Mohon tunggu...
Wienndy Dy
Wienndy Dy Mohon Tunggu... -

Suka baca, kayak pp-nya.. Suka pantai, jadi terbawa santai.. Suka tidur, tapi jarang bermimpi.. Karenanya, aku tidak punya banyak impian :)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Iklan Bekerja dari Rumah, Scam?

23 Oktober 2012   05:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:30 5875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin, berawal dari salah satu iklan di Kompas.com, I make Rp 2.459.000 Every day – work from home and make Rp 69.975.000 a month, terus terang membuat saya dan teman saya tergiur. Bayangkan, bekerja paruh waktu dari rumah dengan penghasilan sefantanstis itu. Belum apa-apa sudah terbayang apa yang akan kami lakukan jika mendapat uang sebanyak itu.

Click. Kamipun tiba pada sebuah artikel dalam Bahasa Inggris, berupa testimoni seorang perempuan di Jakarta. Tertulis juga “As seen on Bisnis Indonesia, Media Indonesia dan Suara Karya”. Diceritakan pula dalam blognya, dimana Melatie Suparmanputra (MS), perempuan itu, dahulu terkena imbas resesi sehingga harus berhenti bekerja. Dan selanjutnya setiap wawancara kerja, selalu berakhir buntu, tidak ada kesepakatan antara dua belah pihak. Hingga suatu hari, setelah nyaris putus asa mencari pekerjaan, dia melihat iklan di internet tentang kerja dari rumah, dan mulailah dia mengisi form. Kerjanya hanya memposting link, dan semua sudah diberitahukan caranya.Di artikel itu juga ditampilkan pula cek yang diterima MS senilai sekitar US$ 8.000 (kalau dikurskan menjadi sekitar Rp 76 juta), wow.. jumlah yang besar ya?

Cara kerjanya, cuma perlu 3 langkah. Langkah 1 : Mengisi form Home Income Package. Langkah 2 : Ikuti instruksinya dan mulai membuat account. Langkah 3 : Mulailah terima penghasilan Anda, bisa melalui cek atau transfer bank.

Mudah bukan? Hingga akhirnya teman saya mulai ke langkah 1. Mengisi data nama, alamat, alamat email dan telepon. Dan mulailah ke langkah 2. Disana yang tampak adalah pemberitahuan bahwa harga normal untuk package ini adalah sekian ratus US$, namun untuk masa sekarang adalah gratis. Tampak pula form data kartu kredit yang harus diisi. Saya kembali ke testimoni MS, di sana diceritakan bahwa memang tidak sepenuhnya free, tapi ada charge dibawah US$ 10. Lalu saya baca lagi, ternyata memang ada tulisan kecil yang menyatakan ada charge untuk pengecekan validitas atas data kartu kredit. Teman saya tidak keberatan, dan mulailah dia mengisi data-data kartu kreditnya. Yang membuat saya khawatir, adalah data CVV (3 digit terakhir kartu kredit) yang dimasukkan tidak di-encrypt. Angka yang dimasukkan tetap terpampang.

“Na, kok nggak di-encrypt sih? Aku dulu waktu pesen tiket online CVV-nya encrypt lho,” kata saya mengingatkan. Saya memang orangnya khawatiran, beda dengan Rina, teman saya itu.

“Ah, nggak apa-apa. Lagian limit kartuku juga kecil,” jawabnya.

“Lho, bukan soal kecil besarnya. Kamu mau, jadi korban kejahatan kartu kredit, barangnya nggak kamu terima, entah barang jenis apa tapi kamu yang bayar?” tanya saya lagi. Rina tidak menjawab. Dia terus ketak ketik, matanya tidak lepas dari layar komputer. Sayapun coba googling dengan kata kunci Melatie Supermanputra, mencari blog seperti yang dimaksud di artikel. Namun yang ada hanya kisah dia dalam macam-macam file temuan dengan kata kunci tersebut. Pikir saya, mungkin Melatie itu nama samaran, atau mungkin nama sebenarnya tapi blog-nya tidak memakai nama aslinya. Ya sudah.

Lalu saya lihat Rina tampak berpikir keras, lalu dia menunjukkan kertas yang baru di-print. “Aku udah sampai sini, tapi kok nggak ada link yang harus diposting? Ini kerjaan apaan ya?” tanyanya. Lalu kami berpindah tempat, saya membaca apa yang sedang terbuka di komputernya. Bahasa Inggris saya memang tidak bagus-bagus amat, tapi dari awal sampai akhir, saya tidak menemukan link apapun untuk diposting kemanapun. Yang saya tangkap ini adalah program online training.

Ternyata, setelah memasukkan data kartu kreditnya, muncullah website online training tersebut. Saya jadi penasaran. Dari meja saya lalu saya googling kembali. Dari kata kunci trafficmastersprogram, ternyata banyak ditemukan file scambook tentang program tersebut. Banyak di antaranya yang mengajukan complain tentang pengembalian uang, juga mengirim email kepada perusahaan tersebut namun terkirim balik. Dan uniknya, di link MS yang terhubung dengan Facebook bulan April 2010, ada komen beberapa orang menanyakan ‘kerja macam apa ini?’ namun tidak ada jawaban.

Hari ini saya coba buka lagi iklan bekerja dari rumah tersebut. Saya sempat save dalam bentuk word bahwa batas pendaftaran gratis adalah sampai tgl 23 Oktober. Nyatanya hari ini berubah menjadi 24 Oktober. Hhmm, sepertinya memakai modus limited time offer sehingga membuat orang yang ingin ikut program cepat-cepat melakukan pembayaran. Sama seperti iklan perumahan di tivi, biasa tayang hari Sabtu atau Minggu, ‘Segera hubungi marketing kami. Harga naik mulai besok (Senin).’ Tiap penayangan selalu begitu. Jadi bisa dikatakan sebulan harga naik sampai 4x bukan?

Well, ternyata setelah cek ke bank penerbit kartu kreditnya, Rina diinformasikan bahwa memang ada charge sebesar US$1 dari Miami, USA. Jumlah yang untung tidak besar, dan tidak seperti claim beberapa orang di scambook yang sampai US$ 99 (setara dengan sekitar Rp 950ribu). Lumayan itu untuk transport kan? Saya menyarankan agar kartu kreditnya diblokir saja, karena 3 digit rahasia itu mungkin sudah di tangan orang yang tidak berhak. Lagipula, jika memang ada pemakaian yang dilakukan orang jahat, bagaimanapun kita harus tetap membayarnya, karena proses pengaduan dan segalanya memakan waktu lama.

Mungkin kami salah mengerti atau tidak mengerti tentang program yang bekerja dari rumah yang Rina daftar. Mungkin ada beberapa orang yang memang berhasil dengan cara seperti itu. Namun seharusnya memang harus lebih berhati-hati, terlepas apakah program itu benar atau cuma sekedar scam, karena nyatanya banyak iklan yang seperti itu, bahkan dari sejak awal sudah harus membeli toolkit-nya dan otomatis sudah harus membayar, dan pembayarannya biasanya dengan kartu kredit atau paypal.

Saya teringat dengan orang-orang yang berinvestasi untuk hasil yang besar dan cepat namun tidak banyak yang nyatanya tertipu. Semuanya karena tergiur hasil yang fantastis tanpa harus bekerja keras. Bagaimanapun, selama orang itu bukan jutawan sejak lahir, maka untuk meraih sesuatu memang harus melalui kerja keras dan usaha.

Di dunia yang semakin tak terbatas ini, berhati-hatilah. Terlambat sehari dalam memutuskan sesuatu akan lebih baik daripada cepat namun kerugian yang didapat. Saya berharap tidak ada pembayaran atas barang siluman di lembar tagihan kartu kredit Rina bulan depan.



 

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun