Mohon tunggu...
Roselyn Loviana
Roselyn Loviana Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Siswa yang Gemar Beropini

ROselynL adalah nama penaku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kemajemukan Masyarakat Indonesia

8 Desember 2016   10:10 Diperbarui: 8 Desember 2016   10:21 5957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kemajemukan masyarakat merupakan gambaran pada kenyataan yang ada di Indonesia akan keanekaragaman ras dan etnis yang membuatnya sulit bersatu dalam satu kesatuan. Faktor terbentuknya hal ini yakni adanya kondisi wilayah NKRI yang terdiri kurang lebih 17.058 buah pulau besar dan kecil berkembang melahirkan keragaman budaya. 

Selain itu, letak wilayah Indonesia yang strategis pada posisi silang sehingga memungkinkan terjadi kontak dengan bangsa-bangsa lain. Akibatnya pertemuan dengan pendatang menyebabkan tercipta proses asimilasi melalui perkawinan campuran sehingga terbentuk ras dan etnis. Perbedaan iklim juga merupakan faktor terjadinya kemajemukan masyarakat Indonesia.

Menurut Vandenberg, ciri-ciri masyarakat majemuk yaitu segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang memiliki sub kebudayaan yang berbeda, kurang mengembangkannya konsensus terhadap nilai-nilai dasar, sering terjadi konflik antar kelompok satu dengan yang lainnya, integrasi sosial atas paksaan yang terjadi karena fungai pelaksanaan, juga dominasi suatu kelompok atas kelompok lainnya. Ciri-ciri kemajemukan ini dapat mempengaruhi masyarakat Indonesia.

Pengaruh kemajemukan masyarakat Indonesia terbagi atas positif dan negatif. Hal ini berdasarkan suku, bangsa, ras, dan juga agama. Pengaruh positifnya yakni Indonesia jadi memiliki keanekaragaman budaya yang terjalin serasi dan harmonis sehingga terwujud integrasi bangsa. Selain positifnya, ada juga negatifnya. Seperti, adanya sikap primordial yang berlebihan. Primodial yakni sikap mempertahankan kebudayaan daerah, agama, da kebiasaan di masa lalu. 

Selain primodial, ada juga kesalahan dalam menafsirkan definisi stereotip etnik. Sikap ini merupakan universal dari beberapa ciri khusus dari beberapa anggota kelompok etnis kepada ciri khusus seluruh anggota etnis. Potensi konflik juga besar dalam kemajemukan ini. Adanya perbedaan-perbedaan identitas sosial yang melekat pada diri mereka masing-masing yang membuat mereka tidak tergabung dalam satu unit politik tertentu.

Mungkin pendekatan yang relevan untuk melihat persoalan masyarakat majemuk ini adalah bahwa perbedaan kebudayaan, suku, agama, dan lainnya memang berpotensial untuk memicu pengaruh negatif juga positif. Ciri-ciri  masyarakat yang berbeda-beda ini pun menjadi pemicu terjadinya kemajemukan masyarakat di Indoonesia. 

Begitu juga dengan adanya beberapa faktor pemicu terjadinya kemajemukan di Indonesia.  Hal ini membuat Indonesia harus sadar akan konsep Bhinneka Tunggal Ika, dimana sekalipun berada dalam satu kesatuan, bangsa ini berbeda-beda dalam satu kemajemukan. Dengan demikian keanekaragaman tersebut dapat menjadi suatu warna yang indah untuk Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun