Mohon tunggu...
Managing The Nation
Managing The Nation Mohon Tunggu... Konsultan - Managing The Nation
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Managing The Nation ini adalah sebuah halaman blog di kompasiana yang memuat pemikiran sederhana seorang warga negara indonesia. Seorang anak desa yang lahir tanggal 4 Mei 1978 di kawasan pesisir selatan Kota Yogyakarta. Pendidikan S1 Program Studi Manajemen dan S2 Program Studi Magister Manajemen. Terjun ke dunia kewirausahaan mulai tahun 1999 melalui beberapa usaha yang dirintis saat itu. Memiliki pengalaman di bidang fintech dan investasi.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Upmarket World Mentargetkan Pendanaan US $ 1 Miliar Tahun Ini

6 Februari 2015   23:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:41 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah perlambatan ekonomi dunia, aksi merger & akuisisi (M&A) di industri pariwisata justru kian marak. Tahun lalu, transaksi M&A menembus US$ 64,4 miliar. Angka ini naik dua kali lipat dibandingkan transaksi M&A yang mencakup sektor perhotelan, jasa perjalanan dan operator tur di sepanjang tahun 2013.

Setidaknya ada dua faktor pemicu maraknya aksi M&A di bisnis pariwisata. Pertama, kompetisi ketat. Kemunculan situs dan aplikasi wisata yang mewabah memicu persaingan ketat antara hotel, jasa perjalanan, dan operator tur.

Kedua, biaya merger dan akuisisi yang murah. Tahun lalu, transaksi M&A di sektor perhotelan, jasa perjalanan dan operator tur tercatat sebanyak 596 kali. Saat ini, pebisnis pariwisata yang mampu bertahan dari hantaman krisis tahun 2008 dan 2009 terbilang sedikit. Mereka mendapatkan berkah dari era suku bunga murah.

Pebisnis pariwisata juga mendapat pasokan likuiditas dari pemulihan jumlah kunjungan wisatawan dunia. Bank of America Merrill Lynch tercatat sebagai financial advisor terbesar di industri pariwisata dengan pangsa pasar 9,9%. Disusul Lazard Ltd dengan market share 9,2%.

“Industri pariwisata punya prospek kinclong karena terus tumbuh. Tapi, kompetisi semakin ketat karena memasuki fase pergeseran ke fase online and mobile travel,” ujar Angelo Rossini, analis Euromonitor International, seperti dikutip Bloomberg, akhir pekan lalu.

Tahun ini, transaksi M&A diperkirakan akan terus tumbuh. Pemicunya adalah dominasi yang semakin kuat dari agen perjalanan online dan berbasis website. Keberadaan agen perjalanan online memang mendongkrak kunjungan turis. Itu sebabnya, agen perjalanan online mendominasi transaksi M&A.

Aksi terbaru, Expedia Inc baru saja mengakuisisi agen perjalanan online Travelocity seharga US$ 280  juta pada Jumat lalu (23/1). Aksi anyar ini menambah deretan manuver Expedia. Tahun lalu, Expedia merogoh kocek US$ 2,6 miliar untuk mencaplok situs reservasi restoran online, OpenTable.

Sebelumnya, operator hotel terbesar di Eropa, Accor SA, membeli Wipolo. Ini adalah aplikasi mobile yang memberikan turis individu merencanakan perjalanan.  Accor juga merogoh kocek US$ 1,3 miliar untuk mengakuisisi tiga portofolio hotel baru pada tahun lalu.

Accor pun berencana menghabiskan € 225 juta untuk memperkuat kanal bisnis digital. Bujet jumbo ini disediakan Accor untuk berbelanja agen travel online dalam tempo tiga tahun atau hingga tahun 2018. Pertumbuhan tinggi agen travel online turut memicu konsolidasi di antara operator perjalanan konvensional.

Aksi agen travel online Priceline Group Inc dan Expedia Inc yang terjebak perang tarif membuat margin hotel semakin menipis. Akibatnya, operator tur Fosun International Ltd dan operator Club Mediterranee SA memilih merger agar bisa mempertebal margin.

Sejumlah operator konvensional bahkan gulung tikar. Coba lihat rencana Kuoni Reisen Holding AG. Konglomerasi grup asal Swiss ini berencana menjual aset bisnis di bidang operator tur perjalanan seharga US$ 2,6 miliar. “Kuoni tidak mampu bertahan di tengah kompetisi ketat. Padahal, lima tahun lalu operator tur adalah bisnis inti mereka,” tambah Rossini.

Tahun lalu, transaksi yang paling menyedot perhatian adalah aksi perusahaan investasi tersohor, Blackstone Group LP yang mengakusisi hotel dan kasino milik Cosmopolitan di Las Vegas. Blackstone kembali membawa kejutan dengan mencaplok jaringan hotel Hilton Worldwide Holdings Inc seharga US$ 26 miliar.

Sama dengan beberapa pendahulunya yang lain, tahun ini Upmarket World menargetkan mencari mitra strategis untuk mengembangkan usahanya. “Kami mentargetkan investasi US$ 1 miliar untuk membangun jaringan kami, “ kata Widya T Harjono, President Director Upmarket World.

“Kami bukan hanya pemain di bisnis online, kami mulai tahun ini mentargetkan Upmarket World menjadi jaringan hotel di seluruh dunia. Upmarket, itu kunci bisnis kami. Kami ingin masuk ke semua bisnis dengan segmen kelas menengah ke atas, “ Widya T Harjono menambahkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun