji dua kali akan sadar akan sifat-sifatnya, lebih karena kalau sudah tobat kan berarti sinetronnya selesai. Tapi kalau belum akan di’selesai’kan dan akan terus mempertontonkan iri dan dengki, saya lebih memilih untuk melihat si Ocit yang menyanyi “Munaroooohhh.. bang Ocit datang, prepet prepet prepet…” di tivi sebelah saja lah..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun