Mohon tunggu...
Wienndy Dy
Wienndy Dy Mohon Tunggu... -

Suka baca, kayak pp-nya.. Suka pantai, jadi terbawa santai.. Suka tidur, tapi jarang bermimpi.. Karenanya, aku tidak punya banyak impian :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Permen Lagi??

10 Oktober 2012   05:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:00 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasanya sudah lama tidak ada berita atau keluhan tentang pengembalian uang diganti dengan permen. Tapi kemarin sore, saya dikasih 2 buah permen duren sebagai kembalian belanjaan di minimarket Alfamart. Saya lihat struk, ternyata permen itu dihargai Rp 100,-/buah. Padahal seingat saya di warung harganya 200/3 buah.

Saya kembalikan permen itu. “Kenapa masih pakai permen? Memang nggak nyiapin uang receh?” Petugasnya diam, lebih memilih melayani pembeli di belakang saya sementara saya belum beranjak dari depan meja kasir. “Mbak, besok-besok kalau uang saya kurang 100 atau 200 saya bayar pake permen, boleh dong?” Si Mbak Kasir menggeleng. “Maaf, nggak bisa Bu.”

Ya sudah. Kalau ada yang bilang saya kok bikin ribet diri sendiri dengan protes seperti ini, memang ada kalanya kita harus mau ribet. Kalau kata pengamen-pengamen di metro mini bahwa uang 100 perak, 200 perak tidak akan membuat kita miskin dan tidak juga membuat mereka menjadi kaya, memang. Tapi dengan cara sepihak seperti itu tentunya bukan cara yang baik juga. Saya lupa apakah di Alfamart juga atau di Indomart, mereka sering membulatkan ke bawah jika nominalnya kecil. Contoh Rp 5.035,- yang dibayarkan cukup Rp 5.000 saja, Rp 5.540,- jika kasih uang Rp 10.000,- dikembalikan Rp 4.500,- Atau jumlah kembalian yang dibulatkan ke atas dan dikumpulkan dalam bentuk donasi, seperti di Hero. Kalau yang seperti ini pastinya semua juga rela. Atau cara seperti di pasar tradisional, biasanya yang jadi barang pengganti kembalian adalah vetsin atau bumbu penyedap sachet. Jadi di dekat kasir siapkan saja rencengan Masako, Royco, apa lagi tuh bumbu-bumbu penyedap rasa. Atau tulis bahwa kembalian receh pakai permen, jadi yang masuk minimarket itu tahu dan tidak akan protes. Kayaknya nggak mungkin begini ya?

Belum lagi kalau dirunut lebih jauh, nama boleh sama, minimarket yang menjamur ini bisa ditemui di tiap beberapa meter di pinggir jalan, tapi hebatnya harga bisa beda untuk produk yang sama, dan bedanya bisa sampai 200 perak atau malah lebih.

Ternyata... untuk pelayanan seharga receh inipun, konsumen belum sepenuhnya menjadi raja...

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun