Film ini memiliki keunggulan yang mencolok, yakni menyajikan aksi-aksi seru dalam memecahkan kasus dari awal hingga akhirnya. Penonton akan tetap terpikat sepanjang film karena dipersembahkan aksi yang menghibur dan proses pemecahan kasus yang memikat. Sosok Sherlock Holmes dalam film ini juga memberikan nilai tambah dengan menyajikan warna khusus dan membuat beberapa adegan menjadi lebih menarik. Kehadirannya berhasil menghidupkan setiap adegan yang melibatkannya.
Namun, kekurangan yang dirasakan dalam film ini terutama terletak pada bagian akhir dan karakter Enola Holmes. Enola Holmes, meskipun cerdas, masih terkesan kurang tajam dibandingkan dengan Sherlock Holmes. Selain itu, dari segi kemampuan bertarung, Enola tidak sehebat Sherlock.
Kekurangan lain dalam film ini adalah adegan pertarungan yang kurang meyakinkan dan terkesan kaku, terutama adegan di akhir film. Beberapa adegan romantis yang seolah-olah mengganggu juga turut menjadi kekurangan. Sebagai contoh, ketika sosok Sarah Chapman muncul dan seharusnya menjadi momen pengejaran atau pencarian yang dramatis, malah dipenuhi oleh adegan romantis antara Enola dan Tewkesbury.
Secara keseluruhan, meskipun film ini memiliki kelebihan dalam menyajikan aksi yang menghibur dan memberikan warna khusus melalui karakter Sherlock, kekurangan di akhir film dan beberapa aspek karakter Enola Holmes serta adegan romantis dapat memengaruhi keseluruhan pengalaman menonton.
Film Enola Holmes 2 secara menyeluruh berhasil menyajikan sebuah cerita detektif yang ringan dan menghibur. Daya tarik utamanya terletak pada deretan aksi seru yang dihadirkan sepanjang film, memberikan pengalaman menonton yang penuh kegembiraan. Sosok Sherlock Holmes, yang menjadi elemen kunci dalam narasi, berhasil memberikan warna dan daya tarik tambahan pada keseluruhan plot.
Namun, di tengah keberhasilan tersebut, karakter utama, Enola Holmes, justru terlihat kurang kuat dan kurang memiliki keunikan bila dibandingkan dengan sosok Sherlock. Ironisnya, dalam perkembangan cerita, Sherlock malah menjadi karakter yang lebih dominan dan memegang peran penting dalam alur cerita. Hal ini membawa dinamika yang menarik, tetapi juga membuat karakter Enola terasa kurang berkembang secara substansial.
Sebagai sebuah film detektif, Enola Holmes 2 seharusnya mampu memberikan penyelesaian cerita yang memuaskan, namun sayangnya, ending film ini tidak begitu memuaskan. Penyelesaian yang kurang jelas dapat memberikan kesan kurang memuaskan bagi penonton yang berharap pada sebuah pemuncak cerita yang kuat dan memuaskan. Beberapa momen dramatisasi percintaan yang dihadirkan di dalam film juga terasa mengganggu, mengalihkan fokus dari inti cerita detektif yang seharusnya menjadi pusat perhatian.
Lebih jauh lagi, kehadiran karakter penjahat yang sebelumnya sudah diperkenalkan di tengah film tampaknya tidak memberikan dampak signifikan pada alur cerita secara keseluruhan. Pengenalan karakter tersebut terkesan tiba-tiba dan tidak terlalu relevan dengan perkembangan cerita utama. Hal ini dapat dianggap sebagai kelemahan dalam pembangunan karakter dan plot, mengurangi ketegangan dan kejutan yang seharusnya dimiliki oleh sebuah film detektif.
Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, Enola Holmes 2 tetap menjadi sebuah film yang menyajikan hiburan ringan dengan nuansa detektif yang menyenangkan. Namun, pengembangan karakter yang lebih mendalam, penyelesaian cerita yang lebih kuat, dan pilihan momen dramatis yang lebih tepat mungkin dapat meningkatkan kualitas keseluruhan film ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H