Mohon tunggu...
Dwi Astini
Dwi Astini Mohon Tunggu... -

Menulis adalah hobi bukan bakat...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bencana di Indonesia, Anugrah di Thailand

17 November 2010   18:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:32 2338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_73426" align="aligncenter" width="345" caption="Sumber kaskus: Itu Waria bukan Wanita!"][/caption]

"Aduuh! Dia lagi dia lagi! Nasib......., harus ketemu sama orang ini!". Itulah kata-kata yang tak pantas diucapkan oleh seseorang di saat mereka bertemu dengan orang lain. Tapi, saya yakin semua orang pasti mengatakan hal yang sama, termasuk saya sendiri, jika bertemu dengan orang yang "tidak jelas gendernya", ibarat cowok menjadi cewe, alias "banci/waria(wanita-pria)". Memang benar, banyak sekali faktor yang mempengaruhi seorang laki-laki menjadi waria, seperti faktor hormon, faktor keluarga/lingkungan, dsb. Namun, kita tetap harus menghormati mereka selayaknya kita menghormati orang lain. Karena bagaimanapun, mereka adalah makhluk ciptaan Yang Kuasa.

Tapi, untuk sekarang ini khususnya di Indonesia, sangat susah bagi kita untuk menghormati para waria. Karena banyak orang yang memanfaatkan sisi banci untuk mencari nafkah, padahal mereka adalah laki-laki normal. Adapun yang mereka lakukan adalah menari sexy dan nyanyi dari warung ke warung (seperti pengamen), namun apabila mereka tidak mendapatkan uang, mereka akan mulai menggoda para laki-laki, seperti merangkul, mencolek-colek, bahkan memeluk mereka. Sangat tidak beretika! Lucunya, saya tidak bisa membedakan apakah mereka laki-laki atau perempuan yang ikut-ikutan bergaya seperti waria yang sangar demi materi. Sebenarnya tidak ada yang melarang mereka menari dan bernyanyi untuk mencari nafkah, tapi yang tidak bisa diterima oleh banyak orang adalah bagaimana mereka memaksa seseorang untuk memberikan uang. Hal ini membuat orang-orang semakin tidak respect terhadap para banci. Dan bahkan, jika ada yang berpapasan dengan waria di jalan, mereka memilih untuk lari jauh-jauh sebelum ditodong oleh para banci. Setiap kali saya kumpul bersama teman-teman di salah satu rumah makan, dan tak lama kemudian ada beberapa waria yang masuk untuk meng-entertaint kita, hampir semuateman laki-laki saya tidak bersuara, dan memilih menunduk untuk mengalihkan perhatian para waria. Karena apabila teman-teman saya menatap para waria, maka mereka akan dijadikan sasaran colek-colekan. Waria di Indonesia ibarat malapetaka yang kurang mendapatkan apresiasi dari banyak orang. Berbeda halnya dengan di luar negeri, khususnya Thailand, waria menjadi primadona indsutri hiburan dan sangat diagungkan. Wanita cantik yang lalu lalang, tanpa kita sadari sebenarnya mereka adalan waria. Namun, mereka sangat sopan dan serta menjaga etika layaknya orang-orang biasa. [caption id="attachment_73425" align="aligncenter" width="609" caption="Sumber kaskus: Waria Bersekolah!"]

1290016941487355786
1290016941487355786
[/caption] Berbeda dengan waria yang meng-entertaint dari warung ke warung, di Thailand para banci dicap sebagai entertainer sejati yang selalu berada di panggung megah, dan setiap penampilan mereka selalu ditunggu oleh banyak orang. Waria Thailand tak hanya bermodal cantik, mereka juga kreatif unjuk kebolehan seperti menyanyi, menari, catwalk dan drama mini kata serta berbagai gaya mirip sang bintang dunia. Bahkan, pemerintah di Thailand pun memberikan dukungan atas kreativitas waria tersebut dengan dijadikan sebagai salah satu objek wisata. Setiap malam di Thailand, khusunya Pattaya, terdapat pertunjukkan kabaret di sebuah gedung pertunjukan bernama Alcazar. Gedung tersebut dikelola oleh 440 karyawan, dan berkapasitas 1500 penonton. Jika pada pertunjukkan 1500 kursi terisi penuh , maka sekali pertunjukkan akan bisa menghasilkan pendapatan 750 ribu bath atau Rp187 juta lebih. Jika diasumsikan tiga kali pertunjukkan penuh pengunjung, maka akan terkumpul dana Rp2.250.000 bath atau Rp562.500.000. [caption id="attachment_73432" align="aligncenter" width="237" caption="Sumber kaskus: Itu Waria bukan Wanita!"]
1290020119496556635
1290020119496556635
[/caption] Berkat kecanggihan operasi transeksual, para waria itu bisa memiliki kulit mulus, jari lentik dan wajah ayu. Bahkan mereka punya payudara montok, meskipun hanya dari silikon. Soal keindahan fisik, mungkin sangat relatif ukurannya. Tetapi jika ingin sekadar tahu, Anda sebaiknya jangan terburu-buru pulang seusai pertunjukan kabaret. Selepas pertunjukan, para pemain akan bersilaturahmi di luar gedung. Tentu saja masih lengkap dengan kostum supersexy. "Ayo sini, Tuan Nyonya! Satu foto hanya 40 bath per orang," bujuk seorang banci dengan berbikini warna kuning putih. Lebih hebatnya,  ada sebuah universitas (khusus wanita - Girls' University) di Bangkok, yang menerima siswa transgender layaknya seperti siswi yang biasa. Tentunya para waria harus berpakaian seragam seperti siswi lainnya di sini. Namun, mereka berperilaku feminin dan tidak harus menyembunyikan sifat mereka yang sebenarnya. Berbeda sekali dengan waria di Indonesia.

Just for laugh! [caption id="attachment_73427" align="aligncenter" width="278" caption="Sumber: Paman Google"]

12900170671007373028
12900170671007373028
[/caption] They look like a freak in Indonesia, but for sure they look like a princess in Thailand! A disaster for Indonesia, but a blessing for Thailand!

Sumber : dari kaskus, university

oleh : Dwi Astini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun