Mohon tunggu...
Dwi Astini
Dwi Astini Mohon Tunggu... -

Menulis adalah hobi bukan bakat...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Inilah Rahasia Juragan!

12 Desember 2010   01:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:49 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berita Rangkat TV (10/12/2010) menyebabkan rasa penasaran warga Kompasiana dan warga Rangkat.Rizal, reporter Rangkat TV menyebutnya dengan pertemuan rahasia. Sampai berita ini diturunkan, rahasia tersebut belum juga diketahui warga. Untuk menghidari kesalahpahaman, melalui breaking news ini saya ingin membocorkan rahasia tersebut.

Ternyata juragan jahat, Rawa, mengajak repoTter rangkat, Dwi Astini dan Rizal Falih, serta seorang petugas arsip, Pak Hikmat, menemani perjalanan ke Bandung untuk misi rahasianya dengan menggunakan kereta api. Mereka pun akhirnya menyetujui ajakan sang juragan jahat karena penasaran. Dan akhirnya mereka berjanji untuk bertemu di Stasiun Gambir.

Putri narsis sempat curiga, mengapa Rizal Falih memaksa untuk mengikuti pertemuan ini. Jangan-jangan juragan akan menculiknya. Namun sebagai pasangan repoTter, Rizal Falih malah tidak bisa ikut karena ada reportase yang harus ia liput. Sebagai gantinya petugas arsiplah yang akan menemani putri narsis dalam perjalanan tersebut.

Sesuai dengan waktu yang dijanjikan, mereka bertemu di station gambir dari tempat masing-masing. Perjalanan yang cukup jauh nampaknya membuat putri narsis kesal. Karena beberapa kali ia dipermainkan oleh dunia busway.

Tapi kekesalannya sirna saat melihat senyuman sang petugas arsip yang manis dan indah serta dapat mencairkan suasana. Orang yang sedih dan patah hati pun akan tersenyum dan menjadi bahagia ketika melihat senyumannyaa.

Tak lama kemudian, si putri narsis dengan tentengan tasnya yang besar dan berpakaian baju ”baTman” memasuki pintu selatan. Ia melihat sosok seorang pria serba hitam, layaknya ”man in black”, dengan handphone di kiri kanan tangannya. ”Sibuk sekali nhe orang”, ucap narsis dalam hati. Ternyata pria tersebut adalah petugas arsip, Pak Hikmat.

Mulailah ia mendekat, merapat, dan menyapa, sambil ngobrol-ngobrol dan menunggu kedatangan juragan, sang master telat. Namun kita semua memaklumi sang juragan yang selalu telat, baik pertemuan di SenCi ataupun di stasiun, yang mungkin dikarenakan banyak sekali korban yang sedang ia incar sampai-sampai ia lupa melihat waktu.

Sambil menunggu kedatangan sang master telat, putri narsis dan petugas arsip membeli tiket KA Argo Parahyangan. Mengecek jadwal yang tersedia, akhirnya mereka memutuskan untuk membeli tiket jam 19.00 WIB. Setelah membeli tiket, narsis dan petugas arsip, mereka mencari tempat duduk yang nyaman untuk ngobrol-ngobrol sambil menunggu kedatangan juragan. Tiba-tiba handphone si narsis berdering, dan ternyata ada telepon dari sang master telat.

”Narsis, di mana kalian?”, kata agan dengan santainya, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 18.45 WIB.

”Udah menunggu juragan sejak 5 jam yang lalu nhe? Agan di mana?” jawab narsis dengan kesal.

”Wah gimana yah? Masih kejebak macet lho”, balas agan.

”Kalau begitu hanguslah sudah tiketmu gan, hahaha”, narsis menjawab dengan lugunya.

”Yah sudahlah, semoga saja terkejar. Tunggu yah dengan sabar!”, kata agan dengan buru-buru.

Setelah menutup telepon, narsis melanjutkan pembicaraannya dengan petugas arsip. Mereka berdua terlihat sangat kesal menunggu kedatangan sang master telat. Detik demi detik berlalu, nampak dari kejauhan agan menenteng tas berwarna PINK (silaunya).

Dengan santai ia menjelaskan keterlambatannya, namun ya sudahlah karena kereta api yang dijadwalkan masih terkejar. Secepat kilat, mereka berlari menuju peron.

Sesampai di gerbong, tidak terlihat penumpang lain. Sementara digerbong sebelahnya penumpang terlihat penuh sesak. Ternyata gerbong tersebut sudah dibooking oleh Juragan yang disiapkan untuk warga rangkat yang akan menghadiri pertemuan, tapi hingga saat kereta akan berangkat tak terlihat warga rangkat yang lainnya selain mereka berempat.

Ternyata putri narsis dan petugas arisp dikerjain oleh sang master telat, dengan menyuruh mereka membeli tiket dengan antrian yang panjang dan waktu yang lama. Sekian reportase dari Rangkat TV, mohon maaf karena terlalu dilebih-lebihkan, selanjutnya biarkan foto yang berbicara.

12921133921927871270
12921133921927871270

12921136831693316466
12921136831693316466

129211421262593786
129211421262593786

1292114718335873212
1292114718335873212

1292114783223819515
1292114783223819515

Reportase sebelumnya,

Pertemuan Rahasia Dengan Juragan di Senayan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun