Mohon tunggu...
dewi nurmaida susana
dewi nurmaida susana Mohon Tunggu... -

lembayung jingga di ujung senja dan rintik hujan yang menciptakan aroma harum tanah basah yang mendamaikan jiwa....dua hal yang kusuka^^

Selanjutnya

Tutup

Puisi

FF-Kupinang Kau Jadi Sahabatku

11 Juni 2011   08:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:37 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Maukah kau jadi sahabatku?”
Kuutarakan maksud itu melalui inbox facebooknya.
Satu menit. Dua menit. Pesanku tak kunjung jua dibalas. Aku masih menunggu. Berharap balasan darinya. Tapi ternyata sia-sia. Tak ada respon sama sekali.
“Sungguh, aku tak bisa melupakan tatapan mata bulatmu yang indah itu. Semakin kumelupakannya, maka rasa bersalah ini semakin menyiksa. Sekali lagi, maukah kau jadi sahabatku?”
Kembali kucoba mengirim pesan dengan harapan yang sama. Mendapat balasan.
Setelah lima menit menunggu, kubuka home facebook milikku. Hey, ada satu inbox masuk!! Tanpa menunggu lama langsung kubuka pesan itu. Balasan dari Agista!!

“Maaf aku baru sempat membalasnya. Tak usah merasa bersalah, karena kamu memang tidak bersalah. Aku yang seharusnya minta maaf telah meremovemu dari facebookku. Entah jawaban apa yang harus aku katakan. Aku merasa tak pantas jadi sahabatmu. Begitu tersanjungnya aku dengan permintaanmu itu. Tapi aku percaya kamu tulus. Dan akhirnya kuputuskan menerimamu sebagai sahabatku.”

Betapa bahagianya aku membaca isi pesan itu. Lebih bahagia dibandingkan saat Linggar meminang cintaku. Kubalas pesan itu dengan icon smile. Dan tak lama akupun menerima balasan yang sama.
Cepat-cepat kutelepon Lira. Sahabat yang tahu persis cerita ini.
“Dia mau jadi sahabatku, Ra,” dengan antusias kuberitahu kabar gembira ini.
“Gila kamu, Gea. Nekad sekali. Apa kamu tidak takut kalau ini semua bisa jadi jalan buat Agista dan Linggar kembali dekat?”.
“Tidak. Karena Agista yang aku kenal sekarang adalah sahabatku, bukan mantan dari kekasihku. Aku percaya Agista juga tulus menerimaku,” jawabku sambil tersenyum.

Aku tak peduli dengan sangkaan mereka yang berpikir bahwa aku ingin memamerkan kemesraanku dengan Linggar pada Agista. Aku tak hiraukan ucapan Linggar yang khawatir sikapku ini akan menyakiti aku dan Agista. Bahkan aku tak peduli jika memang semuanya akan menyakiti diriku sendiri. Yang aku tahu, aku hanya ingin bersahabat dengannya. Persahabatan yang tulus dan murni. TITIK.
#Terimakasih Agista, mengenalmu rasanya seperti melihat diriku sendiri. Tak mudah memang, menjalin persahabatan dengan orang yang menggeser posisi kita di hati orang yang kita cintai. Tapi ternyata kita bisa. Berhasil
meruntuhkan benteng bernama keegoisan. Bahagia rasanya bisa selalu berbagi denganmu, Gis.^^
_GEA_

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun