Mohon tunggu...
Wienndy Dy
Wienndy Dy Mohon Tunggu... -

Suka baca, kayak pp-nya.. Suka pantai, jadi terbawa santai.. Suka tidur, tapi jarang bermimpi.. Karenanya, aku tidak punya banyak impian :)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tintin Vs Komik Wayang, Keduanya Mengasyikkan

29 Oktober 2012   04:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:16 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13514849691176566519

Di lemari buku saya, masih tersimpan beberapa novel yang jadi koleksi saya dan dulu sangat saya gandrungi. Novel-novel karya Mira W, booming sekali di era tahun 90-an. Walau kisahnya senada seirama yang bercerita tentang mahasiwa kedokteran yang MBA atau patah hati akut karena ditinggal pacar, tapi di era itu cerita seperti itu bisa diterima banyak orang. Buktinya adalah dengan berulang kali cetak ulang. Sekarangpun karya Mira W masih bisa ditemukan di toko buku, namun saya belum membaca lagi, apakah alur ceritanya masih senada atau sudah ada perubahan.

Selain novel, cerita komikpun menjadi bagian dari koleksi buku saya. Ayah saya yang mengenalkan saya pada novel wayang karangan R.A. Kosasih (alm). Tidak bosan-bosannya saya baca untuk mengisi waktu luang saya. Maklumlah saat itu belum banyak hiburan seperti saat sekarang. Saya sampai hafal cerita Mahabharata, Bharatayudha dan Ramayana.

Tentang Ramayana, atau Rama dan Sinta, mungkin orang langsung menghubungkannya dengan kisah cinta romantis sebagaimana Rama dan Sinta. Padahal kalau disimak, kisah cinta Rama dan Sinta berliku setelah perkawinan. Dan peperangan antara Rama dan Rahwana sebenarnya dikarenakan ‘memperebutkan’ Sinta. Rama yang menginginkan agar Rahwana mengembalikan istrinya dan ditolak mentah-mentah oleh Rahwana, hingga akhirnya Rama terpaksa berperang melawan angkara murka Rahwana. Tak terkira banyaknya korban yang jatuh. Dari pihak Rama, yaitu pasukan monyet pimpinan Sugriwa dan nyaris pula adiknya, Laksmana yang dikalahkan oleh Sarpakanaka, adik Rahwana. Di pihak Rahwana sendiri, selain pasukannya, juga anak-anak dari istri-istrinya, bahkan hingga adik-adiknyapun gugur demi mempertahankan Alengka yang diserbu musuh. Istilah mempertahankan Alengka itu keluar dari mulut adik Rahwana, Kumbakarna, yang terpaksa maju ke medan perang namun bukan untuk membela kelakuan kakaknya yang serakah itu. Jika akhirnya Rama dan Sinta kembali bersatu, memang karena sudah berjodoh dan dikehendaki oleh para dewata. Saya ada sedikit keingintahuan, jika saat Sinta memakai cincin penguji kesetiaan yang diberikan Rama, jika ternyata sudah longgar, masih maukah Rama memperjuangkan dan menerima Sinta kembali? Dalam cerita, cincin itu masih pas di jari Sinta, menandakan hati dan raga yang tak ternoda walau berada cukup lama dalam cengkraman Rahwana. Andai saja, cincin seperti itu ada di jaman sekarang, oalahhh...mungkin banyak pasangan yang ribut karena ternyata diam-diam selingkuh.. J

Selain komik wayang, komik Tintin juga menjadi koleksi kesayangan saya sampai sekarang. Kecuali Tintin di Sovyet, semua judul komik karya Herge ini saya punya, termasuk Tintin di Kongo. Sayangnya buku itu tidak saya mengerti, karena ditulis dalam bahasa Perancis ‘Tintin au Congo’. Buku dengan hard cover lux ukuran ½ folio ini dikirim teman dunia maya yang tidak pernah bertemu sekalipun. Betapa beruntungnya saya, punya teman yang baik, malah memberi hadiah buku heeheee... Buku ini sempat dilarang beredar karena isu rasisme di dalamnya, dimana bangsa Eropa sangat diunggulkan sedangkan warga Afrika digambarkan sebagai orang terbelakang dan kekanak-kanakan, juga dikarenakan Tintin tidak terlalu ramah lingkungan dan suka membunuh atau menyiksa hewan-hewan. Benarkah seperti itu? Hhmm, sepertinya tidak. Di semua judul komik, Tintin hanya memukul Snowy kalau dia gali-gali cari tulang atau karena mabuk wiski. Kalau sudah mabuk, Snowy cocok sekali berpartner dengan Kapten Haddock heheee... Selebihnya Tintin sayang sekali dengan anjing kesayangannya itu.

Komik Tintin, tidak hanya sekedar komik. Tapi di dalamnya ada juga tentang pengetahuan. Dalam ‘Penerbangan ke Bulan’, Prof. Calculus menjelaskan tentang partikel atom yang njlimet itu. Lalu di ‘Bintang Jatuh’, Decimus Phostle menjelaskan tentang zat baru yang terkandung dalam meteor yang jatuh ke dalam lautan. Dan yang lebih menyenangkan, nama Jakarta ada di cerita ‘Penerbangan 714’, walau hanya sekedar transit sebelum menuju ke Sydney.

[caption id="attachment_220555" align="aligncenter" width="240" caption="Penerbangan 714 (Sumber : kemayoran.penerbangan714.web.id)"][/caption]

Koleksi-koleksi itu akan selalu saya simpan, walau mungkin untuk novelnya tidak akan sering dibaca seperti dulu. Untuk yang komik, sepertinya selalu menemani saya sebelum tidur, walau hanya membaca 1 atau 2 lembar saja.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun