Sesudah  menyelesaikan  dua anak  kuliah S2 dan kedokteran,  serta bisa mengantar mereka menjadi pegawai negeri hingga menikah, beban kami banyak berkurang. Keprihatinan,  diiringi doa yang tak henti kami panjatkan telah membuahkan hasil. Sementara si bungsu masih duduk di bangku SMP.
Sedikit demi sedikit kami bisa melunasi pinjaman untuk pendidikan, perhiasan yang sempat saya titipkan di pegadaian pun bisa ditebus bahkan setiap bulan kami bisa menyisihkan uang. Suami yang saat itu hampir purna sudah mulai mempersiapkan untuk berinvestasi.
Kami berpikir investasi apa yang bisa menghasilkan uang, tetapi yang tidak bisa rugi, dan tidak memakan biaya tinggi, mengingat kami masih harus membiayai kuliah si bungsu. Karena kami tidak mempunyai pengalaman di bidang perdagangan  dan perkebunan apalagi kuliner, akhirnya kami memilih sawah yang memenuhi kriteria kami di atas. Sedikit demi sedikit, apabila uang terkumpul cukup, kami belikan sawah. Dan seperti yang kami harapkan, setahun dua kali bisa menerima hasil panen.
Hasil panen dari sawah tidak luput dari kerja bapak tani penggarap sawah, bagaimana dia menyemai, mengolah, merabuk, mencegah hama wereng maupun tikus, dan menghalau burung. Semua itu tentu membutuhkan ketelatenan dan kerja keras.
Karena hasil panen baru bisa dinikmati enam bulan sekali, bapak penggarap sawah biasanya meminjam uang lebih dahulu untuk keperluan sehari-hari.Tentu kami dengan senang hati meminjami yang dibutuhkan, apalagi kalau untuk berobat atau pendidikan anak-anaknya. Kami sadar tanpa bantuan bapak penggarap sawah, kami tidak bisa berbuat apa-apa dengan sawah milik kami. Sehingga menjadi kepuasan tersendiri bisa berbagi dengan bapak penggarap sawah dan keluarganya.
Kadang kami merasa senang ketika mendengar harga padi naik. Namun giliran  panen, harga turun. Selama ini kami tidak memasalahkan, yang penting bisa panen. Kami tidak tahu  mengapa harga padi bisa naik turun.
Saat suami purna tugas dan si bungsu mulai kuliah, kami  merasakan betapa sawah kami bermanfaat, karena bisa untuk membayar uang kuliah dan  indekost si bungsu. Kami tidak lagi bingung mencari pinjaman.
Keuntungan lainnya adalah, sawah bisa menjadi tempat refreshing atau istilah sekarang healing. Berada di tengah- tengah hijaunya padi yang menghampar, mampu menyejukkan jiwa. Kadang saat senja datang, kami berjalan-jalan menuju ke sawah, menyaksikan lembayung senja yang begitu indah menakjubkan. Sesekali  si bungsu pun kami ajak untuk berjalan-jalan ke sawah agar dia juga belajar  mencintai dan paham tentang sawah.
syukur  pada Sangat Maha Khalik, begitu besar nikmatNya yang diberikan kepada kami. Meski hasil tidak seberapa tetapi kebahagian dan kepuasan batin melebihi segalaNya.
Menikmati dan mengamati proses menanam hingga memanen padi meningkatkan rasaItulah pertimbangan kami mengapa  memilih sawah untuk berinvestasi.
Salam sehat dan bahagia untuk para pembaca kompasiana .