Resensi Novel Jingga dan senja
Novel "Jingga dan Senja" karya Esti Kinasih ini merupakan novel percintaan remaja yang digemari banyak remaja pada tahun 2010-an ketika pertama kali diterbitkan. Secara umum, Kisah cinta yang ditampilkan Esti Kinasih kali ini mungkin tidak berbeda dari novel percintaan remaja pada umumnya. Kisah cinta remaja yang dimana tokohnya harus mengalami cinta segitiga, konflik kenakalan ala remaja. Hal-hal tersebut terlihat begitu sederhana layaknya kisah  remaja pada umumnya,  namun dikemas dengan sangat baik hingga terlihat begitu rumit.Â
Melihat dari isi  novel ini, dapat disimpulkan bahwa novel "Jingga dan Senja" secara garis bersar bertemakan tentang kisah cinta segitiga dan juga kenakalan remaja. Hal ini sangat jelas karena hampir kesuluruhan dari isi cerita novel ini, menceritakan Kisah cinta segitiga antara Ari dan Tari, Tari dan Angga, juga kenakalan-kenakalan yang dilakukan Ari, Angga, dan teman SMA mereka. Hal ini dapat dibuktikan dari salah satu kutipan ketika kisah cinta segitiga mereka dimulai pada novel berikut ini:
"Karena itu Tari nggak berani bilang sikap Angga tuh baik dan manis. Jadi dia nggak merasa terancam. Beda dengan saat bersama Ari begini. Meskipun dikelilingi teman sekelas, nggak Cuma berdua, Tari merasa seperti ada bahaya yang sedang mengintai." (hal. 69)
Kemudian, bukti akan adanya kenakalan remaja yang dialami Ari, Angga, juga teman-temannya terdapat dalam kutipan:
"Ari. Nama ngetop di SMA Airlangga. Biang onar sekolah. Salah satu panglima perang saat tawuran, yang berani memimpin teman-temannya sampai ke jalan raya, bahkan menyerang sekolah yang dianggap cari gara-gara." (hal. 8)
"Sampai pada suatu hari Ari menemukan Angga di antara anak-anak SMA Brawijaya yang menyerang sekolahnya. Masih dengan tatap kebencian yang sama. Dan sama seperti dirinya, masih berstatus junior yang tentu saja harus mematuhi setiap perintah para senior. Ketika Ari telah menjadi pentolan di sekolahnya, Angga ternyata juga berdiri diposisi yang sama. Sudah tidak mungkin lagi untuk bertanya baik-baik." (hal. 38)
Kedua kutipan diatas membuktikan bahwa Ari, Angga, juga teman-temannya mengalami yang namanya kenakalan remaja, Â yakni tawuran.
Selain tema, Alur yang digunakan Esti Kinasih pada novel "Jingga dan Senja" kali ini adalah Maju. Cerita dimulai dari Ari, si cowok yang dikenal gemar tawuran dan galak, dikabarkan tertarik dan ingin mendekati Tari yang merupakan siswi baru disekolahnya. Alasan Ari tertarik yakin karena dia mengetahui bahwa nama mereka yang sangat mirip dan karenanya menganggap Tari merupakan bayangan dari Ari. Kabar ketertarikan Ari itu mulai menyebar hingga Angga yang merupakan musuh dari Ari juga ingin mendekati Tari dengan tujuan merebut sesuatu yang sangat berarti bagi Ari.
"Banyak cewek di sekitar Ari. Sama seperti dulu. Ari yang dikenalnya selama tiga tahun di SMP. Namun, pada satu nama ini Angga mendapati ada yang beda dengan Ari. Sedikit. Samar. Namun bukan disembunyikan. Lebih karena Angga sendiri sepertinya juga tidak menyadari. Atau belum menyadari. Setelah dua tahun lebih akhirnya dia temukan juga sesuatu yang bisa direbutnya dari Ari. Sesuatu yang bisa digunakannya untuk ganti menyakiti cowok itu." (hal. 27)
Angga yang berhasil mendekati Tari membuat Ari marah besar. Hingga terjadi berbagai konflik yang terjadi secara bertahap. Hal ini membuat novel "Jingga dan Senja" ini menggunakan alur maju pada keseluruhan cerita.