“Aku mencintaimu, sangat mencintaimu tapi mengapa kau meninggalkanku?”
“Bertahun-tahun aku mencoba setia walau kau tak menganggapku ada. Tak kusangka kau tega mengkhianatiku. Hatiku sakit.”
Perempuan itu berkata lirih. Pipinya basah oleh air mata yang mengalir. Matanya merah. Dari balik pohon dia melihat sepasang sejoli saling mengenggam tangan duduk di atas kursi taman.
Sepasang sejoli itu tak peduli sekitarnya, seakan dunia milik mereka berdua. Mereka saling tersenyum, berbisik lalu tertawa bersamaan.
Sementara perempuan yang menangis itu kian terisak dalam tangisnya. Tapi dia menutup mulutnya dengan tangan, tak ingin sepasang sejoli itu mendengar isak tangisnya.
Lelaki yang dicintai dengan sepenuh hati selama bertahun-tahun tega mengkhianatinya. Dan kini di depan matanya sedang bermesraan.
Dia hanya bisa melihat kemesraan itu dari balik pohon dengan tangisan di pipi. Tangannya masih menutup mulutnya agar isak tangis itu tak terdengar.
Ingin rasanya menampar lelaki dan perempuan selingkuhannya itu. Tapi dia tak boleh melakukannya. Dia hanya boleh menangis dan menangis di balik pohon. Dia adalah perempuan yang disakiti. Dia tidak boleh berimprovisasi.
"Cut!" suara sutradara mengakhiri akting menangis perempuan itu.