Masih segar dalam ingatan kita betapa terkenalnya Norman Kamaru akhir-akhir ini. Hanya bermodal lip sync, jadilah polisi berpangkat Briptu asal Gorontalo ini artis dadakan. Ibarat Cinderella, hanya dalam satu malam, Norman mampu meraih segalanya.
Ketenaran, fasilitas wah ala artis Hollywood, dan pastinya keuntungan finansial hadir silih berganti. Beribu tawaran manggung maupun acara jumpa fans mengharap kehadirannya. Semua orang dari setiap lapisan masyarakat bagai tersihir olehnya.
Semula Norman sempat terancam sanksi karena dianggap mempermalukan 'nama baik' Polri dengan polah tingkahnya yang dirasa kurang pantas sebagai seorang petugas kepolisian. Namun entah melihat besarnya arus dukungan dari masyarakat atau sebab lain, Norman malah mendapat dispensasi dan akhirnya menjadi selebriti.
Tidak hanya di lingkup Gorontalo, daerah tempatnya bertugas. Bahkan Norman sampai 'dihadirkan' ke ibu kota. Di Jakarta, Norman sempat diminta unjuk penampilan di hadapan petinggi Mabes Polri. Menu wajibnya, jelas lagu India berjudul "Chiyya-Chayyia" yang menjadikannya terkenal.
Selain tentunya juga untuk memenuhi panggilan dari media massa terutama televisi dengan mengisi satu dua slot acara. Jurnalis infotainment pun disibukkan dengan perburuan berita tentang Norman. Ibarat kata, tayangan secuil saja tentang Norman Kamaru bisa mengerek rating acara. Ya, di dunia pertelevisian kita, rating memang masih menjadi istilah sakral yang menjadi target kinerja. Soal kualitas acara tidaklah penting asal rating bagus. Iklan pun lancar mengalir.
Sebelum Norman muncul ke permukaan, jagat hiburan Indonesia juga digegerkan dengan kemunculan Sinta dan Jojo. Duet asal Cimahi, Bandung ini juga menampilkan lip sync alias bernyanyi tanpa suara dengan latar belakang suara dan musik dari penyanyi aslinya. Lagu "Keong Racun" mendadak tenar karenanya. Bahkan ketenaran Sinta n Jojo mengalahkan Lissa, penyanyi yang sebenarnya dari lagu tersebut.
Deretan artis instan ini masih ditambah dengan kehadiran Sualudin asal asal Lombok, Nusa Tenggara Barat. Sama seperti Norman dan duet Sinta & Jojo, Udin juga memanfaatkan media Youtube untuk meraih kepopuleran. Bedanya Udin tidak tampil dalam format lip sync, tapi justru menyanyikan sendiri lagunya. Entah lagu karangan sendiri atau hasil karya rekan-rekannya.
Dengan polah tingkahnya yang lucu dan cenderung gemulai untuk seorang lelaki, lagu "Udin Sedunia" nya membuat Udin bisa menginjak tanah Jakarta dan tampil di televisi nasional. Sesuatu yang mungkin tidak pernah dimimpikan pemuda dari daerah sepertinya.
Pertanyaan selanjutnya, masih adakah Norman dan Udin yang lain berikutnya? Mengingat masyarakat Indonesia yang masih mementingkan penampilan ketimbang kualitas dan prestasi individu, hampir bisa dipastikan di waktu yang mendatang akan banyak bermunculan artis instan serupa mereka.
Siapa yang tidak tertarik? Hanya dengan bermodal tampang dan joget sedikit disana sini, voila! Kesuksesan di depan mata. Materi melimpah, nama tenar dan terkenal, masuk media massa nasional pula. Siapa tahu kelak bisa main film, atau paling tidak, menjadi model iklan seperti Sinta dan Jojo yang membintangi iklan sebuah produk makanan.
Akan tetapi, ibarat roda nasib yang terus berputar, tidak selamanya kita berada di atas. Saat ini bisa dibilang pamor Sinta n Jojo sudah meredup. Begitu juga dengan Sualudin, dan mungkin sebentar lagi nasib serupa menimpa Norman Kamaru. Padahal video Sinta n Jojo sempat menembus 6,7 juta kunjungan, Norman Kamaru 1,7 juta, sedangkan Udin Sedunia di level 700 ribu.