Kau tak menyentuh makananmu.
Aku tertawa sinis.
Lidahku lincah menari melahap habis si kimchi, makanan korea yang lebih menggoda dibandingkan transaksimu.
Transaksi mengerikan yang tak kuharapkan.
Kau menatapku seakan ingin mengulitiku. Â
Mataku melihatmu, indra penciumanku mengendus aroma kelicikanmu.
Apa maumu?
Hidup sudah susah jangan buat makin susah, mari kita mengayuh kapal masing-masing.
Aku tak akan menghardikmu dan aku tak akan bisa menghentikan segala sepak terjangmu.
Mengapa kau membuatku serba salah? Kau mencekikku.
Sudahlah!
Biarkan aku dengan hidupku.
Anggap saja aku patung pancoran.
Tenang saja, telingaku sudah kubungkus rapat dengan bisikan-bisikan kedamaian.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!