Hari ini kepulangan suamiku dari luar kota. Telah dua bulan dia pergi ke Jakarta. Pekerjaan suamiku sebagai kontraktor membuatnya sering bepergian ke luar kota.
Aku melihat raut wajah suamiku yang letih dan kulitnya yang sedikit lebih gelap. Dia sedang duduk di atas kasur memandangku dengan senyuman.
“Kelihatannya Papa capek banget. Papa mandi saja dulu kemudian istirahat,” kataku.
“Iya, Ma. Papa capek banget tiap hari harus ke lapangan, meninjau proyek,” suamiku menjawab sembari berjalan ke kamar mandi.
Aku membuka koper suamiku, memeriksa isi kopernya. Walaupun ini bukan yang pertama kali suamiku ke luar kota, tapi tetap saja aku harus memeriksa isi kopernya, siapa tahu ada sesuatu yang mencurigakan.
Bukan aku tidak percaya suamiku tapi aku melakukan tindakan pencegahan demi keutuhan rumah tangga kami. Usia pernikahan kami yang sudah 15 tahun ini, katanya usia rawan. Makanya aku selalu berusaha yang terbaik agar pernikahanku bisa awet terus walaupun sering ditinggalkan suami ke luar kota.
Aku mulai memeriksa kopernya dengan teliti. Siapa tahu ada bekas lipstik atau wangi parfum perempuan yang melekat di kemeja suamiku. Sebagai seorang istri, aku harus selalu waspada.
Setelah selesai memeriksa, aku bernapas lega. Ternyata tak ada yang mencurigakan di dalam koper suamiku. Suamiku tetap suami yang setia. Betapa bahagianya aku.
***
“Jeng Retno, kami ini iri loh dengan pernikahan jeng dan Pak Hadi. Awet mesra meskipun sudah 15 tahun,” Ibu Menur bertanya dengan tangan kanannya yang lagi memegang cangkir teh.